Bab 9 : Pengasuh gratis

Shakila menjadi pengasuh Khansa sejak Zahra dibawa ke rumah sakit malam itu. Abian menghabiskan seluruh waktunya di rumah sakit selama satu minggu penuh, sementara Shakila tidak diberi kabar dan dibiarkan mengasuh Khansa.

Beruntung Khansa tidak pernah rewel dan mudah akrab dengan Shakila. Sehingga Shakila tidak terlalu kesulitan mengurus Khansa meskipun tanpa bantuan orang lain.

"Ansa, sayang, kamu kenapa?" tanya Shakila melihat Khansa menggaruk-garuk badannya.

Khansa tidak menjawab karena memang masih kecil dan belum mengerti apa yang terjadi dengan dirinya sendiri. Khansa hanya terus menggaruk-garuk tubuhnya sampai terlihat ruam merah di beberapa bagian tubuhnya yang tidak tertutup pakaian.

"Astaghfirullah, kulit kamu merah-merah, sayang. Kamu sepertinya alergi," Shakila yang panik saat itu tanpa berpikir panjang langsung membawa Khansa ke rumah sakit sampai lupa membawa handphonenya.

Shakila baru sadar tidak membawa handphone saat sudah setengah perjalanan menuju rumah sakit. Tapi Ia pikir tidak masalah tidak membawa handphone, toh tidak akan ada yang menghubunginya.

"Sakit, Buna," Khansa menangis sambil terus menggaruk tubuhnya karena tidak kuat dengan rasa gatal di sekujur tubuhnya.

Buna adalah panggilan Khansa untuk Shakila. Sebelum Zahra dilarikan ke rumah sakit, Zahra sempat meminta putrinya untuk memanggil Shakila dengan sebutan Buna. Karena sekarang Shakila juga ibu putrinya.

"Iya, sayang. Jangan digaruk ya, nanti tambah sakit," Shakila bicara pada Khansa sambil berusaha untuk fokus menyetir.

Setibanya di rumah sakit, Shakila langsung menggendong Khansa masuk ke dalam rumah sakit dan meminta dokter yang bertugas untuk menangani putrinya.

Di rumah,

Abian baru pulang dan tidak menemukan anak serta istrinya di rumah. Sudah mencoba menghubungi Shakila, tapi handphone Shakila tertinggal di rumah.

"Kemana Shakila? kenapa pergi tanpa membawa handphone?" gumam Abian dengan wajah kusutnya.

Seminggu ini Abian bukan hanya menemani Zahra di rumah sakit, Ia juga sibuk ke kantor dan sibuk mengisi pengajian.

Sekedar informasi, selain berdakwah Abian juga memiliki pekerjaan lain sebagai CEO di perusahaan properti milik keluarganya.

Keluarga Abian memiliki dua bisnis yang masih berjalan sampai saat ini, yaitu bisnis properti dan kuliner. Abian mendapat bagian untuk mengurus properti sementara kuliner diurus oleh Adam dan Adiba.

Shakila tidak tahu karena Abian memang belum menceritakan pekerjaannya. Shakila hanya tahu Abian sibuk mengurus Zahra yang sedang dirawat.

"Lebih baik aku mandi dulu, mungkin Shakila sebentar lagi pulang," Abian pergi ke kamar Shakila untuk mandi disana.

Zahra menyimpan beberapa pakaian Abian di kamar Shakila, dan entah kenapa sekarang Abian ingin mandi di kamar istri keduanya itu.

Setelah selesai mandi, Abian dikejutkan dengan kain berwarna putih yang tersimpan rapih di dalam lemari pakaian Shakila. Kain kafan.

"Astaghfirullah, kenapa ada kain kafan disini?" Abian reflek melemparkan kain kafan itu ke lantai.

Abian yang sedang kelelahan tidak bisa berpikir jernih sekarang, Ia berpikir Shakila sengaja membeli kain kafan untuk Zahra.

"Apa Shakila berharap Zahra mati?" pertanyaan itu terlintas begitu saja dalam pikiran Abian, apalagi sekarang keadaan Zahra bisa dibilang tidak baik.

"Itu pasti suara mobil Shakila," Abian bergegas keluar dari kamar Shakila setelah selesai mengenakan pakaiannya. Ia perlu meminta pejelasan atas apa yang Ia temukan di kamar istrinya itu.

"Mas, kamu sudah pulang?" tanya Shakila tepat saat mereka berpapasan di ruang tengah.

Bukannya menjawab, Abian justru melemparkan kain kafan ke hadapan Shakila.

"Apa maksudnya itu?" tanya Abian dengan nafas naik turun karena emosi.

Shakila melihat kearah kain kafan yang Abian lemparkan ke hadapannya. Untung saja Shakila cepat menghindar, jika tidak kain kafan itu pasti akan mengenainya dan Khansa.

"Oh, itu-"

"Kamu berharap Zahra mati?!" Abian tidak bisa mengendalikan emosinya sampai-sampai berteriak di hadapan anak dan istrinya seperti itu.

Abian sedang memperjuangkan kesembuhan Zahra, tapi bisa-bisanya Shakila menyiapkan kain kafan untuk kematian Zahra.

"Apa maksudmu, mas? kain kafan itu- kita bicara nanti ya setelah Khansa tidur?"

Abian menatap putri kecilnya yang berada dalam gendongan Shakila. Emosinya mereda sesaat sampai Ia melihat kondisi putrinya.

"Kamu apakan putriku?" tanya Abian langsung berpikir buruk tentang Shakila. Ia tidak menyangka perempuan yang dianggap baik oleh Zahra ternyata sejahat ini.

"Khansa alergi, tapi tadi dokter bilang-"

"Serahkan anakku padaku!" Abian mengambil alih Khansa dengan emosi yang sudah meradang.

Abian tidak pulang dan mempercayakan putrinya pada Shakila, tidak disangka perempuan yang Ia percaya ternyata seburuk ini.

Shakila bukan hanya membelikan kafan untuk Zahra, tapi juga mencelakai Khansa.

"Mulai sekarang jauhi Khansa!" titahnya langsung membawa Khansa pergi tanpa menunggu Shakila memberikan penjelasan.

"Mas!"

Abian mengabaikan Shakila yang memanggilnya dan terus melangkah menuju kamar Zahra. Meninggalkan Shakila yang nampak kebingungan disana.

-

-

Shakila termenung memikirkan yang terjadi. Burqanya kini sudah diganti dengan khimar karena sedang berada di rumah dan ada suaminya di rumah.

"Apa yang sebenarnya mas Abian pikirkan tentangku?"

Saat Shakila sibuk dengan pikirannya, Abian datang dengan wajahnya yang masih terlihat emosi. Ia sempat menahan emosinya karena harus menidurkan Khansa dan sekarang waktunya meluapkannya.

"Sebenarnya apa tujuanmu mendekati keluargaku?" tanya Abian seakan tidak sedang bicara dengan istrinya. Atau, mungkin Abian tidak menganggap Shakila anggota keluarganya.

"Aku tidak mengerti yang kamu bicarakan, mas."

"Tidak mengerti?" Abian mendecih pelan, "kamu membeli kain kafan untuk Zahra, mencelakai Khansa dan kamu masih bilang tidak mengerti?!"

Shakila tidak menyangka akan mendapat tuduhan kejam dari suaminya sendiri. Benar kain kafan itu miliknya, tapi kain kafan itu untuk dirinya sendiri, bukan untuk Zahra. Dan soal Khansa, Shakila mana tahu Khansa memiliki alergi.

"Kamu serius menuduhku seperti itu?" tanya Shakila.

"Menuduh? semua bukti ada di depan mata untuk apa aku menuduhmu?!"

"Aku membeli kain kafan jauh sebelum kita menikah dan aku membelinya untuk diriku sendiri!" Shakila tidak tahan dan balas berteriak di depan Abian.

Shakila tahu membentak suami berdosa. Tapi Ia tidak tahan dengan tuduhan suaminya terhadapnya.

"Mas pikir cuma mba Zahra yang akan mati? aku dan kamu juga, mas! aku membeli kafan untuk persiapan diriku dan supaya aku ingat kematian!"

Shakila mengatur nafasnya sejenak sebelum kembali melanjutkan kalimatnya, "aku disini menjadi pengasuh gratis anakmu dan kamu bisa-bisanya menuduhku melakukan kejahatan!"

Abian dihujani rasa bersalah karena apa yang baru saja Shakila bicarakan. Seharusnya tadi Ia tidak terpancing emosi dan bicara baik-baik dengan Shakila.

"Maaf, mas tidak tahu kalau-"

"Tidak apa-apa, aku bisa mengerti karena aku tahu kamu sangat menyayangi anak dan istrimu," Shakila pergi setelah mengatakan itu.

Abian semakin merasa bersalah karena Shakila bicara seolah Shakila bukan istrinya.

"Shakila," panggil Abian dengan suara yang jauh lebih lembut dari sebelumnya, tapi Shakila terus melangkah sampai masuk ke dalam kamarnya.

"Kamu juga istri mas, Shakila," lirihnya menatap pintu kamar Shakila yang sudah tertutup.

Terpopuler

Comments

Shyfa Andira Rahmi

Shyfa Andira Rahmi

diiihhh...dia beli kafan buat dirinya sendiri x, ustadz ko suudzon...

2024-12-15

0

Shyfa Andira Rahmi

Shyfa Andira Rahmi

siapa juga yg mau jdi istri kamu, kalo ngga kalian paksa

2024-12-15

0

Shyfa Andira Rahmi

Shyfa Andira Rahmi

tuh kannn denger...

2024-12-15

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 : Menikahlah dengan suamiku
2 Bab 2 : Rumah sakit
3 Bab 3 : Meminta waktu berpikir
4 Bab 4 : Jalan takdir
5 Bab 5 : Anak kecil tanpa peran ibu
6 Bab 6 : Terjebak
7 Bab 7 : Bukan untuk bercerai
8 Bab 8 : Resmi menikah
9 Bab 9 : Pengasuh gratis
10 Bab 10 : Janji Adam
11 Bab 11 : Ketakutan Abian
12 Bab 12 : Dua wanita surga Abian
13 Bab 13 : Satu imam, dua makmum
14 Bab 14 : Bukan tipe idaman Shakila
15 Bab 15 : Cerita Zahra
16 Bab 16 : Siapa wanita itu?
17 Bab 17 : Mertua Abian
18 Bab 18 : Tinggal di rumah mertua
19 Bab 19 : Melepas rindu
20 Bab 20 : Kecemburuan Abian
21 Bab 21 : Belajar menjahit
22 Bab 22 : Rencana ke Jakarta
23 Bab 23 : Bibi perusak suasana
24 Bab 24 : Terbongkarnya rahasia
25 Bab 25 : Fitnah kejam
26 Bab 26 : Tukang fitnah harus pergi
27 Bab 27 : Obrolan tetangga
28 Bab 28 : Menantu dan mertua
29 Bab 29 : Menghabisi pelakor
30 Bab 30 : Dua kejadian
31 Bab 31 : Maaf, aku gagal
32 Bab 32 : Pemakaman Zahra
33 Bab 33 : Tulisan di kain kafan
34 Bab 34 : Secercah harapan
35 Bab 35 : Ibu-ibu pengajian
36 Bab 36 : Hilang ingatan?
37 Bab 37 : Kembalinya menantu Sanjaya
38 Bab 38 : Hukuman Allah
39 Bab 39 : Dusta Cinta
40 Bab 40 : Rencana kehamilan
41 Bab 41 : Keluarga harmonis
42 Bab 42 : Datang ke desa
43 Bab 43 : Keluarga kecil bahagia
44 Bab 44 : Hadiah untuk istri tercinta
45 Bab 45 : Wanda kembali berulah!
46 Bab 46 : Pengganggu kecil
47 Bab 47 : Pertemuan keluarga
48 Bab 48 : Hukuman penuduh zina
49 Bab 49 : Sudah terlambat
50 Bab 50 : Menikah tidak seburuk itu
51 Bab 51 : Drama Wanda masih berlanjut
52 Bab 52 : Laki-laki idaman Shakila
53 Bab 53 : Hamil
54 Bab 54 : Pertengkaran papah dan anak
55 Bab 55 : Batal umroh
56 Bab 56 : Menurunkan ego
57 Bab 57 : Hanya titipan
58 Bab 58 : Calon saingan Abian
59 Bab 59 : Umroh
60 Bab 60 : Selisih usia
61 Bab 61: Stalker
62 Bab 62 : Istri pengertian
63 Bab 63 : Saingan cinta antar saudara
64 Bab 64 : Pernikahan Adam
65 Bab 65 : Suamiku bukan pezina
66 Bab 66 : Sisi lain menantu Sanjaya
67 Bab 67 : Jangan menunjukkan wajah!
68 Bab 68 : Video viral
69 Bab 69: Mengurus masalah
70 Bab 70 : Kesedihan istri Abian
71 Bab 71 : Hampir saja
72 Bab 72 : Bahaya sosial media
73 Bab 73 : Kejahatan dibalas kebaikan
74 Bab 74 : Rencana lahiran
75 Bab 75 : Calon suami Adiba
76 Bab 76 : Lahirnya duplikat Abian
77 Bab 77 : Baju dinas Arsyila
78 Bab 78 : Wanita penggoda
79 Bab 79 : Penggoda terbaik
80 Bab 80 : Satu saja cukup
81 Bab 81 : Wanita Yang Dirindukan Surga
82 Bab 82 : Wanita Yang Dirindukan Surga 2
83 Bab 83 : Abian vs Arkana
84 Bab 84 : Mengingat Zahra
85 Bab 85 : Tidak apa-apa menangis
86 Bab 86 : Bicara baik-baik
87 Bab 87 : Arkana tantrum
88 Bab 88 : Hampir terharu
89 Bab 89 : Akhir pekan
Episodes

Updated 89 Episodes

1
Bab 1 : Menikahlah dengan suamiku
2
Bab 2 : Rumah sakit
3
Bab 3 : Meminta waktu berpikir
4
Bab 4 : Jalan takdir
5
Bab 5 : Anak kecil tanpa peran ibu
6
Bab 6 : Terjebak
7
Bab 7 : Bukan untuk bercerai
8
Bab 8 : Resmi menikah
9
Bab 9 : Pengasuh gratis
10
Bab 10 : Janji Adam
11
Bab 11 : Ketakutan Abian
12
Bab 12 : Dua wanita surga Abian
13
Bab 13 : Satu imam, dua makmum
14
Bab 14 : Bukan tipe idaman Shakila
15
Bab 15 : Cerita Zahra
16
Bab 16 : Siapa wanita itu?
17
Bab 17 : Mertua Abian
18
Bab 18 : Tinggal di rumah mertua
19
Bab 19 : Melepas rindu
20
Bab 20 : Kecemburuan Abian
21
Bab 21 : Belajar menjahit
22
Bab 22 : Rencana ke Jakarta
23
Bab 23 : Bibi perusak suasana
24
Bab 24 : Terbongkarnya rahasia
25
Bab 25 : Fitnah kejam
26
Bab 26 : Tukang fitnah harus pergi
27
Bab 27 : Obrolan tetangga
28
Bab 28 : Menantu dan mertua
29
Bab 29 : Menghabisi pelakor
30
Bab 30 : Dua kejadian
31
Bab 31 : Maaf, aku gagal
32
Bab 32 : Pemakaman Zahra
33
Bab 33 : Tulisan di kain kafan
34
Bab 34 : Secercah harapan
35
Bab 35 : Ibu-ibu pengajian
36
Bab 36 : Hilang ingatan?
37
Bab 37 : Kembalinya menantu Sanjaya
38
Bab 38 : Hukuman Allah
39
Bab 39 : Dusta Cinta
40
Bab 40 : Rencana kehamilan
41
Bab 41 : Keluarga harmonis
42
Bab 42 : Datang ke desa
43
Bab 43 : Keluarga kecil bahagia
44
Bab 44 : Hadiah untuk istri tercinta
45
Bab 45 : Wanda kembali berulah!
46
Bab 46 : Pengganggu kecil
47
Bab 47 : Pertemuan keluarga
48
Bab 48 : Hukuman penuduh zina
49
Bab 49 : Sudah terlambat
50
Bab 50 : Menikah tidak seburuk itu
51
Bab 51 : Drama Wanda masih berlanjut
52
Bab 52 : Laki-laki idaman Shakila
53
Bab 53 : Hamil
54
Bab 54 : Pertengkaran papah dan anak
55
Bab 55 : Batal umroh
56
Bab 56 : Menurunkan ego
57
Bab 57 : Hanya titipan
58
Bab 58 : Calon saingan Abian
59
Bab 59 : Umroh
60
Bab 60 : Selisih usia
61
Bab 61: Stalker
62
Bab 62 : Istri pengertian
63
Bab 63 : Saingan cinta antar saudara
64
Bab 64 : Pernikahan Adam
65
Bab 65 : Suamiku bukan pezina
66
Bab 66 : Sisi lain menantu Sanjaya
67
Bab 67 : Jangan menunjukkan wajah!
68
Bab 68 : Video viral
69
Bab 69: Mengurus masalah
70
Bab 70 : Kesedihan istri Abian
71
Bab 71 : Hampir saja
72
Bab 72 : Bahaya sosial media
73
Bab 73 : Kejahatan dibalas kebaikan
74
Bab 74 : Rencana lahiran
75
Bab 75 : Calon suami Adiba
76
Bab 76 : Lahirnya duplikat Abian
77
Bab 77 : Baju dinas Arsyila
78
Bab 78 : Wanita penggoda
79
Bab 79 : Penggoda terbaik
80
Bab 80 : Satu saja cukup
81
Bab 81 : Wanita Yang Dirindukan Surga
82
Bab 82 : Wanita Yang Dirindukan Surga 2
83
Bab 83 : Abian vs Arkana
84
Bab 84 : Mengingat Zahra
85
Bab 85 : Tidak apa-apa menangis
86
Bab 86 : Bicara baik-baik
87
Bab 87 : Arkana tantrum
88
Bab 88 : Hampir terharu
89
Bab 89 : Akhir pekan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!