Bab 13 : Satu imam, dua makmum

Shakila akhirnya merasakan salat berjamaah dengan laki-laki yang sekarang menjadi suaminya. Biasanya Ia salat sendiri di dalam kamar, tapi salat Isya hari ini ada Abian dan Zahra yang menemaninya salat.

"Assalamu'alaikum wa rahmatullah, Assalamu'alaikum wa rahmatullah," satu imam dengan dua makmumnya itu mengakhiri salat mereka dengan mengucap salam.

Mereka salat di mushola kecil yang memang sengaja disediakan di rumah itu. Meskipun ruangannya kecil, tapi cukup untuk mereka bertiga salat.

Setelah selesai berdzikir dan berdoa, Abian membalikkan badannya menghadap kedua istrinya. Ia membiarkan Zahra mencium tangannya, lalu membalas dengan mencium kening istri tercintanya itu.

"Kamu juga Shakila," Abian menyodorkan tangannya pada Shakila supaya Shakila melakukan hal yang sama seperti yang Zahra lakukan terhadapnya.

"Oh?" Shakila menatap wajah Abian dan tangan Abian yang terulur kearahnya secara berganti.

Shakila ragu untuk mencium tangan Abian di hadapan Zahra karena mungkin itu akan menyakiti hatinya.

"Mas Abian ingin kamu mencium tangannya, Shakila," bisik Zahra di telinga Shakila saat melihat Shakila tidak kunjung mencium tangan suami mereka.

"Oh iya, mba," Shakila akhirnya meraih tangan Abian dan mencium tangan itu.

Shakila sebenarnya mengerti maksud Abian, Ia hanya kaget Abian akan memintanya mencium tangan di depan Zahra.

Shakila pikir Abian hanya memintanya mencium tangan, tapi ternyata Abian juga mencium keningnya persis seperti yang Abian lakukan pada Zahra.

Untuk pertama kalinya Shakila merasakan dicium kening oleh laki-laki dan laki-laki itu adalah pasangan halalnya.

Meskipun berstatus istri kedua, setidaknya Shakila tidak menikahi suami orang dengan jalan yang salah dimata Tuhannya.

"Hari ini mas tidur di kamar Shakila," belum selesai dengan keterkejutannya dicium Abian, sekarang Abian mengatakan sesuatu yang lebih mengejutkan.

Setelah malam pertama mereka yang terlewatkan karena Abian harus membawa Zahra ke rumah sakit, sekarang tiba-tiba Abian mau tidur dengannya.

"Kalau begitu aku ke kamar duluan ya, kasihan Khansa sendirian di kamar," Zahra duluan pergi ke kamar meninggalkan Abian dan Shakila disana.

Ada perasaan tidak enak dalam hati Shakila saat Zahra pamit pergi ke kamarnya. Entah apa yang istri pertama suaminya itu rasakan saat mengatakan suami mereka ingin tidur dengannya.

Setelah Zahra pergi, Abian dan Shakila tidak langsung pergi ke kamar. Mereka terdiam cukup lama di mushola kecil mereka.

"Mas, kamu tidur di kamar mba Zahra saja," ucap Shakila setelah sekian lama terdiam.

"Malam ini mas tidur di kamar kamu," tegas Abian. Ia heran kenapa istri-istrinya tidak ada yang mau tidur dengannya.

Sebelum melaksakan salat, Abian terlibat pembicaraan dengan istri pertamanya. Zahra memintanya tidur di kamar Shakila dan mengingatkan apapun yang Abian lakukan terhadapnya, Abian juga harus melakukan hal yang sama terhadap Shakila.

Abian melakukan apa yang Zahra minta, tapi didasari dengan kemauan dalam hatinya. Ia mengetahui dan memahami apa yang sepatutnya dilakukan suami dengan dua istri, apalagi mereka tinggal bersama.

"Yaudah," Shakila mengatakan hal yang membuat kening Abian berkerut.

"Kamu tidak mau tidur dengan mas?" tanya Abian spontan.

Melihat bagaimana Shakila mengatakan 'yaudah' membuat Abian merasa istri keduanya itu 'terpaksa' mau tidur dengannya.

"Bukan tidak mau," Shakila dengan cepat menyangkalnya supaya suaminya tidak salah paham, "ayo, ke kamar."

Shakila beranjak lebih dulu kemudian mengulurkan tangannya pada Abian untuk membantunya berdiri. Ia tidak ingin Abian benar-benar berpikir bahwa dirinya tidak mau tidur dengan Abian.

Shakila dan Abian tidak saling mencintai, tapi ada Allah SWT di dalam hati mereka yang membuat mereka bersikap layaknya suami istri.

"Kamu tidak akan kuat," Abian beranjak sendiri kemudian menggandeng Shakila menuju kamar.

Jika Shakila bukan istrinya, Abian tidak akan mau melakukan itu, tapi Abian melakukannya karena Shakila istri yang sepatutnya mendapat cinta darinya. Begitulah peraturan Tuhan.

-

-

Shakila dan Abian berada dalam satu selimut yang sama. Belum ada yang mengantuk diantara mereka, baik Shakila maupun Abian hanya menatap langit-langit kamar dalam keheningan.

Tidak berselang lama, Abian menoleh melihat Shakila yang masih menatap langit-langit kamar. Wajah istri keduanya itu nampak tegang padahal mereka hanya tidur di ranjang yang sama.

"Shakila, kemarilah," ucap Abian memecah keheningan.

Abian meminta Shakila mendekat karena Shakila yang sengaja memberi jarak seakan tidak mau berdekatan dengan suaminya.

"Iya, mas," Shakila bergeser sedikit demi sedikit ke dekat suaminya, tapi tetap memberikan jarak yang membuat Abian gregetan.

"Lebih dekat lagi, kamu bisa jatuh kalau tidur diujung kasur," ucap Abian.

Posisinya sekarang Abian berbaring ditengah kasur sementara Shakila berada dekat sekali dengan ujung ranjang. Geser pun tidak membuat Shakila berubah posisi, hanya sedikit lebih dekat dengan Abian.

"Iya," Shakila kembali bergeser tapi masih belum dekat Abian.

Alhasil, karena Abian sudah sangat gregetan melihat Shakila yang tidak kunjung mendekat, Abian akhirnya menarik tubuh Shakila kemudian memeluknya.

"Tidurlah," ucap Abian masih dengan posisi memeluk Shakila.

Shakila boro-boro bisa tidur, tubuhnya yang kaku sekarang terasa semakin kaku. Pertama kali dipeluk diatas ranjang oleh laki-laki membuat jantungnya berdecak tidak seperti biasanya.

"Besok pagi tolong bangunkan mas jika saat adzan subuh mas belum bangun," pintanya.

"Iya, mas."

-

-

Di sepertiga malam terakhir, Adam dan Shakila melaksanakan salat tahajud di waktu yang sama dan di tempat yang berbeda.

Adam mengganti doanya kepada Allah SWT, sekarang Ia tidak meminta Shakila menjadi miliknya, tapi meminta supaya Allah SWT selalu melindungi Shakila.

"Ya Allah, aku tahu cintaku tidak gagal. Aku berhasil mencintai dengan aturan engkau, aku hanya gagal memiliknya dalam hidupku. Maka dari itu ya Allah, tolong engkau lindungi dia dan cintailah dia. Aku sudah tidak bisa lagi mencintainya karena dia sudah menjadi istri orang lain," itulah doa yang Adam panjatkan pada Allah SWT.

Sementara itu,

Shakila kembali menangis dalam doanya karena mengingat dosa-dosanya. Sebelum hatinya dipenuhi cinta kepada Allah, Shakila pernah memenuhi hatinya dengan kebencian terhadap dunia dan manusia. Shakila tidak tahu sudah sebanyak apa dosanya sekarang.

Abian yang saat itu terbangun terdiam melihat Shakila menangis. Entah apa yang sebenarnya sedang istrinya itu tangisi, tapi suaranya menyakiti hatinya.

"Mas, kamu sudah bangun?" cicit Shakila setelah selesai dengan permohonan ampun atas dosanya dan melihat suaminya duduk di ranjang.

"Kemarilah," Abian menepuk kasur di sampingnya supaya Shakila duduk disana.

Shakila menuruti Abian tanpa banyak bicara dan duduk di tempat yang Abian minta.

"Kenapa, mas?" tanya Shakila setelah duduk di samping Abian.

Tanpa bicara, Abian menghapus air mata yang tersisa di wajah Shakila. Betapa hebatnya istrinya ini bisa menghapus air matanya sendiri setelah berdoa dan menangis di hadapan Tuhannya.

"Suara tangisanmu menyakiti hati mas, Shakila. Apa yang sebenarnya sedang kamu hadapi, wahai istriku?"

Episodes
1 Bab 1 : Menikahlah dengan suamiku
2 Bab 2 : Rumah sakit
3 Bab 3 : Meminta waktu berpikir
4 Bab 4 : Jalan takdir
5 Bab 5 : Anak kecil tanpa peran ibu
6 Bab 6 : Terjebak
7 Bab 7 : Bukan untuk bercerai
8 Bab 8 : Resmi menikah
9 Bab 9 : Pengasuh gratis
10 Bab 10 : Janji Adam
11 Bab 11 : Ketakutan Abian
12 Bab 12 : Dua wanita surga Abian
13 Bab 13 : Satu imam, dua makmum
14 Bab 14 : Bukan tipe idaman Shakila
15 Bab 15 : Cerita Zahra
16 Bab 16 : Siapa wanita itu?
17 Bab 17 : Mertua Abian
18 Bab 18 : Tinggal di rumah mertua
19 Bab 19 : Melepas rindu
20 Bab 20 : Kecemburuan Abian
21 Bab 21 : Belajar menjahit
22 Bab 22 : Rencana ke Jakarta
23 Bab 23 : Bibi perusak suasana
24 Bab 24 : Terbongkarnya rahasia
25 Bab 25 : Fitnah kejam
26 Bab 26 : Tukang fitnah harus pergi
27 Bab 27 : Obrolan tetangga
28 Bab 28 : Menantu dan mertua
29 Bab 29 : Menghabisi pelakor
30 Bab 30 : Dua kejadian
31 Bab 31 : Maaf, aku gagal
32 Bab 32 : Pemakaman Zahra
33 Bab 33 : Tulisan di kain kafan
34 Bab 34 : Secercah harapan
35 Bab 35 : Ibu-ibu pengajian
36 Bab 36 : Hilang ingatan?
37 Bab 37 : Kembalinya menantu Sanjaya
38 Bab 38 : Hukuman Allah
39 Bab 39 : Dusta Cinta
40 Bab 40 : Rencana kehamilan
41 Bab 41 : Keluarga harmonis
42 Bab 42 : Datang ke desa
43 Bab 43 : Keluarga kecil bahagia
44 Bab 44 : Hadiah untuk istri tercinta
45 Bab 45 : Wanda kembali berulah!
46 Bab 46 : Pengganggu kecil
47 Bab 47 : Pertemuan keluarga
48 Bab 48 : Hukuman penuduh zina
49 Bab 49 : Sudah terlambat
50 Bab 50 : Menikah tidak seburuk itu
51 Bab 51 : Drama Wanda masih berlanjut
52 Bab 52 : Laki-laki idaman Shakila
53 Bab 53 : Hamil
54 Bab 54 : Pertengkaran papah dan anak
55 Bab 55 : Batal umroh
56 Bab 56 : Menurunkan ego
57 Bab 57 : Hanya titipan
58 Bab 58 : Calon saingan Abian
59 Bab 59 : Umroh
60 Bab 60 : Selisih usia
61 Bab 61: Stalker
62 Bab 62 : Istri pengertian
63 Bab 63 : Saingan cinta antar saudara
64 Bab 64 : Pernikahan Adam
65 Bab 65 : Suamiku bukan pezina
66 Bab 66 : Sisi lain menantu Sanjaya
67 Bab 67 : Jangan menunjukkan wajah!
68 Bab 68 : Video viral
69 Bab 69: Mengurus masalah
70 Bab 70 : Kesedihan istri Abian
71 Bab 71 : Hampir saja
72 Bab 72 : Bahaya sosial media
73 Bab 73 : Kejahatan dibalas kebaikan
74 Bab 74 : Rencana lahiran
75 Bab 75 : Calon suami Adiba
76 Bab 76 : Lahirnya duplikat Abian
77 Bab 77 : Baju dinas Arsyila
78 Bab 78 : Wanita penggoda
79 Bab 79 : Penggoda terbaik
80 Bab 80 : Satu saja cukup
81 Bab 81 : Wanita Yang Dirindukan Surga
82 Bab 82 : Wanita Yang Dirindukan Surga 2
83 Bab 83 : Abian vs Arkana
84 Bab 84 : Mengingat Zahra
85 Bab 85 : Tidak apa-apa menangis
86 Bab 86 : Bicara baik-baik
87 Bab 87 : Arkana tantrum
88 Bab 88 : Hampir terharu
89 Bab 89 : Akhir pekan
Episodes

Updated 89 Episodes

1
Bab 1 : Menikahlah dengan suamiku
2
Bab 2 : Rumah sakit
3
Bab 3 : Meminta waktu berpikir
4
Bab 4 : Jalan takdir
5
Bab 5 : Anak kecil tanpa peran ibu
6
Bab 6 : Terjebak
7
Bab 7 : Bukan untuk bercerai
8
Bab 8 : Resmi menikah
9
Bab 9 : Pengasuh gratis
10
Bab 10 : Janji Adam
11
Bab 11 : Ketakutan Abian
12
Bab 12 : Dua wanita surga Abian
13
Bab 13 : Satu imam, dua makmum
14
Bab 14 : Bukan tipe idaman Shakila
15
Bab 15 : Cerita Zahra
16
Bab 16 : Siapa wanita itu?
17
Bab 17 : Mertua Abian
18
Bab 18 : Tinggal di rumah mertua
19
Bab 19 : Melepas rindu
20
Bab 20 : Kecemburuan Abian
21
Bab 21 : Belajar menjahit
22
Bab 22 : Rencana ke Jakarta
23
Bab 23 : Bibi perusak suasana
24
Bab 24 : Terbongkarnya rahasia
25
Bab 25 : Fitnah kejam
26
Bab 26 : Tukang fitnah harus pergi
27
Bab 27 : Obrolan tetangga
28
Bab 28 : Menantu dan mertua
29
Bab 29 : Menghabisi pelakor
30
Bab 30 : Dua kejadian
31
Bab 31 : Maaf, aku gagal
32
Bab 32 : Pemakaman Zahra
33
Bab 33 : Tulisan di kain kafan
34
Bab 34 : Secercah harapan
35
Bab 35 : Ibu-ibu pengajian
36
Bab 36 : Hilang ingatan?
37
Bab 37 : Kembalinya menantu Sanjaya
38
Bab 38 : Hukuman Allah
39
Bab 39 : Dusta Cinta
40
Bab 40 : Rencana kehamilan
41
Bab 41 : Keluarga harmonis
42
Bab 42 : Datang ke desa
43
Bab 43 : Keluarga kecil bahagia
44
Bab 44 : Hadiah untuk istri tercinta
45
Bab 45 : Wanda kembali berulah!
46
Bab 46 : Pengganggu kecil
47
Bab 47 : Pertemuan keluarga
48
Bab 48 : Hukuman penuduh zina
49
Bab 49 : Sudah terlambat
50
Bab 50 : Menikah tidak seburuk itu
51
Bab 51 : Drama Wanda masih berlanjut
52
Bab 52 : Laki-laki idaman Shakila
53
Bab 53 : Hamil
54
Bab 54 : Pertengkaran papah dan anak
55
Bab 55 : Batal umroh
56
Bab 56 : Menurunkan ego
57
Bab 57 : Hanya titipan
58
Bab 58 : Calon saingan Abian
59
Bab 59 : Umroh
60
Bab 60 : Selisih usia
61
Bab 61: Stalker
62
Bab 62 : Istri pengertian
63
Bab 63 : Saingan cinta antar saudara
64
Bab 64 : Pernikahan Adam
65
Bab 65 : Suamiku bukan pezina
66
Bab 66 : Sisi lain menantu Sanjaya
67
Bab 67 : Jangan menunjukkan wajah!
68
Bab 68 : Video viral
69
Bab 69: Mengurus masalah
70
Bab 70 : Kesedihan istri Abian
71
Bab 71 : Hampir saja
72
Bab 72 : Bahaya sosial media
73
Bab 73 : Kejahatan dibalas kebaikan
74
Bab 74 : Rencana lahiran
75
Bab 75 : Calon suami Adiba
76
Bab 76 : Lahirnya duplikat Abian
77
Bab 77 : Baju dinas Arsyila
78
Bab 78 : Wanita penggoda
79
Bab 79 : Penggoda terbaik
80
Bab 80 : Satu saja cukup
81
Bab 81 : Wanita Yang Dirindukan Surga
82
Bab 82 : Wanita Yang Dirindukan Surga 2
83
Bab 83 : Abian vs Arkana
84
Bab 84 : Mengingat Zahra
85
Bab 85 : Tidak apa-apa menangis
86
Bab 86 : Bicara baik-baik
87
Bab 87 : Arkana tantrum
88
Bab 88 : Hampir terharu
89
Bab 89 : Akhir pekan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!