Bab 6 : Terjebak

Shakila menggeleng, menepis apa yang baru saja terlintas di pikirannya. Jika sekarang Ia berpikir ingin melengkapi kekurangan dalam rumah tangga orang lain, berarti Ia sama saja dengan selingkuhan-selingkuhan ayahnya.

"Kalau Ibumu mampu memuaskan Ayahmu, tidak mungkin Ayahmu selingkuh."

Shakila mengepalkan tangan mengingat apa yang pernah selingkuhan ayahnya katakan padanya. Ia tidak mengerti bagaimana cara pelakor itu berpikir, bisa-bisanya mereka bangga menjadi pemuas nafsu suami orang.

"Menjijikkan sekali," gumam Shakila tanpa sadar karena terlalu kesal dengan selingkuhan ayahnya yang dulu membanggakan diri di hadapannya.

Shakila sangat membenci pelakor seperti selingkuhan ayahnya itu. Modal mengangkang di depan suami orang saja sudah merasa diri mereka paling sempurna.

Shakila ingat betul dulu selingkuhan ayahnya bahkan menyebutnya tidak laku. Hah, padahal yang jualan dirinya sendiri, tapi orang lain yang disebut tidak laku.

"Jelas-jelas yang tidak laku dia sendiri, tidak laku dengan yang masih lajang sampai harus memiliki hubungan dengan suami orang."

Saat Shakila kesal dengan orang yang ditemuinya di masa lalu, suara Adiba di jok belakang mengalihkan atensinya.

"Menjijikkan?" tanya Adiba terkejut mendengar Shakila mengucapkan kata itu.

"Eh?" Shakila reflek menatap Adiba yang berada di jok belakang mobilnya. Hanya sebentar karena posisinya Shakila masih menyetir mobil.

"Maksud saya, menjijikkan sekali pakaian saya kotor," ucap Shakila saat matanya tidak sengaja melihat pakaian bagian bawahnya yang kotor akibat kecipratan air.

"Oh, pakaian Anda?" Adiba langsung mempercayai perkataan Shakila karena tahu sekotor apa pakaian Shakila setelah hujan-hujanan.

"Kita mampir dulu saja ke toko baju sebentar, saya bisa membelikan pakaian baru untuk mengganti pakaian Anda yang kotor," ucap Adiba tidak enak karena dirinyalah penyebab pakaian Shakila basah dan kotor.

"Tidak perlu diganti, lagipula ini hanya terkena kotoran dan masih bisa dicuci."

"Tapi Anda pasti kedinginan."

"Di depan ada butik saya, jika boleh saya ke butik saya sebentar untuk ganti pakaian."

"Oh, tentu saja boleh. Kita bisa mampir ke butik Anda."

Tidak ada percakapan lagi setelahnya. Setelah mampir sebentar ke butik untuk berganti pakaian, Shakila melajukan kembali mobilnya untuk mengantar Adiba dan Khansa ke rumah sakit.

-

-

Disinilah Shakila berada sekarang, di ruangan tempat Zahra dirawat. Shakila berniat pulang setelah mengantarkan Adiba dan Khansa ke rumah sakit, tapi Adiba melarang Shakila pulang dan mengajaknya masuk ke ruangan Zahra.

"Untung saja tadi ada kak Shakila yang mengantar kami kesini, jika tidak aku tidak tahu harus bagaimana menghadapi Khansa," ucap Adiba mengakhiri ceritanya pada kakak dan kakak iparnya.

Anak kecil yang mereka bicarakan saat ini berada dalam gendongan babanya dan sedang tertidur pulas dalam dekapan hangat laki-laki yang menjadi cinta pertamanya itu.

Khansa belum bangun lagi semenjak ketiduran di mobil Shakila. Bahkan Shakila lah yang menggendong Khansa sampai Khansa masuk ke ruangan ummanya dan diambil alih oleh babanya.

"Maaf sudah merepotkanmu," ucap Zahra merasa tidak enak sudah merepotkan adik iparnya.

Zahra kemudian beralih menatap perempuan yang mengenakan burqa di hadapannya yang terasa tidak asing baginya, "Shakila?"

"Iya, saya Shakila. Tadi saya tidak sengaja bertemu mereka," jawab Shakila.

Zahra tersenyum mengetahui perempuan di depannya benar-benar Shakila. Ia yakin kehadiran Shakila disana karena Allah SWT mengabulkan doa-doanya selama ini.

"Mas, Adiba ada disini?" suara itu menginterupsi mereka. Adam menyelonong masuk ke dalam ruangan Zahra tanpa mengetuk pintu ataupun mengucapkan permisi.

"Kamu tidak bisa ketuk pintu dulu ya?" tegur Abian karena kedatangan Adam mengusik tidur putri kecilnya.

Khansa tidak bangun. Gadis kecil itu hanya sedikit menggerakan tubuhnya karena merasa terganggu oleh suara berisik yang Adam timbulkan.

"Maaf, mas," cicit Adam saat melihat gadis kecil yang sedang Abian gendong.

Adam tidak tahu keponakannya sedang tidur dan bersikap sembrono karena mengkhawatirkan adik dan juga keponakannya.

"Kenapa digendong, mas? kenapa tidak ditidurkan dulu Khansa nya?" tanya Adam berniat mengambil alih Khansa supaya keponakannya bisa tidur dengan lebih nyaman.

Adam tidak tega melihat Khansa tidur dengan posisi digendong oleh Abian. Pasti badan Khansa akan sakit jika terus dibiarkan seperti itu.

"Tidak apa-apa, biarkan saja. Takutnya Khansa malah bangun," perkataan Zahra membuat Adam mengurungkan niatnya mengambil alih Khansa.

Jika kakak iparnya sudah berkata seperti itu, Adam tidak bisa apa-apa selain menuruti kakak iparnya. Ia tidak tega melihat Khansa, tapi Ia juga tidak berhak untuk membantah kakak iparnya.

"Baiklah."

Mata Adam kini tertuju pada perempuan asing yang ada di ruangan kakak iparnya. Entah kenapa Ia merasa familiar dengan perempuan ini.

"Kenapa aku merasa mengenal perempuan ini?" gumam Adam dalam hati menatap Shakila yang terasa familiar baginya.

Adam merasa bahwa perempuan di depannya adalah perempuan pemilik butik yang diam-diam dikaguminya selama ini.

"Jaga pandangan, kak. Astaghfirullah," tegur Adiba menyadari tatapan tidak biasa kakaknya.

Mereka adalah keluarga yang paham agama. Tidak ada satupun anggota keluarga mereka yang matanya jelalatan melihat yang bukan marham.

Adiba menegur Adam karena Adam terlalu lama menatap Shakila yang bukan mahramnya yang dikhawatirkan menimbulkan syahwat.

Adam langsung mengalihkan pandangannya setelah mendapat teguran dari Adiba dan langsung beristighfar dalam hati.

"Oh ya, kenalkan ini Shakila, calon istri mas kalian," ucap Zahra tiba-tiba mengenalkan Shakila sebagai calon istri Abian.

Shakila belum setuju menikah dengan Abian, tapi Zahra sudah mengklaim Shakila sebagai calon istri kedua Abian.

"Sayang!" Abian nampak keberatan dengan cara istrinya mengenalkan Shakila.

Tidak ada yang setuju untuk menikah, kenapa Zahra bicara seperti itu di depan adik-adik Abian?

"Apa maksudmu, Mba?" tanya Adiba tidak mengerti.

Bagaimana bisa perempuan yang sudah membantunya dan mengantarkannya ke rumah sakit tiba-tiba menjadi calon istri kakaknya?

Bukannya menjawab pertanyaan Adiba, Zahra justru malah melemparkan pertanyaan pada Shakila, "Shakila, kamu sudah memikirkannya, kan? kamu mau menikah dengan suamiku?"

Shakila tidak tahu situasi seperti apa yang sedang dihadapinya sekarang. Ia juga bingung karena Zahra tiba-tiba saja menanyakan itu padanya.

"Kamu tahu kenapa kamu bisa ada disini?" Zahra kembali melemparkan pertanyaan pada Shakila yang masih terdiam kaku di tempatnya.

Shakila sama sekali tidak mengerti yang sedang Zahra bicarakan. Ia berada disana hanya karena rasa kemanusiaannya. Bukan karena ada hal lain.

Jika tahu akan seperti ini, Shakila juga tidak akan mau mengantarkan Adiba dan Khansa ke rumah sakit. Lebih baik menjadi orang yang tidak berempati daripada dihadapkan dengan hal seperti ini.

"Beberapa hari ini aku selalu berdoa supaya kamu bisa menjadi istri kedua suamiku. Dan kamu berada disini sekarang karena Allah mengabulkan doa-doaku," jelas Zahra.

Shakila tidak bisa mengatakan apa-apa. Ia merasa terjebak karena ternyata Zahra melibatkan Allah SWT dalam masalah ini.

Terpopuler

Comments

Shyfa Andira Rahmi

Shyfa Andira Rahmi

trusss kalo udah sembuh mau gimana....mau menjadikan perempuan lain brada di posisi sulit sbg istri ke-2, egois juga yaaa trnyata kamu itu 😡😡

2024-12-15

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 : Menikahlah dengan suamiku
2 Bab 2 : Rumah sakit
3 Bab 3 : Meminta waktu berpikir
4 Bab 4 : Jalan takdir
5 Bab 5 : Anak kecil tanpa peran ibu
6 Bab 6 : Terjebak
7 Bab 7 : Bukan untuk bercerai
8 Bab 8 : Resmi menikah
9 Bab 9 : Pengasuh gratis
10 Bab 10 : Janji Adam
11 Bab 11 : Ketakutan Abian
12 Bab 12 : Dua wanita surga Abian
13 Bab 13 : Satu imam, dua makmum
14 Bab 14 : Bukan tipe idaman Shakila
15 Bab 15 : Cerita Zahra
16 Bab 16 : Siapa wanita itu?
17 Bab 17 : Mertua Abian
18 Bab 18 : Tinggal di rumah mertua
19 Bab 19 : Melepas rindu
20 Bab 20 : Kecemburuan Abian
21 Bab 21 : Belajar menjahit
22 Bab 22 : Rencana ke Jakarta
23 Bab 23 : Bibi perusak suasana
24 Bab 24 : Terbongkarnya rahasia
25 Bab 25 : Fitnah kejam
26 Bab 26 : Tukang fitnah harus pergi
27 Bab 27 : Obrolan tetangga
28 Bab 28 : Menantu dan mertua
29 Bab 29 : Menghabisi pelakor
30 Bab 30 : Dua kejadian
31 Bab 31 : Maaf, aku gagal
32 Bab 32 : Pemakaman Zahra
33 Bab 33 : Tulisan di kain kafan
34 Bab 34 : Secercah harapan
35 Bab 35 : Ibu-ibu pengajian
36 Bab 36 : Hilang ingatan?
37 Bab 37 : Kembalinya menantu Sanjaya
38 Bab 38 : Hukuman Allah
39 Bab 39 : Dusta Cinta
40 Bab 40 : Rencana kehamilan
41 Bab 41 : Keluarga harmonis
42 Bab 42 : Datang ke desa
43 Bab 43 : Keluarga kecil bahagia
44 Bab 44 : Hadiah untuk istri tercinta
45 Bab 45 : Wanda kembali berulah!
46 Bab 46 : Pengganggu kecil
47 Bab 47 : Pertemuan keluarga
48 Bab 48 : Hukuman penuduh zina
49 Bab 49 : Sudah terlambat
50 Bab 50 : Menikah tidak seburuk itu
51 Bab 51 : Drama Wanda masih berlanjut
52 Bab 52 : Laki-laki idaman Shakila
53 Bab 53 : Hamil
54 Bab 54 : Pertengkaran papah dan anak
55 Bab 55 : Batal umroh
56 Bab 56 : Menurunkan ego
57 Bab 57 : Hanya titipan
58 Bab 58 : Calon saingan Abian
59 Bab 59 : Umroh
60 Bab 60 : Selisih usia
61 Bab 61: Stalker
62 Bab 62 : Istri pengertian
63 Bab 63 : Saingan cinta antar saudara
64 Bab 64 : Pernikahan Adam
65 Bab 65 : Suamiku bukan pezina
66 Bab 66 : Sisi lain menantu Sanjaya
67 Bab 67 : Jangan menunjukkan wajah!
68 Bab 68 : Video viral
69 Bab 69: Mengurus masalah
70 Bab 70 : Kesedihan istri Abian
71 Bab 71 : Hampir saja
72 Bab 72 : Bahaya sosial media
73 Bab 73 : Kejahatan dibalas kebaikan
74 Bab 74 : Rencana lahiran
75 Bab 75 : Calon suami Adiba
76 Bab 76 : Lahirnya duplikat Abian
77 Bab 77 : Baju dinas Arsyila
78 Bab 78 : Wanita penggoda
79 Bab 79 : Penggoda terbaik
80 Bab 80 : Satu saja cukup
81 Bab 81 : Wanita Yang Dirindukan Surga
82 Bab 82 : Wanita Yang Dirindukan Surga 2
83 Bab 83 : Abian vs Arkana
84 Bab 84 : Mengingat Zahra
85 Bab 85 : Tidak apa-apa menangis
86 Bab 86 : Bicara baik-baik
87 Bab 87 : Arkana tantrum
88 Bab 88 : Hampir terharu
89 Bab 89 : Akhir pekan
Episodes

Updated 89 Episodes

1
Bab 1 : Menikahlah dengan suamiku
2
Bab 2 : Rumah sakit
3
Bab 3 : Meminta waktu berpikir
4
Bab 4 : Jalan takdir
5
Bab 5 : Anak kecil tanpa peran ibu
6
Bab 6 : Terjebak
7
Bab 7 : Bukan untuk bercerai
8
Bab 8 : Resmi menikah
9
Bab 9 : Pengasuh gratis
10
Bab 10 : Janji Adam
11
Bab 11 : Ketakutan Abian
12
Bab 12 : Dua wanita surga Abian
13
Bab 13 : Satu imam, dua makmum
14
Bab 14 : Bukan tipe idaman Shakila
15
Bab 15 : Cerita Zahra
16
Bab 16 : Siapa wanita itu?
17
Bab 17 : Mertua Abian
18
Bab 18 : Tinggal di rumah mertua
19
Bab 19 : Melepas rindu
20
Bab 20 : Kecemburuan Abian
21
Bab 21 : Belajar menjahit
22
Bab 22 : Rencana ke Jakarta
23
Bab 23 : Bibi perusak suasana
24
Bab 24 : Terbongkarnya rahasia
25
Bab 25 : Fitnah kejam
26
Bab 26 : Tukang fitnah harus pergi
27
Bab 27 : Obrolan tetangga
28
Bab 28 : Menantu dan mertua
29
Bab 29 : Menghabisi pelakor
30
Bab 30 : Dua kejadian
31
Bab 31 : Maaf, aku gagal
32
Bab 32 : Pemakaman Zahra
33
Bab 33 : Tulisan di kain kafan
34
Bab 34 : Secercah harapan
35
Bab 35 : Ibu-ibu pengajian
36
Bab 36 : Hilang ingatan?
37
Bab 37 : Kembalinya menantu Sanjaya
38
Bab 38 : Hukuman Allah
39
Bab 39 : Dusta Cinta
40
Bab 40 : Rencana kehamilan
41
Bab 41 : Keluarga harmonis
42
Bab 42 : Datang ke desa
43
Bab 43 : Keluarga kecil bahagia
44
Bab 44 : Hadiah untuk istri tercinta
45
Bab 45 : Wanda kembali berulah!
46
Bab 46 : Pengganggu kecil
47
Bab 47 : Pertemuan keluarga
48
Bab 48 : Hukuman penuduh zina
49
Bab 49 : Sudah terlambat
50
Bab 50 : Menikah tidak seburuk itu
51
Bab 51 : Drama Wanda masih berlanjut
52
Bab 52 : Laki-laki idaman Shakila
53
Bab 53 : Hamil
54
Bab 54 : Pertengkaran papah dan anak
55
Bab 55 : Batal umroh
56
Bab 56 : Menurunkan ego
57
Bab 57 : Hanya titipan
58
Bab 58 : Calon saingan Abian
59
Bab 59 : Umroh
60
Bab 60 : Selisih usia
61
Bab 61: Stalker
62
Bab 62 : Istri pengertian
63
Bab 63 : Saingan cinta antar saudara
64
Bab 64 : Pernikahan Adam
65
Bab 65 : Suamiku bukan pezina
66
Bab 66 : Sisi lain menantu Sanjaya
67
Bab 67 : Jangan menunjukkan wajah!
68
Bab 68 : Video viral
69
Bab 69: Mengurus masalah
70
Bab 70 : Kesedihan istri Abian
71
Bab 71 : Hampir saja
72
Bab 72 : Bahaya sosial media
73
Bab 73 : Kejahatan dibalas kebaikan
74
Bab 74 : Rencana lahiran
75
Bab 75 : Calon suami Adiba
76
Bab 76 : Lahirnya duplikat Abian
77
Bab 77 : Baju dinas Arsyila
78
Bab 78 : Wanita penggoda
79
Bab 79 : Penggoda terbaik
80
Bab 80 : Satu saja cukup
81
Bab 81 : Wanita Yang Dirindukan Surga
82
Bab 82 : Wanita Yang Dirindukan Surga 2
83
Bab 83 : Abian vs Arkana
84
Bab 84 : Mengingat Zahra
85
Bab 85 : Tidak apa-apa menangis
86
Bab 86 : Bicara baik-baik
87
Bab 87 : Arkana tantrum
88
Bab 88 : Hampir terharu
89
Bab 89 : Akhir pekan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!