Bab 5 : Anak kecil tanpa peran ibu

Hujan masih sangat deras saat Shakila keluar dari Heaven bakery and cakery. Meski jarak mobil Shakila dengan toko roti itu tidak jauh, tapi dapat dipastikan Shakila akan basah kuyup jika memaksakan diri menerobos hujan.

"Seharusnya tadi aku membawa payung," sesalnya memandangi hujan yang entah kapan akan berhenti.

"Ansa mau bertemu Umma Baba."

Pandangan Shakila dari hujan teralihkan saat mendengar suara anak kecil yang menangis tidak jauh dari tempatnya berdiri saat ini. Ternyata Ia tidak terjebak hujan sendirian, ada orang lain juga yang ikut terjebak hujan bersamanya. Sepertinya mereka ibu dan anak.

"Iya, nanti Ansa bertemu Umma Baba, tapi tidak sekarang oke?"

Ah, sepertinya Shakila salah. Jika benar perempuan yang bersama anak kecil itu ibunya, tidak mungkin ada orang lain yang disebut umma dan baba. Mungkin mereka bibi dan keponakannya atau apalah itu.

"Ansa mau bertemu Umma Baba sekarang, tante!"

"Ternyata benar bibi dan keponakannya," pikir Shakila yang entah kenapa peduli dengan hal itu.

Shakila biasanya tidak pernah peduli dengan urusan orang lain, bahkan Ia bisa mengatur telinganya supaya tidak mendengarkan apa yang tidak seharusnya didengar.

Tapi, entah kenapa kali ini Shakila merasa tertarik dengan obrolan dua orang yang ikut terjebak hujan bersamanya.

"Kenapa aku merasa pernah bertemu mereka ya?" gumam Shakila dalam hati sambil memperhatikan dua orang di depannya.

Shakila merasa tidak asing dengan mereka berdua. Ia yakin pernah bertemu di suatu tempat dengan mereka.

"Khansa!"

Shakila akhirnya mengingat siapa dua orang itu, Khansa dan Adiba. Pantas saja tadi Ia merasa tidak asing saat berpapasan dengan mereka di pintu masuk Heaven bakery and cakery.

"Tolong dengarkan tante. Iya, nanti kita bertemu Umma Baba. Kita tunggu Om Adam, oke?"

Shakila yang tidak tega melihat Khansa sedih dibentak Adiba langsung menghampiri anak kecil itu untuk menghiburnya.

"Hey, anak cantik, anak baik, kenapa menangis hum?"

Berhubung saat itu sedang hujan dan tidak mungkin Shakila menghampiri anak kecil dengan wajah yang tertutup burqa, Shakila membuka sedikit burqanya sampai menunjukkan kedua matanya pada Khansa.

Meski wajah tidak termasuk aurat, tapi Shakila tidak ingin menunjukkan wajah pada siapapun yang menurutnya tidak pantas. Hanya suami, kerabat terdekat dan para perempuan saja yang boleh melihat wajahnya.

Shakila menyebutnya sebagai bentuk perlindungan diri dari para laki-laki yang mungkin mudah tergoda dengan paras wanita. Lagipula, memang hanya suaminya yang pantas untuk melihat kecantikan wajahnya.

"Ansa mau bertemu umma baba," Khansa kembali mengatakan hal yang sama karena mungkin Khansa benar-benar ingin bertemu dengan umma babanya.

"Umma dan babanya sedang di rumah sakit, saya tidak tahu bagaimana menjelaskannya pada anak kecil ini," ucap Adiba membuat Shakila teringat dengan Zahra yang dirawat di rumah sakit.

"Umma Babanya di rumah sakit?" ulang Shakila.

Shakila nampak terkejut mengetahui Zahra dan Abian masih berada di rumah sakit. Ia pikir hari itu Zahra langsung pulang, tidak disangka setelah satu minggu berlalu ternyata Zahra masih berada di rumah sakit.

"Iya, Ummanya sakit leukimia kronis dan sedang dirawat di rumah sakit," jelas Adiba.

Shakila tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya mengetahui penyakit yang Zahra derita. Ternyata seserius itu penyakit Zahra sampai Zahra mau suaminya menikah lagi.

Shakila pernah membaca tentang penyakit yang Zahra derita. Leukimia adalah penyakit berbahaya yang mengancam nyawa penderitanya. Metode pengobatan yang bisa dilakukan para penderita leukimia juga lumayan beresiko.

Shakila tahu karena pernah mencari tahu tentang penyakit leukimia di internet. Ya begitulah seorang penulis, suka mencari tahu banyak hal demi kebutuhan ceritanya. Termasuk mencari tahu tentang sesuatu yang berhubungan dengan medis.

"Rencananya saya akan mengajaknya ke rumah sakit bersama kakak saya, tapi mobil kakak saya mengalami masalah dan sekarang kami terjebak hujan."

"Kalau begitu biar saya antar ke rumah sakit," ucap Shakila tanpa pikir panjang.

Shakila tidak bisa melakukan apa-apa sekarang selain memberi tumpangan untuk Khansa dan Adiba untuk pergi ke rumah sakit.

"Mobil saya ada disana," Shakila menujuk kearah tempat mobilnya terparkir.

"Saya ambil dulu payung di mobil, nanti saya kembali lagi kesini jemput kalian."

"Eh!" Adiba ingin menghentikan Shakila karena hujan sangat deras dan Shakila akan basah kuyup jika memaksa menerobos hujan, tapi Shakila sudah lebih dulu pergi.

Shakila menerobos hujan hanya demi mengambil payung supaya Khansa dan Adiba tidak kehujanan.

"Ayo, saya antar kalian ke rumah sakit," Shakila memberikan payung pada Adiba yang nampak speechless melihat pakaian Shakila yang sudah basah kuyup akibat kehujanan.

Mereka tidak saling mengenal, tapi Shakila sudah sebaik itu terhadap Adiba dan Khansa.

"Mobilnya tidak mungkin saya bawa kesini, tidak apa-apa kan kalau kalian basah sedikit nanti?" Shakila kembali membuat Adiba speechless.

Di dunia ini sangat susah sekali menemukan orang baik seperti Shakila. Bahkan kerabat dekat sekalipun belum tentu bisa sebaik Shakila.

"Anda bisa gendong Khansa, kan?" Shakila bertanya dengan ragu karena Adiba terus terdiam.

Shakila tidak tahu apa yang terjadi dengan Adiba sampai Adiba terus terdiam sambil menatap kearahnya, maka dari itu Shakila bertanya.

"Baju saya basah, saya tidak mungkin gendong Khansa," Shakila masih berusaha bicara dengan Adiba sambil tersenyum kikuk.

"Ansa mau ya digendong tante?" Shakila beralih pada Adiba masih belum memberikan respon, "nanti kita bertemu Umma dan Baba."

Khansa mengangguk lucu. Entah sejak kapan anak kecil itu sudah berhenti merengek dan menangis. Adiba yang melihat keponakannya tidak rewel lagi memandang takjub pada Shakila.

"Anak pinter," Shakila mengusap lembut lengan Khansa sambil menunjukkan senyuman di matanya.

Shakila kemudian beralih pada Adiba, "ayo, akan lama jika kita menunggu hujan reda."

"Ah iya," Adiba akhirnya mendapatkan kembali kesadarannya dan langsung menggendong keponakannya.

"Ansa, ayo kita ketemu Umma Baba," ucap Adiba pada Khansa setelah berhasil menggendong Khansa.

Mereka bertiga pun akhirnya menaiki mobil dan langsung melaju menuju rumah sakit tempat Zahra menjalani perawatan.

Tepat setelah mobil Shakila pergi, ada mobil lain berhenti di depan toko kueh itu. Adam datang untuk menjemput Khansa dan Adiba.

"Loh? kemana Adiba dan Khansa?" gumam Adam saat tidak melihat adik dan keponakannya di depan toko kueh.

Adam mengecek kembali pesan dari Adiba, barangkali Ia datang ke toko kueh yang salah. Tapi memang benar toko kueh ini yang Adiba maksud.

"Adiba ngeyel banget sih? kan udah disuruh tunggu sebentar!" cibir Adam.

Sementara itu,

Di dalam mobil Shakila diam-diam memperhatikan Khansa yang berusaha menyamankan diri dipangkuan Adiba sampai anak kecil itu tertidur.

"Kasihan sekali anak sekecil ini harus kehilangan peran Ibunya karena Ibunya sakit," saat hati Shakila mengatakan itu, pikirannya tiba-tiba saja memikirkan hal yang tidak seharusnya dipikirkan.

"Apakah dengan aku menikahi Babanya, anak ini akan kembali merasakan peran Ibu? apakah aku harus menerima tawaran Mba Zahra?"

Terpopuler

Comments

Shyfa Andira Rahmi

Shyfa Andira Rahmi

iyya, dia perempuan yg kamu kagumi😁😁

2024-12-15

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 : Menikahlah dengan suamiku
2 Bab 2 : Rumah sakit
3 Bab 3 : Meminta waktu berpikir
4 Bab 4 : Jalan takdir
5 Bab 5 : Anak kecil tanpa peran ibu
6 Bab 6 : Terjebak
7 Bab 7 : Bukan untuk bercerai
8 Bab 8 : Resmi menikah
9 Bab 9 : Pengasuh gratis
10 Bab 10 : Janji Adam
11 Bab 11 : Ketakutan Abian
12 Bab 12 : Dua wanita surga Abian
13 Bab 13 : Satu imam, dua makmum
14 Bab 14 : Bukan tipe idaman Shakila
15 Bab 15 : Cerita Zahra
16 Bab 16 : Siapa wanita itu?
17 Bab 17 : Mertua Abian
18 Bab 18 : Tinggal di rumah mertua
19 Bab 19 : Melepas rindu
20 Bab 20 : Kecemburuan Abian
21 Bab 21 : Belajar menjahit
22 Bab 22 : Rencana ke Jakarta
23 Bab 23 : Bibi perusak suasana
24 Bab 24 : Terbongkarnya rahasia
25 Bab 25 : Fitnah kejam
26 Bab 26 : Tukang fitnah harus pergi
27 Bab 27 : Obrolan tetangga
28 Bab 28 : Menantu dan mertua
29 Bab 29 : Menghabisi pelakor
30 Bab 30 : Dua kejadian
31 Bab 31 : Maaf, aku gagal
32 Bab 32 : Pemakaman Zahra
33 Bab 33 : Tulisan di kain kafan
34 Bab 34 : Secercah harapan
35 Bab 35 : Ibu-ibu pengajian
36 Bab 36 : Hilang ingatan?
37 Bab 37 : Kembalinya menantu Sanjaya
38 Bab 38 : Hukuman Allah
39 Bab 39 : Dusta Cinta
40 Bab 40 : Rencana kehamilan
41 Bab 41 : Keluarga harmonis
42 Bab 42 : Datang ke desa
43 Bab 43 : Keluarga kecil bahagia
44 Bab 44 : Hadiah untuk istri tercinta
45 Bab 45 : Wanda kembali berulah!
46 Bab 46 : Pengganggu kecil
47 Bab 47 : Pertemuan keluarga
48 Bab 48 : Hukuman penuduh zina
49 Bab 49 : Sudah terlambat
50 Bab 50 : Menikah tidak seburuk itu
51 Bab 51 : Drama Wanda masih berlanjut
52 Bab 52 : Laki-laki idaman Shakila
53 Bab 53 : Hamil
54 Bab 54 : Pertengkaran papah dan anak
55 Bab 55 : Batal umroh
56 Bab 56 : Menurunkan ego
57 Bab 57 : Hanya titipan
58 Bab 58 : Calon saingan Abian
59 Bab 59 : Umroh
60 Bab 60 : Selisih usia
61 Bab 61: Stalker
62 Bab 62 : Istri pengertian
63 Bab 63 : Saingan cinta antar saudara
64 Bab 64 : Pernikahan Adam
65 Bab 65 : Suamiku bukan pezina
66 Bab 66 : Sisi lain menantu Sanjaya
67 Bab 67 : Jangan menunjukkan wajah!
68 Bab 68 : Video viral
69 Bab 69: Mengurus masalah
70 Bab 70 : Kesedihan istri Abian
71 Bab 71 : Hampir saja
72 Bab 72 : Bahaya sosial media
73 Bab 73 : Kejahatan dibalas kebaikan
74 Bab 74 : Rencana lahiran
75 Bab 75 : Calon suami Adiba
76 Bab 76 : Lahirnya duplikat Abian
77 Bab 77 : Baju dinas Arsyila
78 Bab 78 : Wanita penggoda
79 Bab 79 : Penggoda terbaik
80 Bab 80 : Satu saja cukup
81 Bab 81 : Wanita Yang Dirindukan Surga
82 Bab 82 : Wanita Yang Dirindukan Surga 2
83 Bab 83 : Abian vs Arkana
84 Bab 84 : Mengingat Zahra
85 Bab 85 : Tidak apa-apa menangis
86 Bab 86 : Bicara baik-baik
87 Bab 87 : Arkana tantrum
88 Bab 88 : Hampir terharu
89 Bab 89 : Akhir pekan
Episodes

Updated 89 Episodes

1
Bab 1 : Menikahlah dengan suamiku
2
Bab 2 : Rumah sakit
3
Bab 3 : Meminta waktu berpikir
4
Bab 4 : Jalan takdir
5
Bab 5 : Anak kecil tanpa peran ibu
6
Bab 6 : Terjebak
7
Bab 7 : Bukan untuk bercerai
8
Bab 8 : Resmi menikah
9
Bab 9 : Pengasuh gratis
10
Bab 10 : Janji Adam
11
Bab 11 : Ketakutan Abian
12
Bab 12 : Dua wanita surga Abian
13
Bab 13 : Satu imam, dua makmum
14
Bab 14 : Bukan tipe idaman Shakila
15
Bab 15 : Cerita Zahra
16
Bab 16 : Siapa wanita itu?
17
Bab 17 : Mertua Abian
18
Bab 18 : Tinggal di rumah mertua
19
Bab 19 : Melepas rindu
20
Bab 20 : Kecemburuan Abian
21
Bab 21 : Belajar menjahit
22
Bab 22 : Rencana ke Jakarta
23
Bab 23 : Bibi perusak suasana
24
Bab 24 : Terbongkarnya rahasia
25
Bab 25 : Fitnah kejam
26
Bab 26 : Tukang fitnah harus pergi
27
Bab 27 : Obrolan tetangga
28
Bab 28 : Menantu dan mertua
29
Bab 29 : Menghabisi pelakor
30
Bab 30 : Dua kejadian
31
Bab 31 : Maaf, aku gagal
32
Bab 32 : Pemakaman Zahra
33
Bab 33 : Tulisan di kain kafan
34
Bab 34 : Secercah harapan
35
Bab 35 : Ibu-ibu pengajian
36
Bab 36 : Hilang ingatan?
37
Bab 37 : Kembalinya menantu Sanjaya
38
Bab 38 : Hukuman Allah
39
Bab 39 : Dusta Cinta
40
Bab 40 : Rencana kehamilan
41
Bab 41 : Keluarga harmonis
42
Bab 42 : Datang ke desa
43
Bab 43 : Keluarga kecil bahagia
44
Bab 44 : Hadiah untuk istri tercinta
45
Bab 45 : Wanda kembali berulah!
46
Bab 46 : Pengganggu kecil
47
Bab 47 : Pertemuan keluarga
48
Bab 48 : Hukuman penuduh zina
49
Bab 49 : Sudah terlambat
50
Bab 50 : Menikah tidak seburuk itu
51
Bab 51 : Drama Wanda masih berlanjut
52
Bab 52 : Laki-laki idaman Shakila
53
Bab 53 : Hamil
54
Bab 54 : Pertengkaran papah dan anak
55
Bab 55 : Batal umroh
56
Bab 56 : Menurunkan ego
57
Bab 57 : Hanya titipan
58
Bab 58 : Calon saingan Abian
59
Bab 59 : Umroh
60
Bab 60 : Selisih usia
61
Bab 61: Stalker
62
Bab 62 : Istri pengertian
63
Bab 63 : Saingan cinta antar saudara
64
Bab 64 : Pernikahan Adam
65
Bab 65 : Suamiku bukan pezina
66
Bab 66 : Sisi lain menantu Sanjaya
67
Bab 67 : Jangan menunjukkan wajah!
68
Bab 68 : Video viral
69
Bab 69: Mengurus masalah
70
Bab 70 : Kesedihan istri Abian
71
Bab 71 : Hampir saja
72
Bab 72 : Bahaya sosial media
73
Bab 73 : Kejahatan dibalas kebaikan
74
Bab 74 : Rencana lahiran
75
Bab 75 : Calon suami Adiba
76
Bab 76 : Lahirnya duplikat Abian
77
Bab 77 : Baju dinas Arsyila
78
Bab 78 : Wanita penggoda
79
Bab 79 : Penggoda terbaik
80
Bab 80 : Satu saja cukup
81
Bab 81 : Wanita Yang Dirindukan Surga
82
Bab 82 : Wanita Yang Dirindukan Surga 2
83
Bab 83 : Abian vs Arkana
84
Bab 84 : Mengingat Zahra
85
Bab 85 : Tidak apa-apa menangis
86
Bab 86 : Bicara baik-baik
87
Bab 87 : Arkana tantrum
88
Bab 88 : Hampir terharu
89
Bab 89 : Akhir pekan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!