Bab 10 : Janji Adam

Abian baru menyadari sekejam apa tuduhannya terhadap Shakila setelah mendengar tangisan memilukan Shakila dari dalam kamar.

Selama bertahun-tahun menikah dengan Zahra, Abian tidak pernah sekalipun membuat Zahra menangis sampai seperti itu. Tapi sekarang Abian membuat Shakila menangis padahal mereka baru satu minggu menikah.

"Shakila, mas minta maaf. Ayo bicara," bujuk Abian mengetuk pintu kamar Shakila yang tidak kunjung dibuka oleh penghuninya.

"Aku sudah memaafkanmu, mas. Sekarang aku ingin istirahat," ucap Shakila dari dalam kamar. Setelah itu suara tangisan Shakila kembali terdengar.

Dari suaranya Shakila seperti menahan suara tangisannya supaya tidak terdengar Abian. Sayangnya Abian mendengar jelas tangisannya.

"Tolong buka pintunya, mas mau istirahat di kamar kamu," Abian tidak membuat alibi, Ia benar-benar ingin tidur di kamar Shakila malam ini.

Bagaimanapun Abian dan Shakila suami istri, mereka berhak untuk tidur bersama meskipun mungkin mereka tidak saling mencintai.

Tidak lama, pintu kamar Shakila terbuka dan disusul oleh Shakila yang muncul dari sana. Tapi, Shakila memakai burqanya sehingga Abian tidak bisa merlihat keadaan wajahnya saat ini.

Abian pikir Shakila ingin mengajaknya masuk ke dalam kamar, ternyata Shakila menyuruhnya pergi ke kamar Zahra menemani Khansa.

"Tidurlah di kamar mba Zahra, bukankah anakmu ada disana?"

"Mas bawa Khansa kesini, kita tidur bareng disini," Abian sudah berniat pergi mengambil Khansa dari kamar Zahra, tapi ucapan Shakila menghentikannya.

"Bukankah mas takut aku mencelakai anak mas?" tanya Shakila membuat langkah Abian terhenti.

"Shakila, soal tadi mas-"

"Maafkan aku," Shakila mengangkat wajah menatap laki-laki di depannya, "atas keributan yang terjadi di rumah ini, aku benar-benar minta maaf."

"Tidak, ini bukan kesalahanmu. Mas yang salah, mas-"

"Aku yang salah, jika aku tidak membawa kain kafan ke rumah ini dan jika aku tahu Khansa memiliki alergi terhadap makanan, mas juga tidak akan marah padaku," tutur Shakila.

Shakila bukan ingin terlihat baik dengan mengaku salah atas semua yang terjadi. Ia hanya takut jika memang dirinyalah yang bersalah di hadapan Allah.

Semua tuduhan tidak mendasar Abian terhadapnya membuatnya sakit hati, tapi rasa takutnya terhadap dosa yang akan Ia pertanggungjawabkan lebih besar.

"Aku juga minta maaf sudah berteriak padamu, mas. Tidak seharusnya aku melakukan itu tadi."

Abian merasa hatinya sakit mendengar semua yang Shakila katakan. Setelah disakiti olehnya bisa-bisanya sekarang Shakila yang meminta maaf.

"Mas yang lebih dulu berteriak padamu, mas yang seharusnya minta maaf."

"Aku meminta maaf bukan karena siapa yang duluan salah, tapi karena aku sadar aku salah."

Shakila meraih tangan kanan Abian dengan kedua tangannya, kemudian mencium tangan suaminya itu sebagai bentuk permintaan maaf.

"Maafkan aku, mas," ucapnya setelah mencium punggung tangan Abian.

Abian tidak tahu wanita seperti apa yang sudah dinikahinya ini. Jika Abian diposisi Shakila, belum tentu Abian bisa meminta maaf seperti Shakila.

"Oh ya, bagaimana keadaan mba Zahra?"

-

-

Abian melamun menatap satu titik. Tanpa sadar, air matanya menetes mengingat kesalahannya terhadap Shakila dan ketulusan Shakila terhadapnya.

"Kenapa, mas?" tanya Zahra bingung melihat suaminya tiba-tiba saja menangis.

Abian menatap Zahra masih dengan matanya yang berair, "mas sudah menyakiti hati istri mas, sayang. Mas sudah menyakiti Shakila."

"Kenapa? apa kalian berdua bertengkar?" tebak Zahra.

Abian menceritakan semua yang terjadi kemarin saat dirinya pulang ke rumah. Tidak ada satupun yang terlewatkan, termasuk Shakila yang menangis dan akhirnya meminta maaf.

"Astaghfirullah, mas. Kenapa kamu bisa menuduh istrimu sendiri seperti itu?" ucap Zahra setelah Abian selesai menceritakan semuanya. Ia tidak menyangka suaminya akan setega itu terhadap Shakila.

"Mas tidak tahu, saat itu mas memikirkan keadaanmu yang semakin memburuk dan tidak sengaja melihat kain kafan di lemari Shakila."

"Tapi kenapa mas harus berpikir kalau kain kafan di lemari Shakila untukku?" Zahra masih tidak percaya suaminya sudah menjahati Shakila sampai segitunya.

"Aku ingin pulang, aku ingin bertemu Shakila dan melihat bagaimana keadaannya."

"Tidak, kamu harus tetap disini. Mas tidak mau kondisi kamu semakin memburuk," cegah Abian.

"Terus aku harus diam saja mengetahui suamiku telah menyakiti istri keduanya?" Zahra menatap Abian dengan tatapan kecewa.

Shakila adalah perempuan yang Zahra pilihkan untuk suaminya karena Shakila baik. Tidak disangka suaminya malah menyakiti perempuan sebaik Shakila.

"Dosa besar kamu, mas. Kamu menuduh orang yang sudah membantumu merawat anakmu."

-

-

Adam melajukan mobilnya dari rumah sakit menuju rumah kakaknya. Ia tanpa sengaja mendengar semua yang kakaknya bicarakan dengan kakak iparnya dan sekarang Ia berniat pergi menemui Shakila.

"Jadi ini alasan Shakila menelpon Adiba dan meminta Adiba untuk membantunya menjaga Khansa? karena suaminya menuduhnya melakukan kejahatan dan tidak mempercayainya?"

Adam memukul setir untuk melampiaskan emosinya terhadap Abian. Bisa-bisanya kakaknya itu menuduh Shakila melakukan kejahatan.

"Shakila bahkan panik saat tidak sengaja menginjak kaki kucing dan terus-terusan meminta maaf pada kucing yang diinjak nya," ucap Adam mengungkap ketidakpercayaannya atas tuduhan kakaknya.

Adam seketika teringat pertemuan pertamanya dengan Shakila di butik milik perempuan itu. Waktu itu Adam mengantar mamahnya membeli pakaian dan tidak sengaja melihat Shakila menginjak kaki kucing.

"Astaghfirullah, bagaimana ini? maaf... aku tidak sengaja menginjak kakimu. Pasti kaki kamu pasti sakit ya?" itulah kalimat yang Shakila katakan setelah menginjak kaki kucing di depan butiknya.

Adam jatuh cinta pada Shakila sejak hari itu. Dan suara Shakila adalah cara Adam mengenali pujaan hatinya tersebut.

"Mas Abian pikir aku bercanda dengan ucapanku? aku serius akan merebut Shakila jika mas Abian tidak mampu membahagiakannya!"

-

-

Adam tidak datang ke rumah kakaknya dengan tangan kosong. Ia membawa kueh brownies untuk keponakan dan kakak iparnya.

"Kakak cuma beli buat Khansa dan mba Shakila?" Adiba nampak tidak terima kakaknya pilih kasih.

Adiba sangat menyukai kueh brownies yang kakaknya bawa, tapi kakaknya membeli brownies itu hanya untuk keponakan dan kakak ipar mereka.

"Kamu bisa makan punya mba kalau mau," Shakila memberikan kueh brownies nya pada Adiba, tapi dengan cepat direbut oleh Adam.

"Aku membelikan ini khusus untuk kamu, jangan diberikan ke Adiba," Adam mengembalikan kueh browniesnya pada Shakila.

"Kamu?" ulang Adiba. Sekarang sudah bukan brownies lagi yang dipermasalahkan, tapi panggilan Adam terhadap kakak ipar mereka.

"Meskipun mba Shakila lebih muda satu tahun dari kakak, tapi mba Shakila kakak ipar kakak!"

"Huh!" Adam tidak menyangka Adiba mempermasalahkan hal sekecil itu.

"Oh, itu suara mobil mas Abian. Aku laporkan kakak ke mas Abian masalah ini," Adiba beranjak untuk melaporkan hal itu pada Abian, tapi Adam sama sekali tidak takut dengan ancamannya.

"Silahkan saja, jika mas Abian memarahiku karena hal sekecil ini. Aku akan balik memarahinya karena sudah menzalimi istrinya," ucap Adam dalam hati.

Terpopuler

Comments

Shyfa Andira Rahmi

Shyfa Andira Rahmi

rebut aja...aq mndukungmu💪💪😁😁

2024-12-15

0

virgo17

virgo17

kok qw nangis yah bacanya😭

2024-12-06

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 : Menikahlah dengan suamiku
2 Bab 2 : Rumah sakit
3 Bab 3 : Meminta waktu berpikir
4 Bab 4 : Jalan takdir
5 Bab 5 : Anak kecil tanpa peran ibu
6 Bab 6 : Terjebak
7 Bab 7 : Bukan untuk bercerai
8 Bab 8 : Resmi menikah
9 Bab 9 : Pengasuh gratis
10 Bab 10 : Janji Adam
11 Bab 11 : Ketakutan Abian
12 Bab 12 : Dua wanita surga Abian
13 Bab 13 : Satu imam, dua makmum
14 Bab 14 : Bukan tipe idaman Shakila
15 Bab 15 : Cerita Zahra
16 Bab 16 : Siapa wanita itu?
17 Bab 17 : Mertua Abian
18 Bab 18 : Tinggal di rumah mertua
19 Bab 19 : Melepas rindu
20 Bab 20 : Kecemburuan Abian
21 Bab 21 : Belajar menjahit
22 Bab 22 : Rencana ke Jakarta
23 Bab 23 : Bibi perusak suasana
24 Bab 24 : Terbongkarnya rahasia
25 Bab 25 : Fitnah kejam
26 Bab 26 : Tukang fitnah harus pergi
27 Bab 27 : Obrolan tetangga
28 Bab 28 : Menantu dan mertua
29 Bab 29 : Menghabisi pelakor
30 Bab 30 : Dua kejadian
31 Bab 31 : Maaf, aku gagal
32 Bab 32 : Pemakaman Zahra
33 Bab 33 : Tulisan di kain kafan
34 Bab 34 : Secercah harapan
35 Bab 35 : Ibu-ibu pengajian
36 Bab 36 : Hilang ingatan?
37 Bab 37 : Kembalinya menantu Sanjaya
38 Bab 38 : Hukuman Allah
39 Bab 39 : Dusta Cinta
40 Bab 40 : Rencana kehamilan
41 Bab 41 : Keluarga harmonis
42 Bab 42 : Datang ke desa
43 Bab 43 : Keluarga kecil bahagia
44 Bab 44 : Hadiah untuk istri tercinta
45 Bab 45 : Wanda kembali berulah!
46 Bab 46 : Pengganggu kecil
47 Bab 47 : Pertemuan keluarga
48 Bab 48 : Hukuman penuduh zina
49 Bab 49 : Sudah terlambat
50 Bab 50 : Menikah tidak seburuk itu
51 Bab 51 : Drama Wanda masih berlanjut
52 Bab 52 : Laki-laki idaman Shakila
53 Bab 53 : Hamil
54 Bab 54 : Pertengkaran papah dan anak
55 Bab 55 : Batal umroh
56 Bab 56 : Menurunkan ego
57 Bab 57 : Hanya titipan
58 Bab 58 : Calon saingan Abian
59 Bab 59 : Umroh
60 Bab 60 : Selisih usia
61 Bab 61: Stalker
62 Bab 62 : Istri pengertian
63 Bab 63 : Saingan cinta antar saudara
64 Bab 64 : Pernikahan Adam
65 Bab 65 : Suamiku bukan pezina
66 Bab 66 : Sisi lain menantu Sanjaya
67 Bab 67 : Jangan menunjukkan wajah!
68 Bab 68 : Video viral
69 Bab 69: Mengurus masalah
70 Bab 70 : Kesedihan istri Abian
71 Bab 71 : Hampir saja
72 Bab 72 : Bahaya sosial media
73 Bab 73 : Kejahatan dibalas kebaikan
74 Bab 74 : Rencana lahiran
75 Bab 75 : Calon suami Adiba
76 Bab 76 : Lahirnya duplikat Abian
77 Bab 77 : Baju dinas Arsyila
78 Bab 78 : Wanita penggoda
79 Bab 79 : Penggoda terbaik
80 Bab 80 : Satu saja cukup
81 Bab 81 : Wanita Yang Dirindukan Surga
82 Bab 82 : Wanita Yang Dirindukan Surga 2
83 Bab 83 : Abian vs Arkana
84 Bab 84 : Mengingat Zahra
85 Bab 85 : Tidak apa-apa menangis
86 Bab 86 : Bicara baik-baik
87 Bab 87 : Arkana tantrum
88 Bab 88 : Hampir terharu
89 Bab 89 : Akhir pekan
Episodes

Updated 89 Episodes

1
Bab 1 : Menikahlah dengan suamiku
2
Bab 2 : Rumah sakit
3
Bab 3 : Meminta waktu berpikir
4
Bab 4 : Jalan takdir
5
Bab 5 : Anak kecil tanpa peran ibu
6
Bab 6 : Terjebak
7
Bab 7 : Bukan untuk bercerai
8
Bab 8 : Resmi menikah
9
Bab 9 : Pengasuh gratis
10
Bab 10 : Janji Adam
11
Bab 11 : Ketakutan Abian
12
Bab 12 : Dua wanita surga Abian
13
Bab 13 : Satu imam, dua makmum
14
Bab 14 : Bukan tipe idaman Shakila
15
Bab 15 : Cerita Zahra
16
Bab 16 : Siapa wanita itu?
17
Bab 17 : Mertua Abian
18
Bab 18 : Tinggal di rumah mertua
19
Bab 19 : Melepas rindu
20
Bab 20 : Kecemburuan Abian
21
Bab 21 : Belajar menjahit
22
Bab 22 : Rencana ke Jakarta
23
Bab 23 : Bibi perusak suasana
24
Bab 24 : Terbongkarnya rahasia
25
Bab 25 : Fitnah kejam
26
Bab 26 : Tukang fitnah harus pergi
27
Bab 27 : Obrolan tetangga
28
Bab 28 : Menantu dan mertua
29
Bab 29 : Menghabisi pelakor
30
Bab 30 : Dua kejadian
31
Bab 31 : Maaf, aku gagal
32
Bab 32 : Pemakaman Zahra
33
Bab 33 : Tulisan di kain kafan
34
Bab 34 : Secercah harapan
35
Bab 35 : Ibu-ibu pengajian
36
Bab 36 : Hilang ingatan?
37
Bab 37 : Kembalinya menantu Sanjaya
38
Bab 38 : Hukuman Allah
39
Bab 39 : Dusta Cinta
40
Bab 40 : Rencana kehamilan
41
Bab 41 : Keluarga harmonis
42
Bab 42 : Datang ke desa
43
Bab 43 : Keluarga kecil bahagia
44
Bab 44 : Hadiah untuk istri tercinta
45
Bab 45 : Wanda kembali berulah!
46
Bab 46 : Pengganggu kecil
47
Bab 47 : Pertemuan keluarga
48
Bab 48 : Hukuman penuduh zina
49
Bab 49 : Sudah terlambat
50
Bab 50 : Menikah tidak seburuk itu
51
Bab 51 : Drama Wanda masih berlanjut
52
Bab 52 : Laki-laki idaman Shakila
53
Bab 53 : Hamil
54
Bab 54 : Pertengkaran papah dan anak
55
Bab 55 : Batal umroh
56
Bab 56 : Menurunkan ego
57
Bab 57 : Hanya titipan
58
Bab 58 : Calon saingan Abian
59
Bab 59 : Umroh
60
Bab 60 : Selisih usia
61
Bab 61: Stalker
62
Bab 62 : Istri pengertian
63
Bab 63 : Saingan cinta antar saudara
64
Bab 64 : Pernikahan Adam
65
Bab 65 : Suamiku bukan pezina
66
Bab 66 : Sisi lain menantu Sanjaya
67
Bab 67 : Jangan menunjukkan wajah!
68
Bab 68 : Video viral
69
Bab 69: Mengurus masalah
70
Bab 70 : Kesedihan istri Abian
71
Bab 71 : Hampir saja
72
Bab 72 : Bahaya sosial media
73
Bab 73 : Kejahatan dibalas kebaikan
74
Bab 74 : Rencana lahiran
75
Bab 75 : Calon suami Adiba
76
Bab 76 : Lahirnya duplikat Abian
77
Bab 77 : Baju dinas Arsyila
78
Bab 78 : Wanita penggoda
79
Bab 79 : Penggoda terbaik
80
Bab 80 : Satu saja cukup
81
Bab 81 : Wanita Yang Dirindukan Surga
82
Bab 82 : Wanita Yang Dirindukan Surga 2
83
Bab 83 : Abian vs Arkana
84
Bab 84 : Mengingat Zahra
85
Bab 85 : Tidak apa-apa menangis
86
Bab 86 : Bicara baik-baik
87
Bab 87 : Arkana tantrum
88
Bab 88 : Hampir terharu
89
Bab 89 : Akhir pekan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!