Bab 18 : Tinggal di rumah mertua

Shakila tidak tahu sekaya apa sebenarnya keluarga suaminya. Rumah yang ditinggali oleh mertua dan adik iparnya terlihat sangat mewah dan megah.

Saat mobil Adam datang, gerbang dibukakan oleh penjaga keamanan dan saat memasuki rumah pun ada yang membantu membuka pintu dari dalam.

Shakila pikir rumah seperti ini hanya ada dalam drama Korea, ternyata ada di dunia nyata dan rumah itu adalah rumah mertuanya.

Rumahnya mengesankan, tapi yang lebih mengesankan lagi pemilik rumah ini penampilannya sederhana dan tidak menunjukan mereka kaya.

Shakila pernah bertemu dan mengobrol dengan mertuanya, mereka sama sekali tidak menunjukkan bahwa mereka orang kaya.

"Tolong siapkan kamar untuk kakak ipar saya," ucap Adam pada salah satu pelayan disana.

"Baik, kak," pelayan langsung pergi untuk menyiapkan kamar Shakila.

Semua yang bekerja disana memanggil Adam, Abian dan Adiba sama seperti orang tua mereka memanggil mereka. Adam dipanggil kakak, Abian dipanggil mas, sementara Adiba dipanggil adek.

Meskipun rumahnya terlihat seperti rumah dalam drama Korea, tapi cara majikan memperlakukan para pekerjanya jauh berbeda dengan yang ada di drama Korea. Keluarga ini menganggap penjaga keamanan maupun pelayan seperti keluarga mereka sendiri.

"Mba mau minum apa biar saya buatkan?" ucap pelayan lain yang mengetahui Shakila istri Abian.

Karena pemilik rumah itu baik, para pelayan yang bekerja disana juga melakukan yang terbaik untuk membalas kebaikan majikan mereka.

Apalagi, para pelayan tahu bahwa banyaknya pelayan disana adalah supaya banyak orang yang mendapatkan pekerjaan di tengah sulitnya mencari pekerjaan di jaman sekarang.

"Tidak usah, makasih. Saya sedang puasa," Shakila menolak tawaran pelayan dengan sopan.

Sesuai dengan ketentuan, hari ini jadwal Shakila untuk melaksanakan puasa sunnah daudnya.

"Baiklah, kalau begitu saya izin ke belakang," pelayan itu pamit undur diri karena merasa sudah tidak dibutuhkan.

Ada pekerjaan yang harus mereka lakukan karena sebentar lagi waktunya jam makan siang.

"Mamah papah dan Adiba sedang diluar sekarang, nanti aku kasih tahu mereka mba disini," ucap Adam setelah pelayan pergi.

Sebenarnya, tujuan Adam menghubungi adik dan orang tuanya supaya tidak hanya berduaan dengan Shakila.

"Iya, terimakasih."

-

-

"Serius mba puasa? memang mas Abian tidak keberatan?" tanya Adiba saat kakak iparnya menolak diajak makan siang bersama dengan alasan sedang berpuasa sunnah.

"Kenapa mas Abian keberatan?" Shakila membalikkan pertanyaan Adiba.

Suaminya tentu saja tidak keberatan karena puasa sunnah adalah salah satu ibadah yang baik untuk dilakukan umat muslim. Shakila malah tidak mengerti kenapa Adiba harus menanyakan hal itu padanya.

"Ya... maksud aku, ada hal-hal yang tidak bisa kalian lakukan jika mba puasa. Mas Abian tidak keberatan?"

Adiba memberikan pertanyaan yang lebih jelas dari sebelumnya supaya Shakila mengerti maksudnya. Tapi ternyata susah sekali membuat Shakila mengerti.

"Hah?" Shakila berusaha mencerna maksud dari perkataan adik iparnya.

Puasa adalah menghindari makan dan minum secara sengaja. Sebagai umat muslim tentu saja Abian tidak akan keberatan karena memang begitulah puasa yang biasa mereka lakukan.

"Maksud kamu keberatan karena tidak bisa sarapan bareng?" tanya Shakila salah memahami maksud Adiba.

"Bukan itu," Adiba gemas karena kakak iparnya tidak mengerti maksudnya.

Adiba bingung harus bagaimana lagi menjelaskan pada kakak iparnya tentang maksudnya.

"Tapi mas Abian sibuk kerja sih kalau siang, paling kalian juga melakukannya juga malam kan?"

"Sarapan bukannya aktivitas makan pada pagi hari ya? memang bisa kalau malam disebut sarapan?"

Adiba menepuk jidatnya sendiri, "bukan itu, mba. Kalian kan suami istri, memang tidak pernah?"

Shakila semakin tidak bisa mencerna perkataan Adiba yang terdengar sangat rumit di telinganya.

"Tidak pernah apa?" tanya Shakila bingung.

"Sudah, sepertinya mas kamu memang tidak keberatan istrinya puasa," ucap Hanafi -papah mertua Shakila.

"Iya juga kan mas Abian punya dua istri," Adiba malah semakin bicara kemana-mana dan membuat Shakila bertambah bingung.

Masalahnya, Shakila dan Abian belum sejauh itu. Mereka belum 'melakukannya' meskipun sudah sering tidur di ranjang yang sama. Pikiran Shakila belum sampai kesana.

"Shakila, lebih baik kamu ke kamar saja istirahat daripada memikirkan ucapan Adiba," Annisa -mamah mertua Shakila akhirnya ikut bicara.

Sekarang, mereka berempat sedang berada di ruang keluarga. Hanya berempat karena Adam sudah pergi ke restonya.

"Iya, kamu istirahat saja kalau memang sedang puasa. Kami bertiga akan makan siang," ucap Hanafi menimpali istrinya.

"Iya, mah, pah," Shakila menuruti mertuanya pergi ke kamar untuk istirahat.

Shakila tidak terlalu memikirkan ucapan Adiba karena memang benar-benar tidak mengerti apa yang adik iparnya maksud.

"Jangan seperti itu lagi, Adiba. Masa kamu bertanya hal pribadi kepada mba kamu?" ucap Annisa menegur putrinya setelah melihat Shakila pergi.

"Iya maaf, mah."

-

-

Shakila diperlakukan dengan baik di rumah orang tua suaminya. Saat waktunya berbuka, pelayan mengantarkan makanan dan minuman ke kamar Shakila karena tahu Shakila tidak bisa makan di tempat yang membuatnya terlihat oleh orang lain.

"Terimakasih," ucap Shakila pada pelayan yang sudah mengantarkan makanan ke kamarnya.

Shakila memakai khimar karena tidak akan ada laki-laki yang masuk ke dalam kamarnya dan melihat wajahnya yang tidak tertutup burqa.

"Sama-sama, mba. Kalau mba butuh sesuatu nanti bisa cari saya," ucap pelayan itu sambil meletakkan makanan yang dibawanya keatas meja nakas.

"Iya, nanti saya cari kamu kalau butuh sesuatu," Shakila tersenyum menatap pelayan.

Sementara itu, Abian juga tersenyum setelah membaca pesan dari mamahnya. Tidak akan ada mertua yang bisa mengerti menantunya jika suami tidak memberikan perannya sebagai suami dan juga anak.

Abian yang memberitahu mamahnya tentang istrinya yang tidak bisa makan di tempat yang membuatnya terlihat orang lain. Atau, lebih tepatnya laki-laki lain.

Sebenarnya Adiba juga mengetahui itu, tapi takutnya Adiba lupa dan Shakila terpaksa harus menunjukkan wajahnya di depan laki-laki lain karena merasa tidak enak terhadap mertuanya.

"Suami kamu senyum terus dari tadi sambil lihatin handphonenya, jangan-jangan selingkuh lagi," sindir Nyai Aisyah.

Abian yang disindir langsung meletakkan handphonenya diatas meja. Tidak ingin mertuanya berpikir yang bukan-bukan terhadap dirinya.

"Awas ya, kalau sampai saya tahu kamu selingkuh dari anak saya, saya tidak akan memaafkan kamu!"

"Umi!" tegur Zahra tidak suka uminya mengatakan hal itu terhadap suaminya.

Zahra tahu seperti apa suaminya, Abian tidak akan pernah selingkuh darinya.

"Tidak usah membela suamimu!" ucap Nyai Aisyah masih mencurigai Abian selingkuh.

Abian yang tidak merasa dirinya selingkuh terlihat tenang. Ia menikah dengan Shakila juga karena Zahra yang memintanya dan itu tidak bisa disebut selingkuh.

Abian menikahi Shakila secara resmi dan bukan melalui hal yang tidak baik yang biasa dilakukan pasangan berselingkuh.

"Saya benar-benar tidak akan memaafkanmu jika kamu selingkuh dari anak saya," ucap Nyai Aisyah lagi.

Abian hanya diam. Bukan menantang atau bagaimana, tapi karena Ia mengetahui tabiat buruk mertuanya dan hal seperti ini sudah biasa.

Episodes
1 Bab 1 : Menikahlah dengan suamiku
2 Bab 2 : Rumah sakit
3 Bab 3 : Meminta waktu berpikir
4 Bab 4 : Jalan takdir
5 Bab 5 : Anak kecil tanpa peran ibu
6 Bab 6 : Terjebak
7 Bab 7 : Bukan untuk bercerai
8 Bab 8 : Resmi menikah
9 Bab 9 : Pengasuh gratis
10 Bab 10 : Janji Adam
11 Bab 11 : Ketakutan Abian
12 Bab 12 : Dua wanita surga Abian
13 Bab 13 : Satu imam, dua makmum
14 Bab 14 : Bukan tipe idaman Shakila
15 Bab 15 : Cerita Zahra
16 Bab 16 : Siapa wanita itu?
17 Bab 17 : Mertua Abian
18 Bab 18 : Tinggal di rumah mertua
19 Bab 19 : Melepas rindu
20 Bab 20 : Kecemburuan Abian
21 Bab 21 : Belajar menjahit
22 Bab 22 : Rencana ke Jakarta
23 Bab 23 : Bibi perusak suasana
24 Bab 24 : Terbongkarnya rahasia
25 Bab 25 : Fitnah kejam
26 Bab 26 : Tukang fitnah harus pergi
27 Bab 27 : Obrolan tetangga
28 Bab 28 : Menantu dan mertua
29 Bab 29 : Menghabisi pelakor
30 Bab 30 : Dua kejadian
31 Bab 31 : Maaf, aku gagal
32 Bab 32 : Pemakaman Zahra
33 Bab 33 : Tulisan di kain kafan
34 Bab 34 : Secercah harapan
35 Bab 35 : Ibu-ibu pengajian
36 Bab 36 : Hilang ingatan?
37 Bab 37 : Kembalinya menantu Sanjaya
38 Bab 38 : Hukuman Allah
39 Bab 39 : Dusta Cinta
40 Bab 40 : Rencana kehamilan
41 Bab 41 : Keluarga harmonis
42 Bab 42 : Datang ke desa
43 Bab 43 : Keluarga kecil bahagia
44 Bab 44 : Hadiah untuk istri tercinta
45 Bab 45 : Wanda kembali berulah!
46 Bab 46 : Pengganggu kecil
47 Bab 47 : Pertemuan keluarga
48 Bab 48 : Hukuman penuduh zina
49 Bab 49 : Sudah terlambat
50 Bab 50 : Menikah tidak seburuk itu
51 Bab 51 : Drama Wanda masih berlanjut
52 Bab 52 : Laki-laki idaman Shakila
53 Bab 53 : Hamil
54 Bab 54 : Pertengkaran papah dan anak
55 Bab 55 : Batal umroh
56 Bab 56 : Menurunkan ego
57 Bab 57 : Hanya titipan
58 Bab 58 : Calon saingan Abian
59 Bab 59 : Umroh
60 Bab 60 : Selisih usia
61 Bab 61: Stalker
62 Bab 62 : Istri pengertian
63 Bab 63 : Saingan cinta antar saudara
64 Bab 64 : Pernikahan Adam
65 Bab 65 : Suamiku bukan pezina
66 Bab 66 : Sisi lain menantu Sanjaya
67 Bab 67 : Jangan menunjukkan wajah!
68 Bab 68 : Video viral
69 Bab 69: Mengurus masalah
70 Bab 70 : Kesedihan istri Abian
71 Bab 71 : Hampir saja
72 Bab 72 : Bahaya sosial media
73 Bab 73 : Kejahatan dibalas kebaikan
74 Bab 74 : Rencana lahiran
75 Bab 75 : Calon suami Adiba
76 Bab 76 : Lahirnya duplikat Abian
77 Bab 77 : Baju dinas Arsyila
78 Bab 78 : Wanita penggoda
79 Bab 79 : Penggoda terbaik
80 Bab 80 : Satu saja cukup
81 Bab 81 : Wanita Yang Dirindukan Surga
82 Bab 82 : Wanita Yang Dirindukan Surga 2
83 Bab 83 : Abian vs Arkana
84 Bab 84 : Mengingat Zahra
85 Bab 85 : Tidak apa-apa menangis
86 Bab 86 : Bicara baik-baik
87 Bab 87 : Arkana tantrum
88 Bab 88 : Hampir terharu
89 Bab 89 : Akhir pekan
Episodes

Updated 89 Episodes

1
Bab 1 : Menikahlah dengan suamiku
2
Bab 2 : Rumah sakit
3
Bab 3 : Meminta waktu berpikir
4
Bab 4 : Jalan takdir
5
Bab 5 : Anak kecil tanpa peran ibu
6
Bab 6 : Terjebak
7
Bab 7 : Bukan untuk bercerai
8
Bab 8 : Resmi menikah
9
Bab 9 : Pengasuh gratis
10
Bab 10 : Janji Adam
11
Bab 11 : Ketakutan Abian
12
Bab 12 : Dua wanita surga Abian
13
Bab 13 : Satu imam, dua makmum
14
Bab 14 : Bukan tipe idaman Shakila
15
Bab 15 : Cerita Zahra
16
Bab 16 : Siapa wanita itu?
17
Bab 17 : Mertua Abian
18
Bab 18 : Tinggal di rumah mertua
19
Bab 19 : Melepas rindu
20
Bab 20 : Kecemburuan Abian
21
Bab 21 : Belajar menjahit
22
Bab 22 : Rencana ke Jakarta
23
Bab 23 : Bibi perusak suasana
24
Bab 24 : Terbongkarnya rahasia
25
Bab 25 : Fitnah kejam
26
Bab 26 : Tukang fitnah harus pergi
27
Bab 27 : Obrolan tetangga
28
Bab 28 : Menantu dan mertua
29
Bab 29 : Menghabisi pelakor
30
Bab 30 : Dua kejadian
31
Bab 31 : Maaf, aku gagal
32
Bab 32 : Pemakaman Zahra
33
Bab 33 : Tulisan di kain kafan
34
Bab 34 : Secercah harapan
35
Bab 35 : Ibu-ibu pengajian
36
Bab 36 : Hilang ingatan?
37
Bab 37 : Kembalinya menantu Sanjaya
38
Bab 38 : Hukuman Allah
39
Bab 39 : Dusta Cinta
40
Bab 40 : Rencana kehamilan
41
Bab 41 : Keluarga harmonis
42
Bab 42 : Datang ke desa
43
Bab 43 : Keluarga kecil bahagia
44
Bab 44 : Hadiah untuk istri tercinta
45
Bab 45 : Wanda kembali berulah!
46
Bab 46 : Pengganggu kecil
47
Bab 47 : Pertemuan keluarga
48
Bab 48 : Hukuman penuduh zina
49
Bab 49 : Sudah terlambat
50
Bab 50 : Menikah tidak seburuk itu
51
Bab 51 : Drama Wanda masih berlanjut
52
Bab 52 : Laki-laki idaman Shakila
53
Bab 53 : Hamil
54
Bab 54 : Pertengkaran papah dan anak
55
Bab 55 : Batal umroh
56
Bab 56 : Menurunkan ego
57
Bab 57 : Hanya titipan
58
Bab 58 : Calon saingan Abian
59
Bab 59 : Umroh
60
Bab 60 : Selisih usia
61
Bab 61: Stalker
62
Bab 62 : Istri pengertian
63
Bab 63 : Saingan cinta antar saudara
64
Bab 64 : Pernikahan Adam
65
Bab 65 : Suamiku bukan pezina
66
Bab 66 : Sisi lain menantu Sanjaya
67
Bab 67 : Jangan menunjukkan wajah!
68
Bab 68 : Video viral
69
Bab 69: Mengurus masalah
70
Bab 70 : Kesedihan istri Abian
71
Bab 71 : Hampir saja
72
Bab 72 : Bahaya sosial media
73
Bab 73 : Kejahatan dibalas kebaikan
74
Bab 74 : Rencana lahiran
75
Bab 75 : Calon suami Adiba
76
Bab 76 : Lahirnya duplikat Abian
77
Bab 77 : Baju dinas Arsyila
78
Bab 78 : Wanita penggoda
79
Bab 79 : Penggoda terbaik
80
Bab 80 : Satu saja cukup
81
Bab 81 : Wanita Yang Dirindukan Surga
82
Bab 82 : Wanita Yang Dirindukan Surga 2
83
Bab 83 : Abian vs Arkana
84
Bab 84 : Mengingat Zahra
85
Bab 85 : Tidak apa-apa menangis
86
Bab 86 : Bicara baik-baik
87
Bab 87 : Arkana tantrum
88
Bab 88 : Hampir terharu
89
Bab 89 : Akhir pekan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!