Bab 17 : Mertua Abian

"Apa yang Anda lakukan?" Shakila yang tidak terima suaminya ditampar orang lain menghampiri tempat Abian dan wanita paruh baya yang sudah berani menampar suaminya itu.

"Shakila."

"Mba Shakila."

Abian dan Adam bicara bersamaan. Mereka terkejut melihat Shakila berjalan kearah wanita paruh baya yang sudah menampar Abian.

"Siapa kamu?" wanita paruh baya itu —Nyai Aisyah —ibu Zahra —menatap Shakila dengan tatapan tidak suka karena Shakila sudah berani meneriakinya.

"Adik saya," Abian dengan cepat bicara sebelum Shakila menjawab pertanyaan Nyai Aisyah.

Perkataan Abian membuat Shakila menghentikan langkahnya sebelum benar-benar menghampiri Nyai Aisyah. Shakila tidak menyangka suaminya mengakuinya sebagai adik.

"Adik? bukankah adik perempuanmu hanya Adiba? tapi sepertinya tadi saya dengar kamu memanggil nama lain? siapa tadi? Shakila?"

Nyai Aisyah mendekat kearah Shakila dan berniat melihat wajah dibalik burqa itu. Tapi Abian dengan cepat menarik Shakila untuk melindunginya.

"Dia adik sepupu saya, dan tolong jaga batasan Anda," ucap Abian mengingatkan karena nyai Aisyah hampir saja membuka burqa Shakila.

Shakila yang mendengar itu hanya bisa terdiam. Ia tidak menyangka suaminya benar-benar mengakuinya sebagai adik sepupu.

"Cih!" nyai Aisyah mendecih melihat wanita yang katanya adik sepupu Abian dari atas hingga bawah.

"Pakaiannya tertutup tapi berani sekali bersikap tidak sopan," setelah mengatakan itu Nyai Aisyah memilih masuk ke dalam ruangan Zahra untuk melihat keadaan putrinya.

Shakila yang masih tidak menyangka diakui sepupu masih terdiam. Ternyata perlakuan Abian terhadapnya selama ini bukan karena mereka suami-istri. Abian menganggapnya adik sepupu.

"Shakila, maaf. Tadi mas-"

"Sejak kapan aku jadi adik sepupumu?" tanya Shakila tidak terima.

Bukan tidak tahu diri sebagai istri kedua dan sebagai istri yang dinikahi karena istri pertamanya sakit, tapi Shakila merasa berhak untuk marah sekarang.

"Maaf, mas tadi terpaksa."

"Oke, baiklah. Aku mengerti," Shakila bersikap seolah-olah mengerti, padahal sebenarnya Ia tidak mengerti situasinya.

Wanita tadi mertua Abian yang terhormat dan gila hormat, istri seorang Kyai yang ingin semua orang menghormatinya. Shakila pasti akan menjadi bahan hinaan jika Nyai Aisyah tahu Shakila istri kedua Abian, madu putrinya.

"Aku kesini hanya untuk mengajak Khansa pulang."

"Shakila, sayang, tolong dengarkan mas dulu. Mas tidak bermaksud tidak mengakuimu."

"Iya, aku mengerti. Dimana Khansa?"

Abian hanya bisa beristighfar dalam hati mengetahui istrinya marah setelah diakui sepupu olehnya. Tapi Ia tidak marah dan sangat paham alasan dibalik kemarahan istrinya saat ini.

"Khansa tidak jadi ikut, ada nenek dan kakeknya disini. Kamu pulang ke rumah orang tua mas untuk sementara waktu."

"Kenapa harus pulang kesana?" tanya Shakila semakin dibuat kesal oleh suaminya itu.

Shakila tidak terlalu mendengarkan tentang nenek dan kakek Khansa karena terlalu emosi.

"Kamu pulang saja ke rumah orang tua mas dulu, nanti mas jemput dan menjelaskan semuanya," saat Abian berniat mencium kening Shakila di balik burqa untuk perpisahan, Shakila menghindar dan menolak dicium olehnya.

"Mau apa kamu? bukankah kita hanya saudara sepupu?"

Abian tetap tidak marah dan sangat mewajarkan sikap istrinya. Ia juga pasti akan marah jika Shakila ataupun Zahra tidak mengakuinya suami.

"Aku pulang sekarang," Shakila berbalik dan tidak berniat untuk menoleh sedikitpun pada Abian.

Nyai Aisyah diam-diam memperhatikan interaksi tidak biasa antara Abian dan Shakila dari dalam ruangan Zahra. Ia mencurigai Abian berselingkuh dengan perempuan pemakai burqa itu.

"Siapa perempuan yang bersama suamimu itu? apa benar adik sepupunya?" tanya Nyai Aisyah pada Zahra sambil tidak berhenti memperhatikan dua orang yang berada diluar ruangan putrinya.

Zahra menatap keluar jendela. Dengan ragu Ia menjawab, "iya, dia adik sepupu mas Abian."

Sebagai seorang ibu, Nyai Aisyah merasa bahwa putrinya sedang berbohong sekarang. Ia yakin perempuan itu bukan adik sepupu Abian. Apalagi saat melihat Abian berjalan mengejar perempuan itu.

"Aku akan mencari tahu siapa perempuan itu," janjinya.

Kembali lagi keluar ruangan Zahra. Sebenarnya Abian tidak mengejar Shakila, Ia hanya menghampiri Adam untuk menitipkan Shakila pada adiknya itu.

Abian tidak bisa membiarkan Shakila pulang ke rumah mereka karena mertuanya pasti akan menginap selama beberapa hari. Apalagi mertuanya sekarang sudah tahu tentang penyakit Zahra.

"Mas titip mba Shakila sampai mertua mas pulang ke Surakarta," ucap Abian pada Adam. Sementara Shakila sudah duluan pergi ke mobil.

Abian belum tahu kapan mertuanya akan pulang ke Surakarta. Tapi yang terpenting adalah Ia harus mengamankan Shakila dari mertuanya.

Abian sangat mengenal tabiat mertuanya. Kata buah tidak jatuh jauh dari pohonnya tidak berlaku untuk Nyai Aisyah dan Zahra.

Zahra baik, rendah hati dan tidak sombong, tapi Nyai Aisyah kebalikan dari Zahra. Bahkan, dulu Abian hampir tidak direstui menikah dengan Zahra karena Abian dianggap tidak pantas.

"Kenapa mas tidak memberitahu mba Shakila soal mertua mas?"

Abian menghela nafas sejenak, "kamu tidak lihat mba mu tadi?"

"Ya wajar sih, kenapa juga mas mengakui mba Shakila adik sepupu? istri adik sepupu kita maksudnya? kita kan tidak punya adik sepupu perempuan!"

"Mas terpaksa-"

"Baiklah, aku akan menjaga mba Shakila sampai mertua mas pulang ke Surakarta. Nanti mas langsung jemput saja mba Shakila ke rumah orang tua kita."

Adam menyela karena tidak ingin mendengar kakaknya beralasan. Ia gregetan pada kakaknya yang seakan susah sekali memberikan penjelasan. Entah karena tidak ingin menjelekkan mertuanya atau apa.

Padahal, Abian tinggal mengatakan betapa buruknya mertuanya supaya Shakila mengerti.

"Hati-hati saja mba Shakila benar-benar menjadi adik sepupu mas," Adam menatap Abian seolah mengisyaratkan sesuatu.

Mereka memiliki adik sepupu yang belum menikah dan sering datang mengunjungi orang tua mereka. Ada kemungkinan Shakila benar-benar menjadi adik sepupu mereka jika Abian terlalu lama menjemputnya.

"Adik sepupu kita terlalu muda untuk mba Shakila."

"Mas lupa Rasulullah saja menikah dengan yang lebih tua lima belas tahun darinya?"

-

-

Shakila membuka lembaran setiap lembaran buku yang Ia bawa dari butik tanpa membacanya. Ia masih kesal karena Abian tidak mengakuinya istri dan sekarang Abian malah memintanya tinggal di rumah mertuanya.

"Wanita tadi mertua mas Abian," ucap Adam memberitahu berharap hal itu bisa mengobati kekesalan dalam diri Shakila saat ini.

Adam ingin membiarkan Abian menjelaskannya sendiri, tapi Ia tidak tega melihat Shakila.

"Mertua mas Abian tidak tahu mas Abian menikah lagi, itu sebabnya mas Abian tidak mengakui mba istri."

Sesuai harapan, kekesalan Shakila berkurang setelah mengetahui alasan suaminya tidak mengakuinya istri.

"Kenapa mas Abian tidak memberitahuku?" pikir Shakila.

Padahal, tadi Shakila sendiri yang menolak mendengarkan penjelasan.

"Untuk sementara mba akan tinggal di rumah kami karena kemungkinan mertua mas Abian akan menginap di rumah kalian," jelas Adam lagi.

Adam begitu pengertian memberikan penjelasan yang tidak bisa kakaknya lakukan.

"Oke, baiklah. Mba mengerti."

Episodes
1 Bab 1 : Menikahlah dengan suamiku
2 Bab 2 : Rumah sakit
3 Bab 3 : Meminta waktu berpikir
4 Bab 4 : Jalan takdir
5 Bab 5 : Anak kecil tanpa peran ibu
6 Bab 6 : Terjebak
7 Bab 7 : Bukan untuk bercerai
8 Bab 8 : Resmi menikah
9 Bab 9 : Pengasuh gratis
10 Bab 10 : Janji Adam
11 Bab 11 : Ketakutan Abian
12 Bab 12 : Dua wanita surga Abian
13 Bab 13 : Satu imam, dua makmum
14 Bab 14 : Bukan tipe idaman Shakila
15 Bab 15 : Cerita Zahra
16 Bab 16 : Siapa wanita itu?
17 Bab 17 : Mertua Abian
18 Bab 18 : Tinggal di rumah mertua
19 Bab 19 : Melepas rindu
20 Bab 20 : Kecemburuan Abian
21 Bab 21 : Belajar menjahit
22 Bab 22 : Rencana ke Jakarta
23 Bab 23 : Bibi perusak suasana
24 Bab 24 : Terbongkarnya rahasia
25 Bab 25 : Fitnah kejam
26 Bab 26 : Tukang fitnah harus pergi
27 Bab 27 : Obrolan tetangga
28 Bab 28 : Menantu dan mertua
29 Bab 29 : Menghabisi pelakor
30 Bab 30 : Dua kejadian
31 Bab 31 : Maaf, aku gagal
32 Bab 32 : Pemakaman Zahra
33 Bab 33 : Tulisan di kain kafan
34 Bab 34 : Secercah harapan
35 Bab 35 : Ibu-ibu pengajian
36 Bab 36 : Hilang ingatan?
37 Bab 37 : Kembalinya menantu Sanjaya
38 Bab 38 : Hukuman Allah
39 Bab 39 : Dusta Cinta
40 Bab 40 : Rencana kehamilan
41 Bab 41 : Keluarga harmonis
42 Bab 42 : Datang ke desa
43 Bab 43 : Keluarga kecil bahagia
44 Bab 44 : Hadiah untuk istri tercinta
45 Bab 45 : Wanda kembali berulah!
46 Bab 46 : Pengganggu kecil
47 Bab 47 : Pertemuan keluarga
48 Bab 48 : Hukuman penuduh zina
49 Bab 49 : Sudah terlambat
50 Bab 50 : Menikah tidak seburuk itu
51 Bab 51 : Drama Wanda masih berlanjut
52 Bab 52 : Laki-laki idaman Shakila
53 Bab 53 : Hamil
54 Bab 54 : Pertengkaran papah dan anak
55 Bab 55 : Batal umroh
56 Bab 56 : Menurunkan ego
57 Bab 57 : Hanya titipan
58 Bab 58 : Calon saingan Abian
59 Bab 59 : Umroh
60 Bab 60 : Selisih usia
61 Bab 61: Stalker
62 Bab 62 : Istri pengertian
63 Bab 63 : Saingan cinta antar saudara
64 Bab 64 : Pernikahan Adam
65 Bab 65 : Suamiku bukan pezina
66 Bab 66 : Sisi lain menantu Sanjaya
67 Bab 67 : Jangan menunjukkan wajah!
68 Bab 68 : Video viral
69 Bab 69: Mengurus masalah
70 Bab 70 : Kesedihan istri Abian
71 Bab 71 : Hampir saja
72 Bab 72 : Bahaya sosial media
73 Bab 73 : Kejahatan dibalas kebaikan
74 Bab 74 : Rencana lahiran
75 Bab 75 : Calon suami Adiba
76 Bab 76 : Lahirnya duplikat Abian
77 Bab 77 : Baju dinas Arsyila
78 Bab 78 : Wanita penggoda
79 Bab 79 : Penggoda terbaik
80 Bab 80 : Satu saja cukup
81 Bab 81 : Wanita Yang Dirindukan Surga
82 Bab 82 : Wanita Yang Dirindukan Surga 2
83 Bab 83 : Abian vs Arkana
84 Bab 84 : Mengingat Zahra
85 Bab 85 : Tidak apa-apa menangis
86 Bab 86 : Bicara baik-baik
87 Bab 87 : Arkana tantrum
88 Bab 88 : Hampir terharu
89 Bab 89 : Akhir pekan
Episodes

Updated 89 Episodes

1
Bab 1 : Menikahlah dengan suamiku
2
Bab 2 : Rumah sakit
3
Bab 3 : Meminta waktu berpikir
4
Bab 4 : Jalan takdir
5
Bab 5 : Anak kecil tanpa peran ibu
6
Bab 6 : Terjebak
7
Bab 7 : Bukan untuk bercerai
8
Bab 8 : Resmi menikah
9
Bab 9 : Pengasuh gratis
10
Bab 10 : Janji Adam
11
Bab 11 : Ketakutan Abian
12
Bab 12 : Dua wanita surga Abian
13
Bab 13 : Satu imam, dua makmum
14
Bab 14 : Bukan tipe idaman Shakila
15
Bab 15 : Cerita Zahra
16
Bab 16 : Siapa wanita itu?
17
Bab 17 : Mertua Abian
18
Bab 18 : Tinggal di rumah mertua
19
Bab 19 : Melepas rindu
20
Bab 20 : Kecemburuan Abian
21
Bab 21 : Belajar menjahit
22
Bab 22 : Rencana ke Jakarta
23
Bab 23 : Bibi perusak suasana
24
Bab 24 : Terbongkarnya rahasia
25
Bab 25 : Fitnah kejam
26
Bab 26 : Tukang fitnah harus pergi
27
Bab 27 : Obrolan tetangga
28
Bab 28 : Menantu dan mertua
29
Bab 29 : Menghabisi pelakor
30
Bab 30 : Dua kejadian
31
Bab 31 : Maaf, aku gagal
32
Bab 32 : Pemakaman Zahra
33
Bab 33 : Tulisan di kain kafan
34
Bab 34 : Secercah harapan
35
Bab 35 : Ibu-ibu pengajian
36
Bab 36 : Hilang ingatan?
37
Bab 37 : Kembalinya menantu Sanjaya
38
Bab 38 : Hukuman Allah
39
Bab 39 : Dusta Cinta
40
Bab 40 : Rencana kehamilan
41
Bab 41 : Keluarga harmonis
42
Bab 42 : Datang ke desa
43
Bab 43 : Keluarga kecil bahagia
44
Bab 44 : Hadiah untuk istri tercinta
45
Bab 45 : Wanda kembali berulah!
46
Bab 46 : Pengganggu kecil
47
Bab 47 : Pertemuan keluarga
48
Bab 48 : Hukuman penuduh zina
49
Bab 49 : Sudah terlambat
50
Bab 50 : Menikah tidak seburuk itu
51
Bab 51 : Drama Wanda masih berlanjut
52
Bab 52 : Laki-laki idaman Shakila
53
Bab 53 : Hamil
54
Bab 54 : Pertengkaran papah dan anak
55
Bab 55 : Batal umroh
56
Bab 56 : Menurunkan ego
57
Bab 57 : Hanya titipan
58
Bab 58 : Calon saingan Abian
59
Bab 59 : Umroh
60
Bab 60 : Selisih usia
61
Bab 61: Stalker
62
Bab 62 : Istri pengertian
63
Bab 63 : Saingan cinta antar saudara
64
Bab 64 : Pernikahan Adam
65
Bab 65 : Suamiku bukan pezina
66
Bab 66 : Sisi lain menantu Sanjaya
67
Bab 67 : Jangan menunjukkan wajah!
68
Bab 68 : Video viral
69
Bab 69: Mengurus masalah
70
Bab 70 : Kesedihan istri Abian
71
Bab 71 : Hampir saja
72
Bab 72 : Bahaya sosial media
73
Bab 73 : Kejahatan dibalas kebaikan
74
Bab 74 : Rencana lahiran
75
Bab 75 : Calon suami Adiba
76
Bab 76 : Lahirnya duplikat Abian
77
Bab 77 : Baju dinas Arsyila
78
Bab 78 : Wanita penggoda
79
Bab 79 : Penggoda terbaik
80
Bab 80 : Satu saja cukup
81
Bab 81 : Wanita Yang Dirindukan Surga
82
Bab 82 : Wanita Yang Dirindukan Surga 2
83
Bab 83 : Abian vs Arkana
84
Bab 84 : Mengingat Zahra
85
Bab 85 : Tidak apa-apa menangis
86
Bab 86 : Bicara baik-baik
87
Bab 87 : Arkana tantrum
88
Bab 88 : Hampir terharu
89
Bab 89 : Akhir pekan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!