Bab 20 : Kecemburuan Abian

"Maaf, mas," Shakila langsung menurunkan tangannya yang mencapit hidung Abian karena takut suaminya terbunuh oleh tangannya sendiri.

"Tapi mas harus bangun dan pulang sekarang, sudah jam dua malam," ucap Shakila memberitahu sambil menunjukkan jam di layar handphonenya.

Abian melihat layar handphone Shakila, tapi Ia tidak melihat jam, justru yang Ia lihat adalah foto yang dijadikan wallpaper oleh istrinya.

Mata Abian yang semula mengantuk sekarang melebar sempurna melihat wallpaper Shakila.

"Kamu pake foto Adam sebagai wallpaper?" tanya Abian membuat Shakila menatap layar handphonenya sendiri.

Foto yang Shakila pasang sebagai wallpaper bukan foto Adam, tapi foto masa kecil Abian yang kebetulan ada Adam juga di dalamnya.

"Ini foto mas, kan?" Shakila menunjuk foto salah satu anak laki-laki di wallpaper nya.

"Iya, dan yang berdiri disamping mas itu Adam. Kenapa kamu memakai foto itu sebagai wallpaper?"

"Karena mas lucu disini," jawab Shakila dengan senyuman cerahnya. Ia senang karena mertuanya memberikan foto itu padanya.

Shakila baru tahu foto masa kecil Abian, ternyata suaminya sudah tampan sejak kecil. Tidak ada yang berubah dari wajah suaminya, hanya tubuhnya saja yang semakin tinggi dan dewasa.

"Tapi di sampingnya ada Adam, Shakila!" ucap Abian tidak suka Shakila memakai foto laki-laki lain sebagai wallpaper, meskipun ada dirinya juga di foto itu.

"Kamu ganti wallpaper nya, mas tidak suka kamu pake foto itu. Fotonya tidak bagus."

"Bagus kok, mas tampan dan lucu disini."

"Ganti, Shakila," tegas Abian tidak ingin dibantah. Apapun alasannya Shakila tidak boleh memakai foto yang ada laki-laki lain di dalamnya.

"Kenapa sih, mas? mas tidak suka foto mas aku jadikan wallpaper handphone ku?"

"Mas tidak suka karena ada Adam di foto itu!"

"Mas pulang sana!" usir Shakila tidak peka bahwa suaminya cemburu karena foto Adam.

Shakila berpikir suaminya hanya tidak suka fotonya dijadikan wallpaper olehnya. Tidak sampai berpikir kalau suaminya cemburu karena foto itu.

Lagipula, satu-satunya alasan Shakila memakai foto itu sebagai wallpaper hanya karena foto itu foto suaminya. Bukan karena ada alasan lainnya.

"Sekarang sudah jam dua lebih, istri dan mertua mas pasti menunggu mas di rumah," tambahnya.

Abian menghela nafasnya. Menyadari ketidak pekaan istrinya terhadap rasa cemburunya.

"Mas sudah memberitahu Zahra kalau mas akan tidur disini malam ini."

"Apa yang akan mertua mas pikirkan jika mas tidak pulang semalaman?"

"Mas tidak tahu," Abian yang tidak ingin memikirkan itu sekarang menarik Shakila ke dalam pelukannya kemudian membisikkan sesuatu di telinga istrinya itu.

"Ganti wallpapernya ya, sayang. Mas cemburu ada foto laki-laki lain di handphone kamu."

Shakila tidak menyangka itu alasan suaminya memintanya mengganti wallpaper, "astaghfirullah, mas. Cuma foto adik kamu waktu kecil loh."

"Tapi kamu pasti akan sering melihat foto itu setiap kali buka handphone."

"Kan ada foto mas juga disana, aku akan lebih sering melihat foto mas."

"Tetap saja, tolong ganti wallpapernya. Nanti mas kasih foto mas waktu kecil yang cuma ada foto mas saja dalam foto itu."

Shakila terkekeh mendengar suaminya merengek seperti itu hanya karena wallpaper handphonenya.

"Mas jadi mirip Khansa loh kalau merengek seperti ini," ledek Shakila.

Abian nampak tidak peduli. Ia hanya ingin istrinya mengganti wallpaper handphonenya.

"Iya, nanti aku ganti wallpapernya."

-

-

Shakila tidak puasa hari ini karena terjadi sesuatu tadi malam yang membuatnya tidak bisa puasa. Ia dan Abian melakukan hubungan suami istri untuk pertama kalinya sampai mendekati waktu subuh.

Abian meminta Shakila untuk tidak puasa karena Shakila harus mandi junub dan tidak akan sempat untuk sahur.

"Mas Abian cerah banget mukanya pagi ini," ucap Adiba saat melihat Abian datang ke meja makan dengan senyuman yang terlukis di bibirnya.

"Sudah melepas rindu dengan mba Shakila ya?" goda Adiba menyenggol lengan Abian.

Adiba masih ingat sedatar apa wajah Abian saat pertama kali melihat wajah Shakila, sekarang sepertinya masnya sudah mulai mencintai Shakila.

"Adiba," ucap Annisa menegur putrinya supaya tidak menanyakan hal seperti itu pada Abian.

"Iya maaf, mah," Adiba langsung meminta maaf karena takut mendengar ceramah pagi dari mamahnya.

Tanpa sengaja Adiba melihat ada tanda kemerahan di leher Abian dan membuatnya bersorak senang dalam hatinya, "sepertinya aku akan memiliki keponakan lagi."

"Kenapa, mas?" tanya Adam saat Abian terus menatapnya seolah ingin mengatakan sesuatu padanya.

Adam tidak merasa sudah melakukan kesalahan, tapi mas nya menatapnya seolah memiliki dendam peribadi.

"Tidak apa-apa," Abian mengalihkan pandangannya dari Adam kemudian menatap mamahnya.

"Mah, aku mau bawa sarapan aku dan Shakila ke kamar," ucap Abian pada mamahnya.

"Loh? bukannya hari ini jadwal Shakila puasa ya?"

"Shakila tidak puasa," mendengar Abian mengatakan itu, Adiba rasanya ingin menjerit.

Sepertinya benar dugaan Adiba, mas nya sudah melepas rindu dengan istri keduanya dan akan memberikan keponakan untuknya. Pantas saja wajah mas nya lebih cerah dari biasanya.

Adiba sudah memiliki keponakan perempuan dari Zahra, Ia berharap bisa memiliki keponakan laki-laki dari Shakila supaya kebahagiaannya lengkap.

"Oh yaudah, mau mamah minta bibi antar sarapannya ke kamar atau bagaimana?"

"Tidak usah, aku bisa bawa sendiri sarapannya ke kamar. Tolong minta bibi siapkan saja."

-

-

Abian membawa nampan berisi menu sarapan yang sudah disiapkan pelayan untuknya dan Shakila sarapan ke dalam kamar.

"Ayo, sarapan dulu," Abian meletakkan sarapannya diatas meja yang tersedia di kamar itu.

"Apa tidak sebaiknya mas sarapan bersama mba Zahra dan mertua mas?" tanya Shakila sambil berjalan menghampiri tempat Abian.

Bukan tidak ingin sarapan bersama suaminya, Shakila hanya tidak ingin orang tua Zahra memiliki pandangan buruk terhadap suaminya.

"Aku khawatir mertua mas memiliki pandangan buruk terhadap mas karena tidak pulang ke rumah, sebaiknya mas pulang dan jelaskan pada mereka," sarannya.

Shakila tidak ingin suaminya di cap buruk oleh mertuanya hanya karena menemaninya sarapan.

"Mas juga ingin sarapan bersama kamu, Shakila. Lagipula, mas sudah meminta Zahra untuk menjelaskan jika mas ada urusan yang membuat mas tidak bisa pulang ke rumah."

Abian bicara dengan suara yang tenang. Karena memang Ia sudah meminta Zahra untuk menjelaskan tentang dirinya yang tidak bisa pulang.

"Ayo, makan sarapannya," ajak Abian memberikan alat makan pada Shakila supaya Shakila bisa memakan sarapannya.

"Baiklah," Shakila menerima alat makannya dan mereka berdua pun langsung sarapan.

-

-

"Umi yakin suamimu bukan bekerja, pasti suamimu tidur di tempat selingkuhannya," ucap nyai Aisyah tidak mempercayai penjelasan Zahra.

Dalam padangan Nyai Aisyah, laki-laki yang menikahi putrinya hanyalah laki-laki pembuat masalah. Nyai Aisyah selalu mengingat Abian sebagai pemuda yang terusir dari pondok pesantrennya.

Alasan Nyai Aisyah tidak pernah menyukai Abian karena saat remaja Abian pernah menjadi salah satu santri di pondok pesantrennya, tapi Abian dikeluarkan karena membuat masalah.

"Menuduh orang berzina dosa, umi."

"Umi tidak menuduh, suamimu memang pezina!"

Episodes
1 Bab 1 : Menikahlah dengan suamiku
2 Bab 2 : Rumah sakit
3 Bab 3 : Meminta waktu berpikir
4 Bab 4 : Jalan takdir
5 Bab 5 : Anak kecil tanpa peran ibu
6 Bab 6 : Terjebak
7 Bab 7 : Bukan untuk bercerai
8 Bab 8 : Resmi menikah
9 Bab 9 : Pengasuh gratis
10 Bab 10 : Janji Adam
11 Bab 11 : Ketakutan Abian
12 Bab 12 : Dua wanita surga Abian
13 Bab 13 : Satu imam, dua makmum
14 Bab 14 : Bukan tipe idaman Shakila
15 Bab 15 : Cerita Zahra
16 Bab 16 : Siapa wanita itu?
17 Bab 17 : Mertua Abian
18 Bab 18 : Tinggal di rumah mertua
19 Bab 19 : Melepas rindu
20 Bab 20 : Kecemburuan Abian
21 Bab 21 : Belajar menjahit
22 Bab 22 : Rencana ke Jakarta
23 Bab 23 : Bibi perusak suasana
24 Bab 24 : Terbongkarnya rahasia
25 Bab 25 : Fitnah kejam
26 Bab 26 : Tukang fitnah harus pergi
27 Bab 27 : Obrolan tetangga
28 Bab 28 : Menantu dan mertua
29 Bab 29 : Menghabisi pelakor
30 Bab 30 : Dua kejadian
31 Bab 31 : Maaf, aku gagal
32 Bab 32 : Pemakaman Zahra
33 Bab 33 : Tulisan di kain kafan
34 Bab 34 : Secercah harapan
35 Bab 35 : Ibu-ibu pengajian
36 Bab 36 : Hilang ingatan?
37 Bab 37 : Kembalinya menantu Sanjaya
38 Bab 38 : Hukuman Allah
39 Bab 39 : Dusta Cinta
40 Bab 40 : Rencana kehamilan
41 Bab 41 : Keluarga harmonis
42 Bab 42 : Datang ke desa
43 Bab 43 : Keluarga kecil bahagia
44 Bab 44 : Hadiah untuk istri tercinta
45 Bab 45 : Wanda kembali berulah!
46 Bab 46 : Pengganggu kecil
47 Bab 47 : Pertemuan keluarga
48 Bab 48 : Hukuman penuduh zina
49 Bab 49 : Sudah terlambat
50 Bab 50 : Menikah tidak seburuk itu
51 Bab 51 : Drama Wanda masih berlanjut
52 Bab 52 : Laki-laki idaman Shakila
53 Bab 53 : Hamil
54 Bab 54 : Pertengkaran papah dan anak
55 Bab 55 : Batal umroh
56 Bab 56 : Menurunkan ego
57 Bab 57 : Hanya titipan
58 Bab 58 : Calon saingan Abian
59 Bab 59 : Umroh
60 Bab 60 : Selisih usia
61 Bab 61: Stalker
62 Bab 62 : Istri pengertian
63 Bab 63 : Saingan cinta antar saudara
64 Bab 64 : Pernikahan Adam
65 Bab 65 : Suamiku bukan pezina
66 Bab 66 : Sisi lain menantu Sanjaya
67 Bab 67 : Jangan menunjukkan wajah!
68 Bab 68 : Video viral
69 Bab 69: Mengurus masalah
70 Bab 70 : Kesedihan istri Abian
71 Bab 71 : Hampir saja
72 Bab 72 : Bahaya sosial media
73 Bab 73 : Kejahatan dibalas kebaikan
74 Bab 74 : Rencana lahiran
75 Bab 75 : Calon suami Adiba
76 Bab 76 : Lahirnya duplikat Abian
77 Bab 77 : Baju dinas Arsyila
78 Bab 78 : Wanita penggoda
79 Bab 79 : Penggoda terbaik
80 Bab 80 : Satu saja cukup
81 Bab 81 : Wanita Yang Dirindukan Surga
82 Bab 82 : Wanita Yang Dirindukan Surga 2
83 Bab 83 : Abian vs Arkana
84 Bab 84 : Mengingat Zahra
85 Bab 85 : Tidak apa-apa menangis
86 Bab 86 : Bicara baik-baik
87 Bab 87 : Arkana tantrum
88 Bab 88 : Hampir terharu
89 Bab 89 : Akhir pekan
Episodes

Updated 89 Episodes

1
Bab 1 : Menikahlah dengan suamiku
2
Bab 2 : Rumah sakit
3
Bab 3 : Meminta waktu berpikir
4
Bab 4 : Jalan takdir
5
Bab 5 : Anak kecil tanpa peran ibu
6
Bab 6 : Terjebak
7
Bab 7 : Bukan untuk bercerai
8
Bab 8 : Resmi menikah
9
Bab 9 : Pengasuh gratis
10
Bab 10 : Janji Adam
11
Bab 11 : Ketakutan Abian
12
Bab 12 : Dua wanita surga Abian
13
Bab 13 : Satu imam, dua makmum
14
Bab 14 : Bukan tipe idaman Shakila
15
Bab 15 : Cerita Zahra
16
Bab 16 : Siapa wanita itu?
17
Bab 17 : Mertua Abian
18
Bab 18 : Tinggal di rumah mertua
19
Bab 19 : Melepas rindu
20
Bab 20 : Kecemburuan Abian
21
Bab 21 : Belajar menjahit
22
Bab 22 : Rencana ke Jakarta
23
Bab 23 : Bibi perusak suasana
24
Bab 24 : Terbongkarnya rahasia
25
Bab 25 : Fitnah kejam
26
Bab 26 : Tukang fitnah harus pergi
27
Bab 27 : Obrolan tetangga
28
Bab 28 : Menantu dan mertua
29
Bab 29 : Menghabisi pelakor
30
Bab 30 : Dua kejadian
31
Bab 31 : Maaf, aku gagal
32
Bab 32 : Pemakaman Zahra
33
Bab 33 : Tulisan di kain kafan
34
Bab 34 : Secercah harapan
35
Bab 35 : Ibu-ibu pengajian
36
Bab 36 : Hilang ingatan?
37
Bab 37 : Kembalinya menantu Sanjaya
38
Bab 38 : Hukuman Allah
39
Bab 39 : Dusta Cinta
40
Bab 40 : Rencana kehamilan
41
Bab 41 : Keluarga harmonis
42
Bab 42 : Datang ke desa
43
Bab 43 : Keluarga kecil bahagia
44
Bab 44 : Hadiah untuk istri tercinta
45
Bab 45 : Wanda kembali berulah!
46
Bab 46 : Pengganggu kecil
47
Bab 47 : Pertemuan keluarga
48
Bab 48 : Hukuman penuduh zina
49
Bab 49 : Sudah terlambat
50
Bab 50 : Menikah tidak seburuk itu
51
Bab 51 : Drama Wanda masih berlanjut
52
Bab 52 : Laki-laki idaman Shakila
53
Bab 53 : Hamil
54
Bab 54 : Pertengkaran papah dan anak
55
Bab 55 : Batal umroh
56
Bab 56 : Menurunkan ego
57
Bab 57 : Hanya titipan
58
Bab 58 : Calon saingan Abian
59
Bab 59 : Umroh
60
Bab 60 : Selisih usia
61
Bab 61: Stalker
62
Bab 62 : Istri pengertian
63
Bab 63 : Saingan cinta antar saudara
64
Bab 64 : Pernikahan Adam
65
Bab 65 : Suamiku bukan pezina
66
Bab 66 : Sisi lain menantu Sanjaya
67
Bab 67 : Jangan menunjukkan wajah!
68
Bab 68 : Video viral
69
Bab 69: Mengurus masalah
70
Bab 70 : Kesedihan istri Abian
71
Bab 71 : Hampir saja
72
Bab 72 : Bahaya sosial media
73
Bab 73 : Kejahatan dibalas kebaikan
74
Bab 74 : Rencana lahiran
75
Bab 75 : Calon suami Adiba
76
Bab 76 : Lahirnya duplikat Abian
77
Bab 77 : Baju dinas Arsyila
78
Bab 78 : Wanita penggoda
79
Bab 79 : Penggoda terbaik
80
Bab 80 : Satu saja cukup
81
Bab 81 : Wanita Yang Dirindukan Surga
82
Bab 82 : Wanita Yang Dirindukan Surga 2
83
Bab 83 : Abian vs Arkana
84
Bab 84 : Mengingat Zahra
85
Bab 85 : Tidak apa-apa menangis
86
Bab 86 : Bicara baik-baik
87
Bab 87 : Arkana tantrum
88
Bab 88 : Hampir terharu
89
Bab 89 : Akhir pekan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!