Bab 3 : Meminta waktu berpikir

Shakila tidak tahu apa yang ingin Zahra bicarakan dengannya, Ia mengikuti Zahra sampai ke rumah sakit hanya karena mengkhawatirkan keadaan Zahra. Ia tidak berniat untuk melanjutkan obrolan mereka di Nararya store.

"Saya tidak tahu apa yang ingin istri saya bicarakan, tapi jika berkenan tolong temui istri saya walau hanya sebentar," kalimat halus itu berhasil meluluhkan Shakila dan membuat Shakila akhirnya setuju untuk menemui Zahra.

"Baiklah, saya akan bicara dengan istri Anda."

Shakila akhirnya memutuskan menemui Zahra. Selain karena Zahra ingin membicarakan sesuatu dengannya, Ia juga ingin melihat keadaan Zahra dan ingin melihat separah apa sebenarnya penyakit yang diderita oleh wanita itu.

Shakila tidak bermaksud apa-apa saat meminta Zahra untuk tidak berputus asa dengan rahmat Allah SWT. Ia sadar ilmunya masih jauh lebih sedikit dibandingkan Zahra yang sudah mendalami ilmu agama.

Tujuan Shakila hanya supaya Zahra berhenti berpikir untuk menjadikan Shakila istri kedua Abian. Karena Shakila yakin Zahra bisa sembuh jika berikhtiar dan berdoa kepada Allah SWT.

Shakila pikir hanya akan bicara berdua dengan Zahra. Tapi ternyata Abian ikut masuk dan ikut terlibat dengan pembicaraan mereka.

"Duduklah disini, Shakila," Zahra melirik kearah kursi yang ada disamping ranjangnya, meminta Shakila untuk duduk di kursi itu.

Shakila langsung menuruti permintaan Zahra dan duduk disana, "bagaimana keadaan Anda, mba?"

Shakila tidak bermaksud sok akrab. Ia memanggil Zahra dengan embel-embel mba hanya sebagai rasa hormatnya terhadap Zahra.

"Alhamdulillah, aku sudah baikan. Maaf sudah membuat keributan di store kamu," Zahra memegangi kedua tangan Shakila dan tersenyum tulus dibalik cadar yang dikenakannya.

Zahra bisa bersikap seperti itu pada orang yang baru ditemuinya hari ini karena mereka berdua sesama umat muslim, penganut agama islam. Dalam agama mereka, sesama umat muslim bersaudara tanpa mengenal suku ataupun ras.

Ya, ini pertemuan pertama mereka. Meski Zahra pelanggan di store milik Shakila, tapi mereka bertemu untuk pertama kalinya hari ini.

"Tidak apa-apa, Mba. Alhamdulillah kalau Mba sudah merasa baikan. Saya ikut senang mendengarnya," Shakila mengusap lengan Zahra. Berharap hal itu dapat memberikan semangat untuk Zahra yang sedang berjuang dengan penyakitnya.

Shakila ingin menanyakan penyakit apa yang Zahra derita, tapi Ia tidak memiliki keberanian untuk itu. Lagipula, Shakila tidak memiliki hak untuk menanyakan penyakit orang lain.

Zahra kembali tersenyum. Tidak lupa Zahra juga mengucapkan terimakasihnya untuk Shakila, "terimakasih ya."

Zahra tidak salah menilai orang. Perempuan yang tidak pernah memposting dirinya dan hanya memposting kutipan-kutipan untuk mempromosikan novelnya di sosial media ini adalah perempuan yang baik.

Zahra tidak mungkin gegabah ingin menikahkan suaminya dengan perempuan lain. Sebelum meminta Shakila menikah dengan suaminya, Zahra sudah lebih dulu mencari tahu tentang Shakila di sosial media.

Selain pemilik Nararya store, Shakila juga merupakan penulis novel bertema islami yang karyanya berhasil menyentuh hati para pembacanya. Banyak yang penasaran dengan wajah Shakila, tapi Shakila tidak pernah menunjukkan wajahnya di sosial media manapun.

Zahra salah satu orang yang mengagumi karya Shakila, dan kekaguman Zahra bertambah setelah Zahra tahu bahwa Shakila gadis yang mengenakan burqa sekaligus pemilik butik langganannya.

"Shakila..." Zahra memanggil nama Shakila dengan lembut sambil menatap kain yang menutupi seluruh wajah Shakila.

"Maaf jika permintaanku tadi terlalu tiba-tiba dan mengejutkanmu."

Shakila hanya diam mendengarkan apa yang ingin Zahra katakan selanjutnya padanya.

"Tapi aku sangat berharap kamu bisa mempertimbangkan permintaanku untuk menikah dengan suamiku," Zahra melirik sebentar Abian sebelum melanjutkan kalimatnya.

"Aku bukan berputus asa dengan rahmat Allah, aku hanya ingin melakukan persiapan atas segala kemungkinan yang akan terjadi. Aku tidak ingin putriku kehilangan sosok Ummanya setelah aku meninggal nanti."

Shakila masih setia menyimak apa yang Zahra katakan kepadanya meski telinganya kurang berkenan untuk mendengarkannya.

Dengan ilmu agamanya yang masih sangat sedikit, etikanya saat bicara dengan orang lain terlihat cukup baik. Shakila tidak pernah menyela ucapan orang lain, dan hanya akan bicara jika memang dirinya diperlukan untuk bicara.

"Mas Abian," Zahra kali ini memanggil nama suaminya.

Abian yang dipanggil langsung mendekat tanpa mengatakan apapun kepada Zahra.

"Mas mau kan menikah lagi?" tanya Zahra memegang tangan kiri Abian.

"Sayang..." Abian berkata lirih.

Abian ingin dengan tegas mengatakan bahwa dirinya tidak mau dan tidak berniat menikah lagi, tapi takut ucapannya nanti membuat Zahra kembali drop.

"Tolong beri saya waktu untuk berpikir," ucap Shakila pada akhirnya.

Shakila tidak berniat menikah dengan Abian, tapi Ia berharap itu bisa membuat Zahra lebih tenang dan bisa lebih fokus dengan kesembuhannya.

Orang sakit tidak boleh banyak pikiran. Akan lebih baik jika Zahra tidak memikirkan apapun selain berusaha untuk sembuh dari penyakitnya.

"Menikah bukan sesuatu yang bisa diputuskan dalam satu atau dua hari, saya membutuhkan waktu untuk berpikir sebelum mengambil keputusan," jelasnya.

"Baiklah, kamu bisa memikirkannya selama apapun yang kamu butuhkan. Terimakasih," Zahra tersenyum senang karena Shakila mau memikirkan tawarannya.

Baik Shakila maupun Abian tidak tega menghancurkan kebahagiaan yang tersirat dari mata Zahra. Mereka berdua diam-diam memikirkan solusi supaya tidak perlu ada pernikahan yang terjadi antara mereka.

Shakila dan Abian memiliki pemikiran yang sama dalam masalah ini. Mereka tidak ingin menikah tapi juga tidak ingin membuat Zahra kembali drop karena terus memikirkan yang akan terjadi ke depannya.

Setelah obrolan singkat itu, Shakila memutuskan pulang ke rumahnya. Ia sebenarnya jarang berada di store atau butiknya dan lebih banyak menghabiskan waktu di rumah untuk menulis novel bertema islami.

"Assalamu'alaikum," Shakila mengucapkan salam sambil memasuki rumah sederhanya.

Shakila hanya tinggal sendiri di rumah itu. Orang tua serta saudaranya berada jauh di desa. Ia memutuskan tinggal sendirian di Bandung karena sudah lelah dengan segala hal yang terjadi dalam keluarganya.

Selain kekurangan ekonomi, Shakila mengalami banyak hal tidak menyenangkan dalam keluarganya. Pernah menyaksikan ibunya mengalami kekerasan dalam rumah tangga, ayahnya berselingkuh dan masih banyak hal tidak menyenangkan yang terjadi.

"Sebentar lagi ashar, sebaiknya aku mandi dulu," ucap Shakila sambil berjalan kearah kamarnya.

Shakila selalu berusaha salat di awal waktu sejak mengetahui kutipan, "bukan kamu yang malas salat, Allah yang tidak mau bertemu kamu."

Shakila bertekad jika Allah tidak mau bertemu dengannya, maka Ia akan lebih sering menunjukkan wajahnya untuk menghadap Allah.

Shakila ingin menjadi manusia yang haus akan cinta Allah sehingga Ia tidak butuh lagi cinta dari manusia lain yang sifatnya Hanya sementara.

Dalam salat ashar kali ini Shakila mengubah doanya, Ia menyelipkan doa tentang Zahra supaya tidak salah dalam mengambil keputusan.

Shakila tidak tahu apa yang akan terjadi ke depannya, maka dari itu Ia melibatkan Allah SWT dengan cara berdoa memohon petunjuk.

Episodes
1 Bab 1 : Menikahlah dengan suamiku
2 Bab 2 : Rumah sakit
3 Bab 3 : Meminta waktu berpikir
4 Bab 4 : Jalan takdir
5 Bab 5 : Anak kecil tanpa peran ibu
6 Bab 6 : Terjebak
7 Bab 7 : Bukan untuk bercerai
8 Bab 8 : Resmi menikah
9 Bab 9 : Pengasuh gratis
10 Bab 10 : Janji Adam
11 Bab 11 : Ketakutan Abian
12 Bab 12 : Dua wanita surga Abian
13 Bab 13 : Satu imam, dua makmum
14 Bab 14 : Bukan tipe idaman Shakila
15 Bab 15 : Cerita Zahra
16 Bab 16 : Siapa wanita itu?
17 Bab 17 : Mertua Abian
18 Bab 18 : Tinggal di rumah mertua
19 Bab 19 : Melepas rindu
20 Bab 20 : Kecemburuan Abian
21 Bab 21 : Belajar menjahit
22 Bab 22 : Rencana ke Jakarta
23 Bab 23 : Bibi perusak suasana
24 Bab 24 : Terbongkarnya rahasia
25 Bab 25 : Fitnah kejam
26 Bab 26 : Tukang fitnah harus pergi
27 Bab 27 : Obrolan tetangga
28 Bab 28 : Menantu dan mertua
29 Bab 29 : Menghabisi pelakor
30 Bab 30 : Dua kejadian
31 Bab 31 : Maaf, aku gagal
32 Bab 32 : Pemakaman Zahra
33 Bab 33 : Tulisan di kain kafan
34 Bab 34 : Secercah harapan
35 Bab 35 : Ibu-ibu pengajian
36 Bab 36 : Hilang ingatan?
37 Bab 37 : Kembalinya menantu Sanjaya
38 Bab 38 : Hukuman Allah
39 Bab 39 : Dusta Cinta
40 Bab 40 : Rencana kehamilan
41 Bab 41 : Keluarga harmonis
42 Bab 42 : Datang ke desa
43 Bab 43 : Keluarga kecil bahagia
44 Bab 44 : Hadiah untuk istri tercinta
45 Bab 45 : Wanda kembali berulah!
46 Bab 46 : Pengganggu kecil
47 Bab 47 : Pertemuan keluarga
48 Bab 48 : Hukuman penuduh zina
49 Bab 49 : Sudah terlambat
50 Bab 50 : Menikah tidak seburuk itu
51 Bab 51 : Drama Wanda masih berlanjut
52 Bab 52 : Laki-laki idaman Shakila
53 Bab 53 : Hamil
54 Bab 54 : Pertengkaran papah dan anak
55 Bab 55 : Batal umroh
56 Bab 56 : Menurunkan ego
57 Bab 57 : Hanya titipan
58 Bab 58 : Calon saingan Abian
59 Bab 59 : Umroh
60 Bab 60 : Selisih usia
61 Bab 61: Stalker
62 Bab 62 : Istri pengertian
63 Bab 63 : Saingan cinta antar saudara
64 Bab 64 : Pernikahan Adam
65 Bab 65 : Suamiku bukan pezina
66 Bab 66 : Sisi lain menantu Sanjaya
67 Bab 67 : Jangan menunjukkan wajah!
68 Bab 68 : Video viral
69 Bab 69: Mengurus masalah
70 Bab 70 : Kesedihan istri Abian
71 Bab 71 : Hampir saja
72 Bab 72 : Bahaya sosial media
73 Bab 73 : Kejahatan dibalas kebaikan
74 Bab 74 : Rencana lahiran
75 Bab 75 : Calon suami Adiba
76 Bab 76 : Lahirnya duplikat Abian
77 Bab 77 : Baju dinas Arsyila
78 Bab 78 : Wanita penggoda
79 Bab 79 : Penggoda terbaik
80 Bab 80 : Satu saja cukup
81 Bab 81 : Wanita Yang Dirindukan Surga
82 Bab 82 : Wanita Yang Dirindukan Surga 2
83 Bab 83 : Abian vs Arkana
84 Bab 84 : Mengingat Zahra
85 Bab 85 : Tidak apa-apa menangis
86 Bab 86 : Bicara baik-baik
87 Bab 87 : Arkana tantrum
88 Bab 88 : Hampir terharu
89 Bab 89 : Akhir pekan
Episodes

Updated 89 Episodes

1
Bab 1 : Menikahlah dengan suamiku
2
Bab 2 : Rumah sakit
3
Bab 3 : Meminta waktu berpikir
4
Bab 4 : Jalan takdir
5
Bab 5 : Anak kecil tanpa peran ibu
6
Bab 6 : Terjebak
7
Bab 7 : Bukan untuk bercerai
8
Bab 8 : Resmi menikah
9
Bab 9 : Pengasuh gratis
10
Bab 10 : Janji Adam
11
Bab 11 : Ketakutan Abian
12
Bab 12 : Dua wanita surga Abian
13
Bab 13 : Satu imam, dua makmum
14
Bab 14 : Bukan tipe idaman Shakila
15
Bab 15 : Cerita Zahra
16
Bab 16 : Siapa wanita itu?
17
Bab 17 : Mertua Abian
18
Bab 18 : Tinggal di rumah mertua
19
Bab 19 : Melepas rindu
20
Bab 20 : Kecemburuan Abian
21
Bab 21 : Belajar menjahit
22
Bab 22 : Rencana ke Jakarta
23
Bab 23 : Bibi perusak suasana
24
Bab 24 : Terbongkarnya rahasia
25
Bab 25 : Fitnah kejam
26
Bab 26 : Tukang fitnah harus pergi
27
Bab 27 : Obrolan tetangga
28
Bab 28 : Menantu dan mertua
29
Bab 29 : Menghabisi pelakor
30
Bab 30 : Dua kejadian
31
Bab 31 : Maaf, aku gagal
32
Bab 32 : Pemakaman Zahra
33
Bab 33 : Tulisan di kain kafan
34
Bab 34 : Secercah harapan
35
Bab 35 : Ibu-ibu pengajian
36
Bab 36 : Hilang ingatan?
37
Bab 37 : Kembalinya menantu Sanjaya
38
Bab 38 : Hukuman Allah
39
Bab 39 : Dusta Cinta
40
Bab 40 : Rencana kehamilan
41
Bab 41 : Keluarga harmonis
42
Bab 42 : Datang ke desa
43
Bab 43 : Keluarga kecil bahagia
44
Bab 44 : Hadiah untuk istri tercinta
45
Bab 45 : Wanda kembali berulah!
46
Bab 46 : Pengganggu kecil
47
Bab 47 : Pertemuan keluarga
48
Bab 48 : Hukuman penuduh zina
49
Bab 49 : Sudah terlambat
50
Bab 50 : Menikah tidak seburuk itu
51
Bab 51 : Drama Wanda masih berlanjut
52
Bab 52 : Laki-laki idaman Shakila
53
Bab 53 : Hamil
54
Bab 54 : Pertengkaran papah dan anak
55
Bab 55 : Batal umroh
56
Bab 56 : Menurunkan ego
57
Bab 57 : Hanya titipan
58
Bab 58 : Calon saingan Abian
59
Bab 59 : Umroh
60
Bab 60 : Selisih usia
61
Bab 61: Stalker
62
Bab 62 : Istri pengertian
63
Bab 63 : Saingan cinta antar saudara
64
Bab 64 : Pernikahan Adam
65
Bab 65 : Suamiku bukan pezina
66
Bab 66 : Sisi lain menantu Sanjaya
67
Bab 67 : Jangan menunjukkan wajah!
68
Bab 68 : Video viral
69
Bab 69: Mengurus masalah
70
Bab 70 : Kesedihan istri Abian
71
Bab 71 : Hampir saja
72
Bab 72 : Bahaya sosial media
73
Bab 73 : Kejahatan dibalas kebaikan
74
Bab 74 : Rencana lahiran
75
Bab 75 : Calon suami Adiba
76
Bab 76 : Lahirnya duplikat Abian
77
Bab 77 : Baju dinas Arsyila
78
Bab 78 : Wanita penggoda
79
Bab 79 : Penggoda terbaik
80
Bab 80 : Satu saja cukup
81
Bab 81 : Wanita Yang Dirindukan Surga
82
Bab 82 : Wanita Yang Dirindukan Surga 2
83
Bab 83 : Abian vs Arkana
84
Bab 84 : Mengingat Zahra
85
Bab 85 : Tidak apa-apa menangis
86
Bab 86 : Bicara baik-baik
87
Bab 87 : Arkana tantrum
88
Bab 88 : Hampir terharu
89
Bab 89 : Akhir pekan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!