Bab 16 : Siapa wanita itu?

Abian membawa beberapa kantung belanjaan dan bertemu Shakila yang saat itu sedang makan brownies di ruang makan.

"Loh, mas? bukannya mas bilang ada kerjaan? kenapa mas pulang bawa belanjaan?"

Shakila langsung berhenti makan brownies saat melihat suaminya kesusahan membawa kantung belanja. Ia dengan sigap membantu membawakan sebagian kantung belanja yang suaminya bawa.

"Iya, tidak ada orang yang bisa diminta tolong di kantor. Jadi mas sendiri yang mengantarkan belanjaannya," jawab Abian sambil meletakkan kantung belanjaan keatas meja dapur.

Abian memiliki alasan tersendiri tidak membiarkan karyawan laki-lakinya mengantarkan belanjaan ke rumahnya. Bukan karena posesif, tapi demi melindungi istrinya dari segala fitnah yang mungkin terjadi.

"Mas tidak bisa lama-lama, ada meeting habis ini. Mas harus segera kembali ke kantor."

"Baiklah," ucap Shakila mengerti kesibukan suaminya.

Shakila hanya tidak mengerti mengapa suaminya harus repot-repot belanja, padahal suaminya memiliki dua istri yang bisa membantunya untuk belanja.

"Hati-hati, mas. Jangan ngebut bawa mobilnya."

"Iya, sayang. Mas mau langsung kembali ke kantor sekarang," Abian mengakhiri kalimatnya dengan mencium kening Shakila.

"Oh ya, dimana Zahra?" tanya Abian saat tidak menemukan istri pertamanya disana.

"Mba Zahra sedang istirahat di kamar bersama Khansa, mas," jawab Shakila.

"Oh yasudah, mas pergi ya?"

"Iya hati-hati, mas."

"Iya, sayang," Abian untuk kedua kalinya memanggil Shakila dengan sebutan sayang.

Abian sadar dan memang sengaja memanggil Shakila sayang. Karena Shakila sudah menjadi bagian dari perempuan-perempuan yang Abian sayangi.

Sebelum benar-benar pergi, Abian melihat kotak brownies milik Shakila di meja makan dan tersenyum melihat browniesnya yang tersisa sedikit.

"Mas mau browniesnya?" tawar Shakila melihat suaminya memandangi browniesnya.

"Iya, tolong suapi mas satu potong saja," pinta Abian menatap Shakila.

"Baiklah," Shakila menuruti Abian dan menyuapi satu potong brownies ke dalam mulut suaminya itu.

"Browniesnya enak kan, mas?" tanya Shakila meminta pendapat tentang browniesnya.

Abian mengunyah sebentar brownies di dalam mulutnya kemudian menelannya, "hem, enak. Kamu suka?"

"Iya, aku suka."

"Nanti mas belikan lagi untuk kamu," Abian kembali berpamitan dan mencium kening Shakila sebelum pergi.

Shakila yang mendapat perlakuan manis dari suaminya seperti itu tidak bisa menyembunyikan senyumannya.

"Tidak salah kan kalau aku mencintai suamiku sendiri?"

-

-

Hari selasa pagi Shakila pergi ke butik setelah mendapatkan izin dari Abian. Tapi Ia tidak dibiarkan pergi sendiri, ada Adam yang diutus Abian untuk menemaninya dan menjadi supir pribadinya.

"Maaf merepotkanmu," ucap Shakila merasa tidak enak terhadap adik iparnya.

Shakila sudah meminta supaya Adiba saja yang menemaninya ke butik karena mereka sama-sama perempuan, tapi Abian tidak memberi izin dan malah menyuruh Adam menemani Shakila.

Keluarga Abian memiliki standar tersendiri dalam hal menjaga perempuan di keluarga mereka. Tidak ada perempuan dalam keluarga mereka yang dibiarkan pergi tanpa didampingi mahram laki-lakinya.

Abian ingin mengantar Shakila ke butik, tapi masalahnya hari ini bentrok dengan jadwal Zahra kemoterapi. Sehingga terpaksa Abian meminta Adam menggantikannya mengantar Shakila.

"Tidak apa-apa, mba. Kita sudah menjadi keluarga sekarang," Adam tersenyum sambil melirik kearah spion menatap Shakila yang duduk di bangku belakang.

Sebesar itu rasa cinta dan hormat Adam terhadap perempuan yang sekarang sudah menjadi kakak iparnya ini. Ia bahkan tidak membiarkan Shakila untuk sekedar duduk di sampingnya.

Adam tidak keberatan jika mereka terlihat seperti supir dan majikan, yang terpenting adalah dirinya bisa menjaga kehormatan Shakila sebagai perempuan yang sudah menikah.

"Mas Abian bilang aku harus menunggu mba dan mengantar mba kembali ke rumah," ucap Adam tepat setelah mobilnya berhenti di depan butik Shakila.

"Tapi bukankah kamu harus ke resto?" tanya Shakila merasa tidak enak jika Adam harus menunggunya dan mengantarkannya pulang.

"Tidak apa-apa, tidak akan ada yang memarahiku jika aku terlambat datang ke resto," Adam melemparkan senyumannya kearah kaca spion.

Jika diperhatikan, perbedaan Adam dengan Abian hanya terletak dari tahi lalat mereka. Abian memiliki tahi lalat di dekat mata, sementara Adam diatas bibirnya.

Tapi jika lebih diperhatikan lagi, Adam memiliki wajah manis, sementara Abian memiliki fitur wajah yang tegas. Hidung mereka sama-sama mancung dan mereka juga sama-sama tampan.

"Oh ya, mba Zahra kemungkinan harus menginap di rumah sakit. Nanti setelah ini kita jemput Khansa ya?" ucap Adam membuat Shakila buru-buru mengalihkan pandangannya dari kaca spion.

Shakila langsung beristighfar dalam hati. Bisa-bisanya tadi Ia memandangi laki-laki lain selain suaminya dan itu adik suaminya sendiri.

"Iya, mba turun dulu," Shakila bergegas turun dari mobil daripada nanti Ia kembali memandangi wajah adik iparnya.

Adam yang menyadari tadi kakak iparnya memandangi wajahnya dari spion tersenyum. Bukan senang dipandang perempuan yang Ia cintai, tapi tersenyum karena setelah memandangnya kakak iparnya itu langsung membuang mukanya.

Shakila memakai burqa seperti biasanya karena sedang berada diluar rumah, tapi Adam bisa melihatnya dari gerak-geriknya. Kakak iparnya pasti sedang berusaha menjaga hati kakaknya.

Setelah menyelesaikan urusannya di butik, Shakila kembali masuk ke dalam mobil. Tapi kali ini Shakila terlihat membawa sebuah buku dan membaca buku itu selama perjalanan menuju rumah sakit untuk menjemput Khansa.

"Bagaimana aku tidak mencintai perempuan ini, ya Allah. Setiap hal yang dia lakukan selalu membuatku kagum dan jatuh pada pesonanya. Padahal aku belum pernah sekalipun melihat wajahnya," Adam mengadukan hal itu kepada Allah melalui hatinya.

Adam selalu mengagumi setiap hal yang Shakila lakukan karena Shakila bukan perempuan yang baik dalam cara berpakaiannya, tapi perilaku dan akhlaknya juga baik.

"Kamu mau ikut masuk ke dalam?" tanya Shakila saat mobil mereka sudah berhenti di depan rumah sakit tempat Zahra kemoterapi.

"Iya, biar nanti aku yang gendong Khansa," Adam melepaskan sabuk pengamannya.

Bukan hanya Shakila yang berusaha menjaga pandangannya dari Adam, tapi Adam pun melakukan hal serupa terhadap Shakila.

-

-

"Kenapa kamu tidak memberitahu kami kalau Zahra sakit?" pertanyaan itu seorang wanita paruh baya lontarkan pada Abian di depan ruangan Zahra.

Shakila yang melihatnya bingung karena Ia belum pernah melihat wanita paruh baya itu.

"Siapa wanita itu?" tanya Shakila pada Adam yang berjalan di hadapannya.

Adam sama seperti Abian, berjalan di depan saat sedang berjalan bersama perempuan. Meskipun Adam dan Shakila saudara ipar, tapi kedudukannya sama seperti orang lain dan ada beberapa hal yang tidak boleh dilanggar oleh mereka.

"Maaf, Zahra menyuruh saya-"

Plak!

Suara tamparan itu terdengar memekakkan telinga. Shakila melihat suaminya sendiri ditampar di hadapannya oleh wanita paruh baya yang tidak Shakila kenal.

"Bisa-bisanya kamu menyalahkan Zahra disaat Zahra sedang berjuang melawan penyakitnya!" bentak wanita paruh baya itu setelah menampar Abian.

"Bukan seperti itu maksud saya, umi."

"Diam!" wanita yang dipanggil umi itu menyela dengan raut wajah emosi.

Episodes
1 Bab 1 : Menikahlah dengan suamiku
2 Bab 2 : Rumah sakit
3 Bab 3 : Meminta waktu berpikir
4 Bab 4 : Jalan takdir
5 Bab 5 : Anak kecil tanpa peran ibu
6 Bab 6 : Terjebak
7 Bab 7 : Bukan untuk bercerai
8 Bab 8 : Resmi menikah
9 Bab 9 : Pengasuh gratis
10 Bab 10 : Janji Adam
11 Bab 11 : Ketakutan Abian
12 Bab 12 : Dua wanita surga Abian
13 Bab 13 : Satu imam, dua makmum
14 Bab 14 : Bukan tipe idaman Shakila
15 Bab 15 : Cerita Zahra
16 Bab 16 : Siapa wanita itu?
17 Bab 17 : Mertua Abian
18 Bab 18 : Tinggal di rumah mertua
19 Bab 19 : Melepas rindu
20 Bab 20 : Kecemburuan Abian
21 Bab 21 : Belajar menjahit
22 Bab 22 : Rencana ke Jakarta
23 Bab 23 : Bibi perusak suasana
24 Bab 24 : Terbongkarnya rahasia
25 Bab 25 : Fitnah kejam
26 Bab 26 : Tukang fitnah harus pergi
27 Bab 27 : Obrolan tetangga
28 Bab 28 : Menantu dan mertua
29 Bab 29 : Menghabisi pelakor
30 Bab 30 : Dua kejadian
31 Bab 31 : Maaf, aku gagal
32 Bab 32 : Pemakaman Zahra
33 Bab 33 : Tulisan di kain kafan
34 Bab 34 : Secercah harapan
35 Bab 35 : Ibu-ibu pengajian
36 Bab 36 : Hilang ingatan?
37 Bab 37 : Kembalinya menantu Sanjaya
38 Bab 38 : Hukuman Allah
39 Bab 39 : Dusta Cinta
40 Bab 40 : Rencana kehamilan
41 Bab 41 : Keluarga harmonis
42 Bab 42 : Datang ke desa
43 Bab 43 : Keluarga kecil bahagia
44 Bab 44 : Hadiah untuk istri tercinta
45 Bab 45 : Wanda kembali berulah!
46 Bab 46 : Pengganggu kecil
47 Bab 47 : Pertemuan keluarga
48 Bab 48 : Hukuman penuduh zina
49 Bab 49 : Sudah terlambat
50 Bab 50 : Menikah tidak seburuk itu
51 Bab 51 : Drama Wanda masih berlanjut
52 Bab 52 : Laki-laki idaman Shakila
53 Bab 53 : Hamil
54 Bab 54 : Pertengkaran papah dan anak
55 Bab 55 : Batal umroh
56 Bab 56 : Menurunkan ego
57 Bab 57 : Hanya titipan
58 Bab 58 : Calon saingan Abian
59 Bab 59 : Umroh
60 Bab 60 : Selisih usia
61 Bab 61: Stalker
62 Bab 62 : Istri pengertian
63 Bab 63 : Saingan cinta antar saudara
64 Bab 64 : Pernikahan Adam
65 Bab 65 : Suamiku bukan pezina
66 Bab 66 : Sisi lain menantu Sanjaya
67 Bab 67 : Jangan menunjukkan wajah!
68 Bab 68 : Video viral
69 Bab 69: Mengurus masalah
70 Bab 70 : Kesedihan istri Abian
71 Bab 71 : Hampir saja
72 Bab 72 : Bahaya sosial media
73 Bab 73 : Kejahatan dibalas kebaikan
74 Bab 74 : Rencana lahiran
75 Bab 75 : Calon suami Adiba
76 Bab 76 : Lahirnya duplikat Abian
77 Bab 77 : Baju dinas Arsyila
78 Bab 78 : Wanita penggoda
79 Bab 79 : Penggoda terbaik
80 Bab 80 : Satu saja cukup
81 Bab 81 : Wanita Yang Dirindukan Surga
82 Bab 82 : Wanita Yang Dirindukan Surga 2
83 Bab 83 : Abian vs Arkana
84 Bab 84 : Mengingat Zahra
85 Bab 85 : Tidak apa-apa menangis
86 Bab 86 : Bicara baik-baik
87 Bab 87 : Arkana tantrum
88 Bab 88 : Hampir terharu
89 Bab 89 : Akhir pekan
Episodes

Updated 89 Episodes

1
Bab 1 : Menikahlah dengan suamiku
2
Bab 2 : Rumah sakit
3
Bab 3 : Meminta waktu berpikir
4
Bab 4 : Jalan takdir
5
Bab 5 : Anak kecil tanpa peran ibu
6
Bab 6 : Terjebak
7
Bab 7 : Bukan untuk bercerai
8
Bab 8 : Resmi menikah
9
Bab 9 : Pengasuh gratis
10
Bab 10 : Janji Adam
11
Bab 11 : Ketakutan Abian
12
Bab 12 : Dua wanita surga Abian
13
Bab 13 : Satu imam, dua makmum
14
Bab 14 : Bukan tipe idaman Shakila
15
Bab 15 : Cerita Zahra
16
Bab 16 : Siapa wanita itu?
17
Bab 17 : Mertua Abian
18
Bab 18 : Tinggal di rumah mertua
19
Bab 19 : Melepas rindu
20
Bab 20 : Kecemburuan Abian
21
Bab 21 : Belajar menjahit
22
Bab 22 : Rencana ke Jakarta
23
Bab 23 : Bibi perusak suasana
24
Bab 24 : Terbongkarnya rahasia
25
Bab 25 : Fitnah kejam
26
Bab 26 : Tukang fitnah harus pergi
27
Bab 27 : Obrolan tetangga
28
Bab 28 : Menantu dan mertua
29
Bab 29 : Menghabisi pelakor
30
Bab 30 : Dua kejadian
31
Bab 31 : Maaf, aku gagal
32
Bab 32 : Pemakaman Zahra
33
Bab 33 : Tulisan di kain kafan
34
Bab 34 : Secercah harapan
35
Bab 35 : Ibu-ibu pengajian
36
Bab 36 : Hilang ingatan?
37
Bab 37 : Kembalinya menantu Sanjaya
38
Bab 38 : Hukuman Allah
39
Bab 39 : Dusta Cinta
40
Bab 40 : Rencana kehamilan
41
Bab 41 : Keluarga harmonis
42
Bab 42 : Datang ke desa
43
Bab 43 : Keluarga kecil bahagia
44
Bab 44 : Hadiah untuk istri tercinta
45
Bab 45 : Wanda kembali berulah!
46
Bab 46 : Pengganggu kecil
47
Bab 47 : Pertemuan keluarga
48
Bab 48 : Hukuman penuduh zina
49
Bab 49 : Sudah terlambat
50
Bab 50 : Menikah tidak seburuk itu
51
Bab 51 : Drama Wanda masih berlanjut
52
Bab 52 : Laki-laki idaman Shakila
53
Bab 53 : Hamil
54
Bab 54 : Pertengkaran papah dan anak
55
Bab 55 : Batal umroh
56
Bab 56 : Menurunkan ego
57
Bab 57 : Hanya titipan
58
Bab 58 : Calon saingan Abian
59
Bab 59 : Umroh
60
Bab 60 : Selisih usia
61
Bab 61: Stalker
62
Bab 62 : Istri pengertian
63
Bab 63 : Saingan cinta antar saudara
64
Bab 64 : Pernikahan Adam
65
Bab 65 : Suamiku bukan pezina
66
Bab 66 : Sisi lain menantu Sanjaya
67
Bab 67 : Jangan menunjukkan wajah!
68
Bab 68 : Video viral
69
Bab 69: Mengurus masalah
70
Bab 70 : Kesedihan istri Abian
71
Bab 71 : Hampir saja
72
Bab 72 : Bahaya sosial media
73
Bab 73 : Kejahatan dibalas kebaikan
74
Bab 74 : Rencana lahiran
75
Bab 75 : Calon suami Adiba
76
Bab 76 : Lahirnya duplikat Abian
77
Bab 77 : Baju dinas Arsyila
78
Bab 78 : Wanita penggoda
79
Bab 79 : Penggoda terbaik
80
Bab 80 : Satu saja cukup
81
Bab 81 : Wanita Yang Dirindukan Surga
82
Bab 82 : Wanita Yang Dirindukan Surga 2
83
Bab 83 : Abian vs Arkana
84
Bab 84 : Mengingat Zahra
85
Bab 85 : Tidak apa-apa menangis
86
Bab 86 : Bicara baik-baik
87
Bab 87 : Arkana tantrum
88
Bab 88 : Hampir terharu
89
Bab 89 : Akhir pekan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!