Bab 12 : Dua wanita surga Abian

Shakila akhirnya melepas burqanya. Rambut panjangnya terurai karena ikat rambutnya tidak sengaja ikut terlepas saat melepaskan burqanya.

Kedua mata Shakila terlihat sembab, tapi bukan karena menangisi sakit hatinya. Shakila menangis karena mengingat dosa-dosanya terhadap Allah SWT.

Cinta Shakila terhadap Tuhannya sangat besar. Setiap hari yang ada dipikirannya hanya apakah dirinya sudah melakukan hal yang Allah benci atau tidak.

Shakila tidak takut dibenci dan dimusuhi manusia, yang Ia takutkan hanyalah dibenci Allah sang pemilik alam semesta dan tempatnya berpulang.

"Aku menangis bukan karena mas Abian, tapi karena tadi malam aku dan mas Abian berselisih, aku takut mas Abian berpikir aku menangis karenanya," Shakila akhirnya mengungkap alasan memakai burqa.

Shakila tahu Abian akan merasa bersalah melihat dirinya dalam keadaan mata sembab, maka dari itu Ia terus memakai burqanya.

"Kalau bukan karena mas, lalu hal apa yang membuat kamu menangis semalaman?" tanya Abian.

Abian tidak ingin mencurigai Shakila dalam hal apapun lagi sekarang, tapi kalau seperti ini siapa yang akan percaya bahwa Shakila menangis bukan karena Abian?

Jelas-jelas kemarin Abian melakukan hal yang menyakiti Shakila. Ia melempari Shakila dengan kain kafan dan membentuknya.

"Shakila, kamu istri mas. Luka dan sakit hati kamu menjadi tanggungjawab mas sekarang," ucap Abian berharap Shakila jujur dan lebih terbuka terhadapnya.

Abian dan Shakila sudah resmi menjadi suami istri. Tidak peduli apapun alasan dibalik pernikahan mereka, Abian tetap bertanggungjawab atas Shakila.

Jika Shakila terluka dalam pernikahan mereka, Abian menanggung dosa dan harus bertanggungjawab atas luka yang sudah Ia torehkan.

"Iya, kalau ada hal yang mengganggumu, kamu bisa menceritakannya pada mas Abian. Suami kita jago bela diri loh, nanti biar mas Abian yang membereskan orang yang menyakiti kamu," ucap Zahra menambahkan.

"Iya kan, mas?" Zahra bertanya pada Abian karena membutuhkan validasinya.

Tanpa berpikir Abian langsung menyiakannya, "iya, kamu bisa cerita kalau memang ada yang mengganggu pikiran dan hati kamu."

"Iya terimakasih, mba, mas. Tapi aku menangis bukan karena seseorang, aku menangis karena diriku sendiri."

Suasana menjadi hening untuk sesaat karena Shakila dianggap menyembunyikan lukanya dari Abian dan Zahra, sampai Zahra kembali bicara.

"Mba minta maaf kalau mas Abian lalai terhadapmu karena mas Abian mengurusi mba," ucap Zahra dengan tulus meminta maaf.

Abian sekarang memiliki istri lain, seharusnya Abian bisa membagi waktunya dengan baik layaknya suami yang memiliki dua istri.

Zahra sadar bahwa penyakitnya sudah melalaikan tanggungjawab Abian terhadap Shakila. Padahal, baik istri pertama maupun istri kedua memiliki hak yang sama atas suami mereka.

Terlepas dari Zahra yang membutuhkan Abian karena sedang berjuang dengan penyakitnya, Shakila juga membutuhkan Abian sebagai seorang istri.

"Apa yang mba bicarakan?" tanya Shakila, "sudah seharusnya mas Abian mengurusimu, mba."

"Iya, tapi sekarang mas Abian juga suamimu. Mas Abian seharusnya bisa membagi waktunya dan tidak hanya mengurusiku yang sakit-sakitan."

"Aku tidak masalah dengan itu, mba. Aku sangat mengerti karena mba lebih membutuhkan mas Abian dibandingkan aku."

"Tapi itu bukan berarti mas Abian harus lalai dengan kewajibannya terhadapmu, Shakila."

Abian hanya menyimak kedua wanita surganya bicara. Sebenarnya, Ia sibuk bukan hanya mengurusi Zahra, tapi juga mencari uang untuk istri-istrinya. Apalagi Zahra membutuhkan biaya banyak untuk berobat.

-

-

Abian melihat brownies diatas meja. Adiba bilang itu dari Adam yang dibelikan khusus untuk Shakila.

"Kenapa tidak dimakan browniesnya?" tanya Abian pada Shakila karena melihat browniesnya masih utuh.

"Aku sedang puasa, mas," jawab Shakila seadanya.

Shakila sedang menjalankan puasa sunnah, itu sebabnya tadi Ia berniat ingin memberikan browniesnya pada Adiba.

"Sekarang hari apa?" tanya Zahra karena seingatnya hari ini bukan hari senin ataupun hari kamis.

Puasa sunnah ada beberapa jenis, tapi yang biasa dilakukan umat muslim dan dicontohkan langsung oleh nabi Muhammad SAW adalah puasa sunnah di hari senin dan hari kamis.

"Sekarang hari jum'at, aku puasa sunnah daud," jawab Shakila seakan mengerti alasan Zahra bertanya.

Puasa Daud merupakan Puasa sunnah yang dikerjakan selang seling, sehari puasa sehari tidak. Sebelum menikah Shakila sudah terbiasa melakukan puasa sunnah tersebut, kecuali saat datang bulan karena wanita yang sedang datang bulan haram berpuasa.

"Simpen di kulkas buat nanti buka kalau gitu, kalau disimpen disini nanti dimakan Khansa," saran Zahra.

Sekarang Adam dan Adiba sudah pulang, menyisakan keluarga kecil mereka di rumah itu. Khansa sedang tidur di kamar, tapi takutnya Khansa bangun dan melihat brownies Shakila.

"Adiba bilang browniesnya dari Adam khusus buat kamu, kan?" pertanyaan Zahra membuat Abian mendecih.

Ada sedikit rasa terganggu dalam diri Abian saat mendengar apa yang baru saja Zahra katakan. Khusus terdengar terlalu istimewa.

"Eh? kamu mau apa, mas?" tanya Zahra melihat Abian mengambil dan membuka brownies milik Shakila.

"Mas makan saja browniesnya, takutnya kalau buat nanti keburu dingin," Abian memakan brownies Shakila tanpa meminta izin pemiliknya.

"Heh!" pekik Zahra merasa ucapan suaminya tidak masuk diakal.

Memang sejak kapan brownies dimakan panas-panas? atau, sebenarnya hati Abian yang panas sekarang?

"Aku tahu mas cemburu, tapi setidaknya izin dulu sebelum memakan brownies orang lain," Zahra menegur Abian dengan senyuman mengejek.

Abian yang mendengarnya hampir tersedak brownies yang Ia makan, "mas tidak mengerti yang kamu bicarakan. Lagipula Shakila sedang puasa, tidak apa-apa browniesnya mas makan. Nanti mas ganti yang baru."

"Astaghfirullah, mas," Zahra hanya menggeleng melihat kelakuan suaminya yang cemburu.

Jika ditanya bagaimana perasaan Zahra melihat Abian mencemburui perempuan selain dirinya, Zahra akan dengan jujur menjawab hatinya sakit. Tapi dibalik itu ada kebahagiaan yang lebih mendominasi.

Lagipula, wajar Abian cemburu terhadap sesuatu yang sudah menjadi miliknya. Shakila istri Abian, milik Abian, wajar jika Abian cemburu.

"Tapi kamu belum mendapat izin Shakila loh, mas."

"Tidak apa-apa kalau mas Abian mau, mba," ucap Shakila tidak keberatan.

Shakila termasuk golongan orang yang mudah peka, kecuali soal perasaan. Ia sama sekali tidak mengerti maksud dari obrolan Abian dan Zahra.

-

-

Saat waktunya Shakila buka puasa, Abian menepati janjinya menggantikan brownies istimewa Adam untuk istri keduanya itu.

Abian sengaja membeli lebih banyak dan lebih istimewa, bahkan sengaja dimasukkan ke dalam box cantik yang membuat browniesnya terkesan mewah.

"Buat kamu," Abian memberikan brownies yang dibelinya pada Shakila, "lain kali jangan terima apapun dari laki-laki lain, kalau butuh sesuatu kamu bisa meminta langsung pada mas."

Bahkan, setelah Abian mengatakan hal sejelas itu Shakila tidak sadar suaminya cemburu karena Shakila mendapat brownies dari Adam.

"Oh, iya. Terimakasih, mas," Shakila tersenyum menerima brownies Abian tanpa mengerti yang Abian bicarakan padanya.

"Kenapa disimpan?" tanya Abian melihat Shakila menyimpan browniesnya.

"Aku baru makan, perutku masih kenyang sekarang, mas."

Episodes
1 Bab 1 : Menikahlah dengan suamiku
2 Bab 2 : Rumah sakit
3 Bab 3 : Meminta waktu berpikir
4 Bab 4 : Jalan takdir
5 Bab 5 : Anak kecil tanpa peran ibu
6 Bab 6 : Terjebak
7 Bab 7 : Bukan untuk bercerai
8 Bab 8 : Resmi menikah
9 Bab 9 : Pengasuh gratis
10 Bab 10 : Janji Adam
11 Bab 11 : Ketakutan Abian
12 Bab 12 : Dua wanita surga Abian
13 Bab 13 : Satu imam, dua makmum
14 Bab 14 : Bukan tipe idaman Shakila
15 Bab 15 : Cerita Zahra
16 Bab 16 : Siapa wanita itu?
17 Bab 17 : Mertua Abian
18 Bab 18 : Tinggal di rumah mertua
19 Bab 19 : Melepas rindu
20 Bab 20 : Kecemburuan Abian
21 Bab 21 : Belajar menjahit
22 Bab 22 : Rencana ke Jakarta
23 Bab 23 : Bibi perusak suasana
24 Bab 24 : Terbongkarnya rahasia
25 Bab 25 : Fitnah kejam
26 Bab 26 : Tukang fitnah harus pergi
27 Bab 27 : Obrolan tetangga
28 Bab 28 : Menantu dan mertua
29 Bab 29 : Menghabisi pelakor
30 Bab 30 : Dua kejadian
31 Bab 31 : Maaf, aku gagal
32 Bab 32 : Pemakaman Zahra
33 Bab 33 : Tulisan di kain kafan
34 Bab 34 : Secercah harapan
35 Bab 35 : Ibu-ibu pengajian
36 Bab 36 : Hilang ingatan?
37 Bab 37 : Kembalinya menantu Sanjaya
38 Bab 38 : Hukuman Allah
39 Bab 39 : Dusta Cinta
40 Bab 40 : Rencana kehamilan
41 Bab 41 : Keluarga harmonis
42 Bab 42 : Datang ke desa
43 Bab 43 : Keluarga kecil bahagia
44 Bab 44 : Hadiah untuk istri tercinta
45 Bab 45 : Wanda kembali berulah!
46 Bab 46 : Pengganggu kecil
47 Bab 47 : Pertemuan keluarga
48 Bab 48 : Hukuman penuduh zina
49 Bab 49 : Sudah terlambat
50 Bab 50 : Menikah tidak seburuk itu
51 Bab 51 : Drama Wanda masih berlanjut
52 Bab 52 : Laki-laki idaman Shakila
53 Bab 53 : Hamil
54 Bab 54 : Pertengkaran papah dan anak
55 Bab 55 : Batal umroh
56 Bab 56 : Menurunkan ego
57 Bab 57 : Hanya titipan
58 Bab 58 : Calon saingan Abian
59 Bab 59 : Umroh
60 Bab 60 : Selisih usia
61 Bab 61: Stalker
62 Bab 62 : Istri pengertian
63 Bab 63 : Saingan cinta antar saudara
64 Bab 64 : Pernikahan Adam
65 Bab 65 : Suamiku bukan pezina
66 Bab 66 : Sisi lain menantu Sanjaya
67 Bab 67 : Jangan menunjukkan wajah!
68 Bab 68 : Video viral
69 Bab 69: Mengurus masalah
70 Bab 70 : Kesedihan istri Abian
71 Bab 71 : Hampir saja
72 Bab 72 : Bahaya sosial media
73 Bab 73 : Kejahatan dibalas kebaikan
74 Bab 74 : Rencana lahiran
75 Bab 75 : Calon suami Adiba
76 Bab 76 : Lahirnya duplikat Abian
77 Bab 77 : Baju dinas Arsyila
78 Bab 78 : Wanita penggoda
79 Bab 79 : Penggoda terbaik
80 Bab 80 : Satu saja cukup
81 Bab 81 : Wanita Yang Dirindukan Surga
82 Bab 82 : Wanita Yang Dirindukan Surga 2
83 Bab 83 : Abian vs Arkana
84 Bab 84 : Mengingat Zahra
85 Bab 85 : Tidak apa-apa menangis
86 Bab 86 : Bicara baik-baik
87 Bab 87 : Arkana tantrum
88 Bab 88 : Hampir terharu
89 Bab 89 : Akhir pekan
Episodes

Updated 89 Episodes

1
Bab 1 : Menikahlah dengan suamiku
2
Bab 2 : Rumah sakit
3
Bab 3 : Meminta waktu berpikir
4
Bab 4 : Jalan takdir
5
Bab 5 : Anak kecil tanpa peran ibu
6
Bab 6 : Terjebak
7
Bab 7 : Bukan untuk bercerai
8
Bab 8 : Resmi menikah
9
Bab 9 : Pengasuh gratis
10
Bab 10 : Janji Adam
11
Bab 11 : Ketakutan Abian
12
Bab 12 : Dua wanita surga Abian
13
Bab 13 : Satu imam, dua makmum
14
Bab 14 : Bukan tipe idaman Shakila
15
Bab 15 : Cerita Zahra
16
Bab 16 : Siapa wanita itu?
17
Bab 17 : Mertua Abian
18
Bab 18 : Tinggal di rumah mertua
19
Bab 19 : Melepas rindu
20
Bab 20 : Kecemburuan Abian
21
Bab 21 : Belajar menjahit
22
Bab 22 : Rencana ke Jakarta
23
Bab 23 : Bibi perusak suasana
24
Bab 24 : Terbongkarnya rahasia
25
Bab 25 : Fitnah kejam
26
Bab 26 : Tukang fitnah harus pergi
27
Bab 27 : Obrolan tetangga
28
Bab 28 : Menantu dan mertua
29
Bab 29 : Menghabisi pelakor
30
Bab 30 : Dua kejadian
31
Bab 31 : Maaf, aku gagal
32
Bab 32 : Pemakaman Zahra
33
Bab 33 : Tulisan di kain kafan
34
Bab 34 : Secercah harapan
35
Bab 35 : Ibu-ibu pengajian
36
Bab 36 : Hilang ingatan?
37
Bab 37 : Kembalinya menantu Sanjaya
38
Bab 38 : Hukuman Allah
39
Bab 39 : Dusta Cinta
40
Bab 40 : Rencana kehamilan
41
Bab 41 : Keluarga harmonis
42
Bab 42 : Datang ke desa
43
Bab 43 : Keluarga kecil bahagia
44
Bab 44 : Hadiah untuk istri tercinta
45
Bab 45 : Wanda kembali berulah!
46
Bab 46 : Pengganggu kecil
47
Bab 47 : Pertemuan keluarga
48
Bab 48 : Hukuman penuduh zina
49
Bab 49 : Sudah terlambat
50
Bab 50 : Menikah tidak seburuk itu
51
Bab 51 : Drama Wanda masih berlanjut
52
Bab 52 : Laki-laki idaman Shakila
53
Bab 53 : Hamil
54
Bab 54 : Pertengkaran papah dan anak
55
Bab 55 : Batal umroh
56
Bab 56 : Menurunkan ego
57
Bab 57 : Hanya titipan
58
Bab 58 : Calon saingan Abian
59
Bab 59 : Umroh
60
Bab 60 : Selisih usia
61
Bab 61: Stalker
62
Bab 62 : Istri pengertian
63
Bab 63 : Saingan cinta antar saudara
64
Bab 64 : Pernikahan Adam
65
Bab 65 : Suamiku bukan pezina
66
Bab 66 : Sisi lain menantu Sanjaya
67
Bab 67 : Jangan menunjukkan wajah!
68
Bab 68 : Video viral
69
Bab 69: Mengurus masalah
70
Bab 70 : Kesedihan istri Abian
71
Bab 71 : Hampir saja
72
Bab 72 : Bahaya sosial media
73
Bab 73 : Kejahatan dibalas kebaikan
74
Bab 74 : Rencana lahiran
75
Bab 75 : Calon suami Adiba
76
Bab 76 : Lahirnya duplikat Abian
77
Bab 77 : Baju dinas Arsyila
78
Bab 78 : Wanita penggoda
79
Bab 79 : Penggoda terbaik
80
Bab 80 : Satu saja cukup
81
Bab 81 : Wanita Yang Dirindukan Surga
82
Bab 82 : Wanita Yang Dirindukan Surga 2
83
Bab 83 : Abian vs Arkana
84
Bab 84 : Mengingat Zahra
85
Bab 85 : Tidak apa-apa menangis
86
Bab 86 : Bicara baik-baik
87
Bab 87 : Arkana tantrum
88
Bab 88 : Hampir terharu
89
Bab 89 : Akhir pekan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!