Bab 15 : Cerita Zahra

Zahra tersenyum melihat Shakila yang dengan hati-hati mengoleskan salep di kulit Khansa yang terdapat ruam merah akibat alergi kemarin.

Abian sudah berangkat bekerja. Sekarang hanya ada tiga perempuan kesayangan Abian di rumah itu.

"Maaf ya, gara-gara buna kamu jadi seperti ini," Shakila meniupi kulit Khansa setelah selesai mengoles salep seakan salep itu akan memberikan efek panas pada kulit Khansa.

Zahra yang melihatnya hanya menggeleng dan terkekeh. Ternyata istri kedua suaminya bisa lucu juga, pikirnya.

Anak kecil yang sedang diolesi salep hanya memandangi apa yang sedang Shakila lakukan dan bergantian memandang wajah Shakila.

Khansa mana tahu kesalahan apa yang sudah orang dewasa itu lakukan terhadapnya. Ia hanya tahu tubuhnya perih dan juga gatal-gatal kemarin.

"Kamu tidak perlu terus-terusan merasa bersalah, Shakila. Lagipula ini bukan kesalahanmu. Mba yang lupa memberitahu kamu kalau Khansa alergi."

"Iya, tapi tetap saja Khansa seperti ini karena aku lalai menjaganya, mba," Shakila masih bersikeras bahwa yang terjadi pada Khansa adalah kesalahannya.

Bagaimanapun sudah seharusnya Shakila memastikan Khansa baik-baik saja saat bersamanya.

"Oh ya, mba," Shakila meletakkan salep diatas meja setelah selesai mengolesi semua ruam merah di tubuh Khansa, "kenapa suami kita pakai jas?"

"Kenapa memang kalau mas Abian pakai jas?" tanya Zahra tidak mengerti alasan Shakila mengomentari jas suami mereka.

Suami mereka pemimpin perusahaan properti, apa salahnya memakai jas?

"Tidak, maksudku- apa perlu berdakwah memakai jas seperti itu?" tanya Shakila.

Sebenarnya Shakila tidak ingin mengomentari pakaian Abian. Selagi suaminya nyaman tidak apa-apa berdakwah memakai jas. Tapi Shakila tidak bisa menahan dirinya untuk bertanya alasan suami mereka pergi dakwah memakai jas.

Zahra tersenyum menyadari bahwa Shakila belum mengetahui pekerjaan suami mereka, "pekerjaan mas Abian tidak hanya berdakwah, Shakila. Suami kita CEO di perusahaan keluarganya."

Shakila hampir tersedak ludahnya mengetahui suaminya CEO perusahaan. Ia buru-buru mengambil handphone, mencari biodata suaminya di internet. Ternyata benar suaminya bukan hanya pendakwah.

"Ini serius?" tanya Shakila sambil menutup mulutnya tidak percaya suaminya CEO.

Zahra tersenyum melihat Shakila sampai melihat internet hanya untuk mengetahui tentang pekerjaan suami mereka. Padahal jika mau Shakila bisa menanyakannya langsung.

"Iya, Shakila. Makanya suami kita sibuk. Waktu mba di rumah sakit juga tidak pulang, kan?"

Shakila berusaha mencerna apa yang Zahra katakan, "tunggu, jadi selama mba di rumah sakit dan mas Abian tidak pernah pulang, mas Abian mengurusi perusahaannya?"

"Bukan hanya perusahaan yang mas Abian urusi, mas Abian juga mengisi banyak kajian beberapa hari terakhir," jelas Zahra.

"Oh?" Shakila benar-benar tidak percaya mendengar itu. Ternyata Ia sudah salah sangka selama ini.

"Sebenarnya mas Abian sempat ingin membatalkan kajiannya karena mba sakit, tapi mba memintanya untuk tetap mengisi kajian."

"Jadi mba sendirian di rumah sakit?" tanya Shakila memastikan hal itu.

"Tidak sendirian, ada dokter dan suster yang menemani mba selama di rumah sakit," jawab Zahra.

Shakila jadi merasa bersalah sudah berburuk sangka terhadap suaminya dan mengira suaminya tidak pulang karena terus mengurusi Zahra.

"Tapi mas Abian tetap datang ke rumah sakit kok, cuma ya waktunya di rumah sakit tidak banyak karena harus membagi waktu."

Zahra tidak ingin Shakila berpikir suami mereka tidak bertanggungjawab sehingga langsung memberikan penjelasan sebelum Shakila memintanya.

"Oh baguslah kalau mas Abian tetap datang ke rumah sakit," ucap Shakila merasa lega mendengarnya.

Shakila pikir suami mereka sama sekali tidak datang ke rumah sakit karena sibuk bekerja, tapi syukurlah jika tidak seperti itu kejadiannya.

"Waktu mas Abian pulang dan marah-marah soal kain kafan, mas Abian baru pulang dari luar kota loh," ucap Zahra memberitahu kejadian yang mungkin tidak Shakila ketahui tentang suami mereka.

"Mas Abian sempat datang ke rumah sakit, izin mau lihat kamu dan Khansa. Mas Abian khawatir karena kalian lama ditinggalkan di rumah, tapi mas Abian malah salah paham soal kain kafan kamu."

Shakila benar-benar speechless mendengar apa yang Zahra katakan tentang suami mereka. Sepertinya ini cara Allah memberitahunya untuk tidak langsung mengambil kesimpulan atas sesuatu.

"Mas Abian sebenarnya peduli tentang kamu, istrinya yang seharusnya mendapatkan cinta dan juga perhatiannya," Zahra tersenyum melihat wajah terkejut Shakila mendengar ceritanya.

"Jadi yang aku pikirkan tentang mas Abian selama ini salah?" tanya Shakila tidak mempercayai itu.

"Memang apa yang kamu pikirkan tentang mas Abian?" Zahra membalikkan pertanyaan Shakila karena tidak tahu apa yang sebenarnya Shakila pikirkan tentang suami mereka.

"Cobalah mengenal mas Abian lebih dalam, kamu pasti akan jatuh cinta terhadapnya."

-

-

Penampilan Abian sudah tidak serapih saat berangkat ke kantor. Ia sekarang hanya memakai kemeja putih dengan lengannya yang tergulung dan menunjukkan urat-urat lengannya. Jas yang sebelumnya Ia pakai entah berada dimana sekarang.

Abian terlihat sibuk dengan berkas-berkas diatas mejanya yang menumpuk. Padahal Abian tidak pernah libur, tapi berkas-berkas itu seakan tidak ada habisnya diatas mejanya.

"Pak, semua belanjaan sudah dibeli. Mau langsung diantarkan ke rumah bapak atau bagaimana?" tanya sekretaris pribadi Abian.

Abian memilih sekretaris laki-laki demi kenyamanan dirinya dan demi menjaga perasaan istrinya. Karena jika perempuan mungkin akan menimbulkan cemburu bagi istri tercintanya.

"Tolong suruh orang antarkan belanjaannya ke rumah saya, pastikan yang mengantarkannya perempuan," ucap Abian masih sibuk dengan berkas-berkas diatas meja.

Abian biasanya mengecek dulu bahan makanan yang karyawannya beli, tapi kali ini Ia tidak memiliki banyak waktu untuk itu.

"Tapi, pak-" asisten pribadi Abian langsung menutup mulutnya saat Abian menatapnya.

David -asisten pribadi Abian tahu bahwa Abian tidak suka ada karyawan laki-laki yang datang ke rumahnya jika tidak ada dirinya di rumah. Tapi masalahnya semua karyawan sedang sibuk sekarang.

"Kenapa?" tanya Abian membuat David ingin sekali menghilang dari sana.

Masalahnya, bosnya pasti tidak menerima alasan apapun. Harus perempuan yang mengantarkan belanjaannya.

"Semua karyawan perempuan kita sedang sibuk," ucap David berusaha menjawab pertanyaan bosnya itu.

"Kalau begitu biar saya saja yang antar," Abian mulai membenarkan lengan kemejanya dan segera meraih kemejanya berniat mengantarkan belanjaan ke rumah.

Abian sedang sibuk, tapi belanjaan istrinya harus segera diantarkan ke rumah. Lagipula mengantarkan belanjaan tidak akan membutuhkan waktu lama.

"Tapi sebentar lagi kita ada meeting, pak," ucap David memberitahu.

David sebenarnya ragu mengatakan itu, tapi bosnya harus tahu bahwa setelah ini mereka akan ada meeting penting.

"Saya tahu, saya akan kembali secepatnya. Mana kunci mobilnya, saya pergi sekarang."

David pasrah memberikan kunci mobil pada Abian. Padahal meetingnya akan dimulai dalam beberapa menit lagi, tapi Ia juga tidak bisa melarang bosnya pergi.

"Siap-siap aja deh nanti nerima komplain dari klien," gumam David pasrah.

Episodes
1 Bab 1 : Menikahlah dengan suamiku
2 Bab 2 : Rumah sakit
3 Bab 3 : Meminta waktu berpikir
4 Bab 4 : Jalan takdir
5 Bab 5 : Anak kecil tanpa peran ibu
6 Bab 6 : Terjebak
7 Bab 7 : Bukan untuk bercerai
8 Bab 8 : Resmi menikah
9 Bab 9 : Pengasuh gratis
10 Bab 10 : Janji Adam
11 Bab 11 : Ketakutan Abian
12 Bab 12 : Dua wanita surga Abian
13 Bab 13 : Satu imam, dua makmum
14 Bab 14 : Bukan tipe idaman Shakila
15 Bab 15 : Cerita Zahra
16 Bab 16 : Siapa wanita itu?
17 Bab 17 : Mertua Abian
18 Bab 18 : Tinggal di rumah mertua
19 Bab 19 : Melepas rindu
20 Bab 20 : Kecemburuan Abian
21 Bab 21 : Belajar menjahit
22 Bab 22 : Rencana ke Jakarta
23 Bab 23 : Bibi perusak suasana
24 Bab 24 : Terbongkarnya rahasia
25 Bab 25 : Fitnah kejam
26 Bab 26 : Tukang fitnah harus pergi
27 Bab 27 : Obrolan tetangga
28 Bab 28 : Menantu dan mertua
29 Bab 29 : Menghabisi pelakor
30 Bab 30 : Dua kejadian
31 Bab 31 : Maaf, aku gagal
32 Bab 32 : Pemakaman Zahra
33 Bab 33 : Tulisan di kain kafan
34 Bab 34 : Secercah harapan
35 Bab 35 : Ibu-ibu pengajian
36 Bab 36 : Hilang ingatan?
37 Bab 37 : Kembalinya menantu Sanjaya
38 Bab 38 : Hukuman Allah
39 Bab 39 : Dusta Cinta
40 Bab 40 : Rencana kehamilan
41 Bab 41 : Keluarga harmonis
42 Bab 42 : Datang ke desa
43 Bab 43 : Keluarga kecil bahagia
44 Bab 44 : Hadiah untuk istri tercinta
45 Bab 45 : Wanda kembali berulah!
46 Bab 46 : Pengganggu kecil
47 Bab 47 : Pertemuan keluarga
48 Bab 48 : Hukuman penuduh zina
49 Bab 49 : Sudah terlambat
50 Bab 50 : Menikah tidak seburuk itu
51 Bab 51 : Drama Wanda masih berlanjut
52 Bab 52 : Laki-laki idaman Shakila
53 Bab 53 : Hamil
54 Bab 54 : Pertengkaran papah dan anak
55 Bab 55 : Batal umroh
56 Bab 56 : Menurunkan ego
57 Bab 57 : Hanya titipan
58 Bab 58 : Calon saingan Abian
59 Bab 59 : Umroh
60 Bab 60 : Selisih usia
61 Bab 61: Stalker
62 Bab 62 : Istri pengertian
63 Bab 63 : Saingan cinta antar saudara
64 Bab 64 : Pernikahan Adam
65 Bab 65 : Suamiku bukan pezina
66 Bab 66 : Sisi lain menantu Sanjaya
67 Bab 67 : Jangan menunjukkan wajah!
68 Bab 68 : Video viral
69 Bab 69: Mengurus masalah
70 Bab 70 : Kesedihan istri Abian
71 Bab 71 : Hampir saja
72 Bab 72 : Bahaya sosial media
73 Bab 73 : Kejahatan dibalas kebaikan
74 Bab 74 : Rencana lahiran
75 Bab 75 : Calon suami Adiba
76 Bab 76 : Lahirnya duplikat Abian
77 Bab 77 : Baju dinas Arsyila
78 Bab 78 : Wanita penggoda
79 Bab 79 : Penggoda terbaik
80 Bab 80 : Satu saja cukup
81 Bab 81 : Wanita Yang Dirindukan Surga
82 Bab 82 : Wanita Yang Dirindukan Surga 2
83 Bab 83 : Abian vs Arkana
84 Bab 84 : Mengingat Zahra
85 Bab 85 : Tidak apa-apa menangis
86 Bab 86 : Bicara baik-baik
87 Bab 87 : Arkana tantrum
88 Bab 88 : Hampir terharu
89 Bab 89 : Akhir pekan
Episodes

Updated 89 Episodes

1
Bab 1 : Menikahlah dengan suamiku
2
Bab 2 : Rumah sakit
3
Bab 3 : Meminta waktu berpikir
4
Bab 4 : Jalan takdir
5
Bab 5 : Anak kecil tanpa peran ibu
6
Bab 6 : Terjebak
7
Bab 7 : Bukan untuk bercerai
8
Bab 8 : Resmi menikah
9
Bab 9 : Pengasuh gratis
10
Bab 10 : Janji Adam
11
Bab 11 : Ketakutan Abian
12
Bab 12 : Dua wanita surga Abian
13
Bab 13 : Satu imam, dua makmum
14
Bab 14 : Bukan tipe idaman Shakila
15
Bab 15 : Cerita Zahra
16
Bab 16 : Siapa wanita itu?
17
Bab 17 : Mertua Abian
18
Bab 18 : Tinggal di rumah mertua
19
Bab 19 : Melepas rindu
20
Bab 20 : Kecemburuan Abian
21
Bab 21 : Belajar menjahit
22
Bab 22 : Rencana ke Jakarta
23
Bab 23 : Bibi perusak suasana
24
Bab 24 : Terbongkarnya rahasia
25
Bab 25 : Fitnah kejam
26
Bab 26 : Tukang fitnah harus pergi
27
Bab 27 : Obrolan tetangga
28
Bab 28 : Menantu dan mertua
29
Bab 29 : Menghabisi pelakor
30
Bab 30 : Dua kejadian
31
Bab 31 : Maaf, aku gagal
32
Bab 32 : Pemakaman Zahra
33
Bab 33 : Tulisan di kain kafan
34
Bab 34 : Secercah harapan
35
Bab 35 : Ibu-ibu pengajian
36
Bab 36 : Hilang ingatan?
37
Bab 37 : Kembalinya menantu Sanjaya
38
Bab 38 : Hukuman Allah
39
Bab 39 : Dusta Cinta
40
Bab 40 : Rencana kehamilan
41
Bab 41 : Keluarga harmonis
42
Bab 42 : Datang ke desa
43
Bab 43 : Keluarga kecil bahagia
44
Bab 44 : Hadiah untuk istri tercinta
45
Bab 45 : Wanda kembali berulah!
46
Bab 46 : Pengganggu kecil
47
Bab 47 : Pertemuan keluarga
48
Bab 48 : Hukuman penuduh zina
49
Bab 49 : Sudah terlambat
50
Bab 50 : Menikah tidak seburuk itu
51
Bab 51 : Drama Wanda masih berlanjut
52
Bab 52 : Laki-laki idaman Shakila
53
Bab 53 : Hamil
54
Bab 54 : Pertengkaran papah dan anak
55
Bab 55 : Batal umroh
56
Bab 56 : Menurunkan ego
57
Bab 57 : Hanya titipan
58
Bab 58 : Calon saingan Abian
59
Bab 59 : Umroh
60
Bab 60 : Selisih usia
61
Bab 61: Stalker
62
Bab 62 : Istri pengertian
63
Bab 63 : Saingan cinta antar saudara
64
Bab 64 : Pernikahan Adam
65
Bab 65 : Suamiku bukan pezina
66
Bab 66 : Sisi lain menantu Sanjaya
67
Bab 67 : Jangan menunjukkan wajah!
68
Bab 68 : Video viral
69
Bab 69: Mengurus masalah
70
Bab 70 : Kesedihan istri Abian
71
Bab 71 : Hampir saja
72
Bab 72 : Bahaya sosial media
73
Bab 73 : Kejahatan dibalas kebaikan
74
Bab 74 : Rencana lahiran
75
Bab 75 : Calon suami Adiba
76
Bab 76 : Lahirnya duplikat Abian
77
Bab 77 : Baju dinas Arsyila
78
Bab 78 : Wanita penggoda
79
Bab 79 : Penggoda terbaik
80
Bab 80 : Satu saja cukup
81
Bab 81 : Wanita Yang Dirindukan Surga
82
Bab 82 : Wanita Yang Dirindukan Surga 2
83
Bab 83 : Abian vs Arkana
84
Bab 84 : Mengingat Zahra
85
Bab 85 : Tidak apa-apa menangis
86
Bab 86 : Bicara baik-baik
87
Bab 87 : Arkana tantrum
88
Bab 88 : Hampir terharu
89
Bab 89 : Akhir pekan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!