Bab 19 : Melepas rindu

Sudah satu minggu lebih Shakila menginap di rumah mertuanya, tapi masih belum ada tanda-tanda suaminya akan datang menjemputnya.

"Mungkin hari ini juga mas Abian tidak akan datang," Shakila menutup gorden kamarnya. Ia berniat tidur awal malam ini supaya besok bisa bangun untuk salat tahajud dan juga sahur.

Saat Shakila naik keatas ranjang, Barulah suara mobil terdengar dari luar. Tapi kali ini Ia tidak ingin terlalu berharap dan memilih memejamkan matanya.

"Shakila."

Shakila mengabaikan suara yang memanggilnya. Sepertinya Ia terlalu merindukan Abian sampai-sampai berhalusinasi medengar suara suaminya itu.

"Sayang, ini mas. Kamu sudah tidur?" suara dari halusinasi Shakila kembali terdengar.

Shakila menarik selimutnya hingga menutup seluruh tubuhnya supaya suara-suara itu tidak terdengar lagi olehnya.

Shakila terus beristighfar dalam hati untuk menenangkan dirinya dari kekecewaan karena suaminya tidak datang menjemput.

"Kenapa aku terus mendengar suara mas Abian?" keluh Shakila sambil berusaha untuk terus terpejam, "apa aku sekangen itu sampai berhalusi?"

"Mas masuk ya?"

Shakila masih mengabaikannya karena berpikir yang Ia dengar hanya halusinasi semata. Saat suara pintu terbuka, barulah Ia dengan sigap bangun dan keluar dari dalam selimutnya.

"Siapa itu?" tanya Shakila takut ada orang lain yang sembarangan masuk ke dalam kamarnya.

Meskipun orang di rumah ini baik, tapi bisa saja ada orang jahat yang masuk ke dalam rumah dan sekarang orang itu memasuki kamar Shakila.

"Ini mas," Abian muncul dari balik pintu dan langsung menutup kembali pintu kamar istrinya itu.

Abian tahu jika di kamar istrinya tidak memakai burqanya dan Ia tidak ingin wajah istrinya terlihat oleh laki-laki lain di rumah itu.

"Mas Abian?" Shakila tidak bisa menyembunyikan senyumannya saat melihat laki-laki yang sekarang berdiri di hadapannya.

Ternyata Shakila tidak berhalusinasi, suaminya benar-benar datang menemuinya.

"Aku pikir tadi aku hanya berhalusinasi mendengar suara kamu."

Abian tersenyum simpul. Ternyata itu alasan istrinya tidak menyahut saat dipanggil olehnya.

"Kamu tidak berhalusinasi, sayang," Abian melebarkan tangannya meminta Shakila memeluknya.

Shakila yang mengerti langsung turun dari ranjang dan memeluk tubuh tegap Abian.

"Mas merindukan kamu, sayang," Abian memejamkan mata menikmati pelukan hangat Shakila.

"Aku juga kangen sama kamu, mas," balas Shakila.

Mereka berdua saling melepas rindu setelah satu minggu lebih tidak bertemu. Mereka saling menghubungi lewat handphone, tapi yang dirindukan adalah wujudnya.

Abian merasa ada sesuatu yang hilang selama tidak ada Shakila di rumah mereka, apalagi Ia juga harus menghadapi tabiat buruk mertuanya di rumah.

"Mas kesini mau menjemputku?" tanya Shakila membuat pelukan Abian sedikit melonggar.

Masalahnya, Abian tidak datang untuk menjemput Shakila. Ia hanya datang untuk melepaskan rindunya terhadap istri tercintanya itu.

Abian kemudian melepaskan pelukannya dan menatap wajah istrinya, "orang tua Zahra masih di rumah, kamu disini dulu tidak apa-apa kan?"

Ada raut kecewa dari wajah Shakila saat mengetahui suaminya datang bukan untuk menjemputnya, tapi Ia berusaha untuk menyembunyikan hal itu.

Shakila tersenyum dan menganggukkan kepalanya supaya suaminya tidak tahu dirinya kecewa, "baiklah."

"Mas akan menjemput kamu secepatnya," ucap Abian menghibur istrinya karena tahu istrinya ini kecewa terhadapnya.

Abian bisa melihat senyuman Shakila berbeda setelah tahu tujuan Abian kesana bukan untuk menjemputnya.

"Iya, mas," Shakila masih menunjukkan senyuman di bibirnya.

Abian tidak tahu harus mengatakan apa selain kata maaf kepada istri tercintanya ini. Ia ingin segera menjemput dan membawa pulang Shakila, tapi mertuanya masih belum juga pulang ke Surakarta.

"Tidak apa-apa, mas. Aku juga senang berada disini, keluarga mas memperlakukan aku dengan baik."

Shakila berbohong dengan perkataannya, tapi tatapan di matanya tidak bisa berbohong. Abian bisa melihat kekecewaan dari mata istrinya saat ini.

"Lebih baik sekarang mas pulang, takutnya mertua mas berpikir yang tidak-tidak kalau mas telat pulang."

Abian tahu itu hanya alasan Shakila menyuruhnya pulang karena kecewa, bukan karena apa yang baru saja istrinya itu katakan.

"Mas baru datang kesini, kamu sudah meminta mas untuk pergi? bukannya kamu bilang kamu kangen sama mas?"

"Aku mau tidur," Shakila menggunakan alasan itu supaya Abian pulang, tapi Abian yang belum mau pergi menolak untuk pergi.

"Tidak apa-apa kalau kamu mau tidur, mas akan menemani kamu tidur."

"Yaudah," Shakila terkesan tidak peduli dan memilih untuk kembali berbaring keatas tempat tidurnya.

"Nanti juga mas Abian pulang dengan sendirinya, kalau memang ada mertuanya di rumah," pikirnya.

Abian memperhatikan setiap pergerakan Shakila. dari mulai Shakila naik keatas ranjang sampai menutup setengah tubuhnya dengan selimut putih.

"Nanti tolong tutup pintunya kalau mas keluar," ucap Shakila tanpa melihat wajah Abian.

Abian mulai tahu kebiasaan Shakila, istrinya itu tidak akan mau menatap orang yang membuatnya marah ataupun kecewa.

"Maaf, mas pasti akan langsung menjemputmu setelah orang tua Zahra pulang ke Surakarta," gumam Abian dalam hati sambil memandangi istrinya yang berada diatas tempat tidur.

Abian membawa tubuhnya menghampiri ranjang Shakila, kemudian naik keatas ranjang itu dan membaringkan dirinya disana.

Shakila spontan membuka mata menatap Abian, "kenapa mas malah tiduran disini bukannya pulang?"

Abian menarik tubuh Shakila tanpa memberikan jawaban atas apa yang istrinya tanyakan.

"Mas!" cicit Shakila sambil menahan tubuh Abian supaya tidak terlalu dekat dengan cara meletakkan tangannya di dada suaminya itu.

Abian dengan lembut menahan tangan Shakila yang berada diatas dadanya sehingga sudah tidak ada lagi yang menghalangi tubuh mereka untuk saling berdekatan dan menempel.

"Mas mau tidur sebentar disini," ucap Abian berpura-pura memejamkan mata supaya tidak diusir oleh istrinya.

Shakila akhirnya hanya bisa pasrah dan membiarkan Abian memeluknya diatas tempat tidur.

"Jangan lupa yang aku katakan tadi, tutup pintunya kalau mas pulang."

"Iya, sayang. Nanti mas tutup pintunya."

Shakila dan Abian pun akhirnya tertidur dengan posisi Abian memeluk tubuh Shakila.

-

-

Shakila terbangun saat alarm di handphonenya berbunyi. Betapa terkejutnya Ia saat melihat Abian masih berbaring di sampingnya sambil memeluk tubuhnya.

Abian seharusnya sudah pulang sekarang, tapi suaminya itu masih tertidur pulas di kamarnya.

"Mas, bangun!" ucap Shakila mengguncang pelan tubuh Abian supaya suaminya itu bangun.

Bukannya bangun, Abian justru malah mempererat pelukannya pada tubuh Shakila tanpa membuka sedikitpun matanya.

"Mas!" Shakila masih berusaha membangunkan Abian, tapi suaminya itu masih belum juga bangun.

"Mas masih ngantuk, sayang," hanya itu yang Abian katakan sambil menyamankan dirinya dalam pelukan Shakila dengan matanya yang masih tertutup rapat.

Shakila yang tidak kehilangan akal mencapit hidung mancung Abian supaya suaminya itu kesulitan bernafas dan bangun.

"Kalau seperti ini kamu bisa membunuh suamimu sendiri, Shakila," Abian akhirnya membuka mata dan langsung menatap wajah Shakila.

Episodes
1 Bab 1 : Menikahlah dengan suamiku
2 Bab 2 : Rumah sakit
3 Bab 3 : Meminta waktu berpikir
4 Bab 4 : Jalan takdir
5 Bab 5 : Anak kecil tanpa peran ibu
6 Bab 6 : Terjebak
7 Bab 7 : Bukan untuk bercerai
8 Bab 8 : Resmi menikah
9 Bab 9 : Pengasuh gratis
10 Bab 10 : Janji Adam
11 Bab 11 : Ketakutan Abian
12 Bab 12 : Dua wanita surga Abian
13 Bab 13 : Satu imam, dua makmum
14 Bab 14 : Bukan tipe idaman Shakila
15 Bab 15 : Cerita Zahra
16 Bab 16 : Siapa wanita itu?
17 Bab 17 : Mertua Abian
18 Bab 18 : Tinggal di rumah mertua
19 Bab 19 : Melepas rindu
20 Bab 20 : Kecemburuan Abian
21 Bab 21 : Belajar menjahit
22 Bab 22 : Rencana ke Jakarta
23 Bab 23 : Bibi perusak suasana
24 Bab 24 : Terbongkarnya rahasia
25 Bab 25 : Fitnah kejam
26 Bab 26 : Tukang fitnah harus pergi
27 Bab 27 : Obrolan tetangga
28 Bab 28 : Menantu dan mertua
29 Bab 29 : Menghabisi pelakor
30 Bab 30 : Dua kejadian
31 Bab 31 : Maaf, aku gagal
32 Bab 32 : Pemakaman Zahra
33 Bab 33 : Tulisan di kain kafan
34 Bab 34 : Secercah harapan
35 Bab 35 : Ibu-ibu pengajian
36 Bab 36 : Hilang ingatan?
37 Bab 37 : Kembalinya menantu Sanjaya
38 Bab 38 : Hukuman Allah
39 Bab 39 : Dusta Cinta
40 Bab 40 : Rencana kehamilan
41 Bab 41 : Keluarga harmonis
42 Bab 42 : Datang ke desa
43 Bab 43 : Keluarga kecil bahagia
44 Bab 44 : Hadiah untuk istri tercinta
45 Bab 45 : Wanda kembali berulah!
46 Bab 46 : Pengganggu kecil
47 Bab 47 : Pertemuan keluarga
48 Bab 48 : Hukuman penuduh zina
49 Bab 49 : Sudah terlambat
50 Bab 50 : Menikah tidak seburuk itu
51 Bab 51 : Drama Wanda masih berlanjut
52 Bab 52 : Laki-laki idaman Shakila
53 Bab 53 : Hamil
54 Bab 54 : Pertengkaran papah dan anak
55 Bab 55 : Batal umroh
56 Bab 56 : Menurunkan ego
57 Bab 57 : Hanya titipan
58 Bab 58 : Calon saingan Abian
59 Bab 59 : Umroh
60 Bab 60 : Selisih usia
61 Bab 61: Stalker
62 Bab 62 : Istri pengertian
63 Bab 63 : Saingan cinta antar saudara
64 Bab 64 : Pernikahan Adam
65 Bab 65 : Suamiku bukan pezina
66 Bab 66 : Sisi lain menantu Sanjaya
67 Bab 67 : Jangan menunjukkan wajah!
68 Bab 68 : Video viral
69 Bab 69: Mengurus masalah
70 Bab 70 : Kesedihan istri Abian
71 Bab 71 : Hampir saja
72 Bab 72 : Bahaya sosial media
73 Bab 73 : Kejahatan dibalas kebaikan
74 Bab 74 : Rencana lahiran
75 Bab 75 : Calon suami Adiba
76 Bab 76 : Lahirnya duplikat Abian
77 Bab 77 : Baju dinas Arsyila
78 Bab 78 : Wanita penggoda
79 Bab 79 : Penggoda terbaik
80 Bab 80 : Satu saja cukup
81 Bab 81 : Wanita Yang Dirindukan Surga
82 Bab 82 : Wanita Yang Dirindukan Surga 2
83 Bab 83 : Abian vs Arkana
84 Bab 84 : Mengingat Zahra
85 Bab 85 : Tidak apa-apa menangis
86 Bab 86 : Bicara baik-baik
87 Bab 87 : Arkana tantrum
88 Bab 88 : Hampir terharu
89 Bab 89 : Akhir pekan
Episodes

Updated 89 Episodes

1
Bab 1 : Menikahlah dengan suamiku
2
Bab 2 : Rumah sakit
3
Bab 3 : Meminta waktu berpikir
4
Bab 4 : Jalan takdir
5
Bab 5 : Anak kecil tanpa peran ibu
6
Bab 6 : Terjebak
7
Bab 7 : Bukan untuk bercerai
8
Bab 8 : Resmi menikah
9
Bab 9 : Pengasuh gratis
10
Bab 10 : Janji Adam
11
Bab 11 : Ketakutan Abian
12
Bab 12 : Dua wanita surga Abian
13
Bab 13 : Satu imam, dua makmum
14
Bab 14 : Bukan tipe idaman Shakila
15
Bab 15 : Cerita Zahra
16
Bab 16 : Siapa wanita itu?
17
Bab 17 : Mertua Abian
18
Bab 18 : Tinggal di rumah mertua
19
Bab 19 : Melepas rindu
20
Bab 20 : Kecemburuan Abian
21
Bab 21 : Belajar menjahit
22
Bab 22 : Rencana ke Jakarta
23
Bab 23 : Bibi perusak suasana
24
Bab 24 : Terbongkarnya rahasia
25
Bab 25 : Fitnah kejam
26
Bab 26 : Tukang fitnah harus pergi
27
Bab 27 : Obrolan tetangga
28
Bab 28 : Menantu dan mertua
29
Bab 29 : Menghabisi pelakor
30
Bab 30 : Dua kejadian
31
Bab 31 : Maaf, aku gagal
32
Bab 32 : Pemakaman Zahra
33
Bab 33 : Tulisan di kain kafan
34
Bab 34 : Secercah harapan
35
Bab 35 : Ibu-ibu pengajian
36
Bab 36 : Hilang ingatan?
37
Bab 37 : Kembalinya menantu Sanjaya
38
Bab 38 : Hukuman Allah
39
Bab 39 : Dusta Cinta
40
Bab 40 : Rencana kehamilan
41
Bab 41 : Keluarga harmonis
42
Bab 42 : Datang ke desa
43
Bab 43 : Keluarga kecil bahagia
44
Bab 44 : Hadiah untuk istri tercinta
45
Bab 45 : Wanda kembali berulah!
46
Bab 46 : Pengganggu kecil
47
Bab 47 : Pertemuan keluarga
48
Bab 48 : Hukuman penuduh zina
49
Bab 49 : Sudah terlambat
50
Bab 50 : Menikah tidak seburuk itu
51
Bab 51 : Drama Wanda masih berlanjut
52
Bab 52 : Laki-laki idaman Shakila
53
Bab 53 : Hamil
54
Bab 54 : Pertengkaran papah dan anak
55
Bab 55 : Batal umroh
56
Bab 56 : Menurunkan ego
57
Bab 57 : Hanya titipan
58
Bab 58 : Calon saingan Abian
59
Bab 59 : Umroh
60
Bab 60 : Selisih usia
61
Bab 61: Stalker
62
Bab 62 : Istri pengertian
63
Bab 63 : Saingan cinta antar saudara
64
Bab 64 : Pernikahan Adam
65
Bab 65 : Suamiku bukan pezina
66
Bab 66 : Sisi lain menantu Sanjaya
67
Bab 67 : Jangan menunjukkan wajah!
68
Bab 68 : Video viral
69
Bab 69: Mengurus masalah
70
Bab 70 : Kesedihan istri Abian
71
Bab 71 : Hampir saja
72
Bab 72 : Bahaya sosial media
73
Bab 73 : Kejahatan dibalas kebaikan
74
Bab 74 : Rencana lahiran
75
Bab 75 : Calon suami Adiba
76
Bab 76 : Lahirnya duplikat Abian
77
Bab 77 : Baju dinas Arsyila
78
Bab 78 : Wanita penggoda
79
Bab 79 : Penggoda terbaik
80
Bab 80 : Satu saja cukup
81
Bab 81 : Wanita Yang Dirindukan Surga
82
Bab 82 : Wanita Yang Dirindukan Surga 2
83
Bab 83 : Abian vs Arkana
84
Bab 84 : Mengingat Zahra
85
Bab 85 : Tidak apa-apa menangis
86
Bab 86 : Bicara baik-baik
87
Bab 87 : Arkana tantrum
88
Bab 88 : Hampir terharu
89
Bab 89 : Akhir pekan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!