Bab 8 : Resmi menikah

Hari jum'at pukul sepuluh pagi Shakila resmi menjadi istri Abian. Mereka melakukan pernikahan secara tertutup dan hanya dihadiri oleh keluarga Abian serta wali hakim dari pengadilan agama.

Shakila tidak dihadirkan saat akad. Bahkan setelah akad pun Abian yang menghampiri Shakila ke kamar pengantin mereka.

"MasyaAllah, mba Shakila cantik banget," seru Adiba saat melihat kakak iparnya yang tidak memakai burqa hari ini.

Adiba dan Zahra penasaran dengan wajah Shakila, mereka berlomba masuk ke dalam kamar pengantin hanya untuk melihat wajah Shakila.

Wajah Shakila yang biasa polos tanpa menggunakan make up sekarang memakai make up di hari pernikahannya dan menambah kecantikan di wajahnya.

"Iya, MasyaAllah. Kamu beruntung banget loh menikah dengan Shakila," Zahra menyenggol lengan Abian menggoda suaminya yang memiliki istri baru yang sangat cantik.

Shakila hanya tersenyum canggung mendapat pujian seperti itu dari Adiba dan Zahra. Ia tidak merasa dirinya cantik, tapi reaksi mereka berlebihan.

"Bagaimana menurut mas? mba Shakila cantik, kan?"

"Cantik."

Zahra tersenyum mendengar suaminya memuji Shakila cantik. Ada sesuatu yang berusaha Ia tahan di dalam hatinya saat mendengarnya.

"Makasih," Shakila tidak tahu tulus atau tidak ucapan Abian, tapi Ia tetap berterimakasih. Ia juga berterimakasih pada Adiba dan Zahra yang sudah memujinya cantik.

"Cih, datar banget sih, mas," Adiba duduk disamping Shakila dan terus mengucap pujian pada kakak iparnya itu untuk menghiburnya.

Jika Adiba yang berada diposisi Shakila, pasti Adiba sudah ngamuk mendapat reaksi seperti itu dari suaminya.

"Oh ya, mba kan terpaksa menikah dengan mas Abian. Mba menyukai seseorang tidak sih?" tanya Adiba sengaja supaya kakaknya sadar kalau Shakila juga terpaksa menikah dengannya.

Adiba kesal karena kakaknya bersikap sok tampan mentang-mentang banyak perempuan yang mau menikah dengan laki-laki sepertinya.

"Tidak sopan bertanya seperti itu!" Adam menyahut dari luar kamar pengantin.

Adam tidak berani masuk ke dalam karena Shakila tidak memakai burqa nya. Wajah tidak termasuk aurat, tapi Shakila memutuskan memakai burqa berarti tidak ingin menunjukkan wajahnya pada orang lain.

Adam tidak masuk untuk menghargai dan menghormati Shakila yang tidak ingin menunjukkan wajahnya.

"Kak Adam sedang apa disana?" tanya Adiba kesal karena kakaknya ikut menyahut.

Kenapa kakak-kakaknya tidak ada yang benar satupun? pikirnya.

"Mba Shakila, boleh aku masuk?" Adam bertanya pada Shakila dan mengabaikan pertanyaan Adiba padanya.

"Sebentar," Shakila terlihat mencari sesuatu untuk menutupi wajahnya.

Shakila tidak ingin laki-laki lain selain suaminya melihat wajahnya, apalagi wajahnya sekarang sedang memakai riasan.

"Kak Adam adik iparmu, mba. Kenapa mba harus menutup wajah mba?" tanya Adiba karena menurutnya tidak apa-apa jika Adam melihat wajah Shakila karena mereka saudara ipar.

"Jangan menanyakan hal yang tidak seharusnya kamu tanyakan!" ucap Adam masih setia berdiri di depan kamar pengantin menunggu Shakila mempersilahkannya untuk masuk.

Zahra dan Abian mungkin menganggap Adam biasa saja. Tapi Adiba menyadari sesuatu yang tersirat dari perkataan kakaknya.

"Aneh, mas Abian yang menikah dengan mba Shakila tapi kenapa yang peduli dengan mba Shakila malah kak Adam?" gumam Adiba dalam hatinya.

"Aku tahu mas Abian tidak ingin menyakiti mba Zahra dengan pernikahan keduanya, tapi kalau seperti ini mas Abian akan menyakiti mba Shakila."

"Maaf, kamu bisa masuk sekarang," ucap Shakila menyadarkan Adiba dari lamunannya.

Adiba merasa kasihan terhadap Shakila. Kakak iparnya begitu menjaga dirinya, tapi kakaknya terlihat tidak terlalu memperdulikan hal itu.

Adam masuk ke dalam kamar pengantin dan tidak terlalu mempermasalahkan Shakila yang tidak mau menunjukkan wajah padanya. Ia justru semakin mengagumi Shakila karena apa yang sudah pujaan hatinya itu lakukan.

"Kalau mba merasa tidak bahagia dengan pernikahan mba dengan mas Abian, aku siap menjadi pengganti mas Abian."

"Mas Abian pasti membuat mba Shakila bahagia kok," sahut Zahra menganggap perkataan Adam sebagai gurauan semata.

Padahal, Adam sedang serius dengan perkataannya. Ia siap menjadi pengganti Abian jika Shakila merasa tidak bahagia hidup bersama Abian.

"Lagian, kakak kenapa sih? mentang-mentang jomblo dari lahir!"

"Kakak muslim, ya iyalah kakak jomblo dari lahir."

"Ck!" Adiba hanya berdecak menanggapi ucapan kakaknya.

Adam diam-diam mencuri pandang kearah Shakila. Ia serius dan berjanji akan membahagiakan Shakila jika kakaknya tidak bisa membahagiakannya.

"Kamu menyukai mba Shakila?" sebagai sesama laki-laki, Abian mulai menyadari motif dari ucapan adiknya dan tatapan adiknya terhadap istri keduanya sehingga Ia spontan menanyakan hal itu.

"Haha. Aku hanya bercanda, mas. Lagipula mas juga pasti akan membuat mba Shakila bahagia kan?"

Tatapan Adam pada Abian mengisyaratkan sesuatu. Ia seakan memberi peringatan pada kakaknya supaya tidak pernah menyakiti Shakila.

"Baguslah, mas juga tidak berniat melepaskan mba Shakila untuk kamu nikahi."

Suasana menjadi sangat aneh. Adam dan Abian seperti sedang serius memperebutkan Shakila.

-

-

Malam harinya. Abian memberi kartu ATM berwarna hitam pada Shakila. Kartu prioritas dari bank syariah tempat Abian menyimpan uangnya.

"Kamu bisa pakai kartu ini untuk kebutuhan pribadimu. Untuk kebutuhan rumah biar Zahra yang pegang," ucap Abian setelah memberikan kartu ATM-nya.

Abian terpaksa menikah dengan Shakila. Tapi Ia paham betul apa saja kewajiban suami dan hak istri setelah mereka menikah.

Oh ya, sekarang mereka sudah tidak seformal sebelumnya karena mereka juga sudah resmi menjadi suami istri.

"Mas akan carikan rumah untuk kamu, tapi sekarang kamu tinggal dulu disini. Mas harus terus mengontrol kesehatan Zahra," jelasnya.

Maksudnya, untuk sementara waktu mereka akan tinggal berempat dengan Zahra dan Khansa. Karena Abian belum bisa membagi waktu jika kedua istrinya tinggal di rumah terpisah.

"Jangan sungkan kalau kamu membutuhkan apa-apa, mas akan berusaha memenuhinya selama mas mampu."

"Iya, terimakasih," Shakila nampak canggung berduaan dengan Abian dalam satu kamar.

Shakila belum pernah berduaan dengan laki-laki sebelumnya, apalagi di kamar seperti itu.

"Baba!" teriakan melengking Khansa dari arah luar membuat Abian buru-buru beranjak dari tempatnya.

Meskipun ini malam pertamanya dengan Shakila, tapi Abian lebih mengutamakan Khansa yang berteriak padanya.

"Sebentar, mas bertemu Khansa dulu. Nanti mas kesini lagi," Abian langsung pergi tanpa menunggu respon Shakila.

Shakila menuruti Abian untuk menunggu. Tapi sampai tengah malam Abian tidak kembali ke kamar mereka. Bahkan sampai Shakila tertidur pulas karena diserang rasa ngantuk.

"Shakila," panggilan dari luar kamar membuat Shakila membuka matanya.

Jam menunjukkan jam setengah dua malam, tapi ada orang yang memanggil Shakila.

"Shakila, kamu sudah tidur?" suara Abian dari luar kamar kembali terdengar dan membuat Shakila tersadar sepenuhnya.

"Iya sebentar, mas," Shakila turun dari ranjang dan berjalan kearah pintu.

Mereka sudah menikah, tapi Shakila masih harus membukakan pintu kamar untuk Abian.

"Zahra kambuh, mas mau bawa Zahra ke rumah sakit. Tolong kamu jaga Khansa."

Terpopuler

Comments

Shyfa Andira Rahmi

Shyfa Andira Rahmi

ngga usah ngeluh bukankah ini kemauan kamu...🙄

2024-12-15

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 : Menikahlah dengan suamiku
2 Bab 2 : Rumah sakit
3 Bab 3 : Meminta waktu berpikir
4 Bab 4 : Jalan takdir
5 Bab 5 : Anak kecil tanpa peran ibu
6 Bab 6 : Terjebak
7 Bab 7 : Bukan untuk bercerai
8 Bab 8 : Resmi menikah
9 Bab 9 : Pengasuh gratis
10 Bab 10 : Janji Adam
11 Bab 11 : Ketakutan Abian
12 Bab 12 : Dua wanita surga Abian
13 Bab 13 : Satu imam, dua makmum
14 Bab 14 : Bukan tipe idaman Shakila
15 Bab 15 : Cerita Zahra
16 Bab 16 : Siapa wanita itu?
17 Bab 17 : Mertua Abian
18 Bab 18 : Tinggal di rumah mertua
19 Bab 19 : Melepas rindu
20 Bab 20 : Kecemburuan Abian
21 Bab 21 : Belajar menjahit
22 Bab 22 : Rencana ke Jakarta
23 Bab 23 : Bibi perusak suasana
24 Bab 24 : Terbongkarnya rahasia
25 Bab 25 : Fitnah kejam
26 Bab 26 : Tukang fitnah harus pergi
27 Bab 27 : Obrolan tetangga
28 Bab 28 : Menantu dan mertua
29 Bab 29 : Menghabisi pelakor
30 Bab 30 : Dua kejadian
31 Bab 31 : Maaf, aku gagal
32 Bab 32 : Pemakaman Zahra
33 Bab 33 : Tulisan di kain kafan
34 Bab 34 : Secercah harapan
35 Bab 35 : Ibu-ibu pengajian
36 Bab 36 : Hilang ingatan?
37 Bab 37 : Kembalinya menantu Sanjaya
38 Bab 38 : Hukuman Allah
39 Bab 39 : Dusta Cinta
40 Bab 40 : Rencana kehamilan
41 Bab 41 : Keluarga harmonis
42 Bab 42 : Datang ke desa
43 Bab 43 : Keluarga kecil bahagia
44 Bab 44 : Hadiah untuk istri tercinta
45 Bab 45 : Wanda kembali berulah!
46 Bab 46 : Pengganggu kecil
47 Bab 47 : Pertemuan keluarga
48 Bab 48 : Hukuman penuduh zina
49 Bab 49 : Sudah terlambat
50 Bab 50 : Menikah tidak seburuk itu
51 Bab 51 : Drama Wanda masih berlanjut
52 Bab 52 : Laki-laki idaman Shakila
53 Bab 53 : Hamil
54 Bab 54 : Pertengkaran papah dan anak
55 Bab 55 : Batal umroh
56 Bab 56 : Menurunkan ego
57 Bab 57 : Hanya titipan
58 Bab 58 : Calon saingan Abian
59 Bab 59 : Umroh
60 Bab 60 : Selisih usia
61 Bab 61: Stalker
62 Bab 62 : Istri pengertian
63 Bab 63 : Saingan cinta antar saudara
64 Bab 64 : Pernikahan Adam
65 Bab 65 : Suamiku bukan pezina
66 Bab 66 : Sisi lain menantu Sanjaya
67 Bab 67 : Jangan menunjukkan wajah!
68 Bab 68 : Video viral
69 Bab 69: Mengurus masalah
70 Bab 70 : Kesedihan istri Abian
71 Bab 71 : Hampir saja
72 Bab 72 : Bahaya sosial media
73 Bab 73 : Kejahatan dibalas kebaikan
74 Bab 74 : Rencana lahiran
75 Bab 75 : Calon suami Adiba
76 Bab 76 : Lahirnya duplikat Abian
77 Bab 77 : Baju dinas Arsyila
78 Bab 78 : Wanita penggoda
79 Bab 79 : Penggoda terbaik
80 Bab 80 : Satu saja cukup
81 Bab 81 : Wanita Yang Dirindukan Surga
82 Bab 82 : Wanita Yang Dirindukan Surga 2
83 Bab 83 : Abian vs Arkana
84 Bab 84 : Mengingat Zahra
85 Bab 85 : Tidak apa-apa menangis
86 Bab 86 : Bicara baik-baik
87 Bab 87 : Arkana tantrum
88 Bab 88 : Hampir terharu
89 Bab 89 : Akhir pekan
Episodes

Updated 89 Episodes

1
Bab 1 : Menikahlah dengan suamiku
2
Bab 2 : Rumah sakit
3
Bab 3 : Meminta waktu berpikir
4
Bab 4 : Jalan takdir
5
Bab 5 : Anak kecil tanpa peran ibu
6
Bab 6 : Terjebak
7
Bab 7 : Bukan untuk bercerai
8
Bab 8 : Resmi menikah
9
Bab 9 : Pengasuh gratis
10
Bab 10 : Janji Adam
11
Bab 11 : Ketakutan Abian
12
Bab 12 : Dua wanita surga Abian
13
Bab 13 : Satu imam, dua makmum
14
Bab 14 : Bukan tipe idaman Shakila
15
Bab 15 : Cerita Zahra
16
Bab 16 : Siapa wanita itu?
17
Bab 17 : Mertua Abian
18
Bab 18 : Tinggal di rumah mertua
19
Bab 19 : Melepas rindu
20
Bab 20 : Kecemburuan Abian
21
Bab 21 : Belajar menjahit
22
Bab 22 : Rencana ke Jakarta
23
Bab 23 : Bibi perusak suasana
24
Bab 24 : Terbongkarnya rahasia
25
Bab 25 : Fitnah kejam
26
Bab 26 : Tukang fitnah harus pergi
27
Bab 27 : Obrolan tetangga
28
Bab 28 : Menantu dan mertua
29
Bab 29 : Menghabisi pelakor
30
Bab 30 : Dua kejadian
31
Bab 31 : Maaf, aku gagal
32
Bab 32 : Pemakaman Zahra
33
Bab 33 : Tulisan di kain kafan
34
Bab 34 : Secercah harapan
35
Bab 35 : Ibu-ibu pengajian
36
Bab 36 : Hilang ingatan?
37
Bab 37 : Kembalinya menantu Sanjaya
38
Bab 38 : Hukuman Allah
39
Bab 39 : Dusta Cinta
40
Bab 40 : Rencana kehamilan
41
Bab 41 : Keluarga harmonis
42
Bab 42 : Datang ke desa
43
Bab 43 : Keluarga kecil bahagia
44
Bab 44 : Hadiah untuk istri tercinta
45
Bab 45 : Wanda kembali berulah!
46
Bab 46 : Pengganggu kecil
47
Bab 47 : Pertemuan keluarga
48
Bab 48 : Hukuman penuduh zina
49
Bab 49 : Sudah terlambat
50
Bab 50 : Menikah tidak seburuk itu
51
Bab 51 : Drama Wanda masih berlanjut
52
Bab 52 : Laki-laki idaman Shakila
53
Bab 53 : Hamil
54
Bab 54 : Pertengkaran papah dan anak
55
Bab 55 : Batal umroh
56
Bab 56 : Menurunkan ego
57
Bab 57 : Hanya titipan
58
Bab 58 : Calon saingan Abian
59
Bab 59 : Umroh
60
Bab 60 : Selisih usia
61
Bab 61: Stalker
62
Bab 62 : Istri pengertian
63
Bab 63 : Saingan cinta antar saudara
64
Bab 64 : Pernikahan Adam
65
Bab 65 : Suamiku bukan pezina
66
Bab 66 : Sisi lain menantu Sanjaya
67
Bab 67 : Jangan menunjukkan wajah!
68
Bab 68 : Video viral
69
Bab 69: Mengurus masalah
70
Bab 70 : Kesedihan istri Abian
71
Bab 71 : Hampir saja
72
Bab 72 : Bahaya sosial media
73
Bab 73 : Kejahatan dibalas kebaikan
74
Bab 74 : Rencana lahiran
75
Bab 75 : Calon suami Adiba
76
Bab 76 : Lahirnya duplikat Abian
77
Bab 77 : Baju dinas Arsyila
78
Bab 78 : Wanita penggoda
79
Bab 79 : Penggoda terbaik
80
Bab 80 : Satu saja cukup
81
Bab 81 : Wanita Yang Dirindukan Surga
82
Bab 82 : Wanita Yang Dirindukan Surga 2
83
Bab 83 : Abian vs Arkana
84
Bab 84 : Mengingat Zahra
85
Bab 85 : Tidak apa-apa menangis
86
Bab 86 : Bicara baik-baik
87
Bab 87 : Arkana tantrum
88
Bab 88 : Hampir terharu
89
Bab 89 : Akhir pekan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!