Bab 11 : Ketakutan Abian

"Kenapa kamu disini?" tanya Abian saat melihat Adiba berlari keluar dari rumahnya.

Abian bukan tidak senang melihat adiknya. Ia hanya dihantui rasa bersalahnya terhadap Shakila dan berpikir Adiba disana karena Shakila pergi dari rumah.

"Kenapa mas bertanya seperti itu, eh-" Adiba menghentikan ucapannya karena Abian yang tidak sengaja menabrak bahunya.

"Shakila!" Abian berteriak memanggil Shakila sambil memasuki rumahnya.

Adiba nampak bingung melihat Abian yang seakan takut oleh sesuatu, "padahal aku belum cerita soal kak Adam dan mba Shakila loh."

"Kenapa kak Adam dan mba Shakila?" tanya Zahra tidak sengaja mendengar hal itu.

Adiba baru sadar ternyata kakak iparnya pulang dari rumah sakit, "mba Zahra udah baikan? bukannya mas Abian bilang mba akan dirawat lama di rumah sakit?"

"Iya, ada yang perlu mba bicarakan dengan mba Shakila makanya mba pulang."

"Kenapa tidak mba Shakila saja yang ke rumah sakit sekalian jenguk mba?"

"Kita lanjut bicara di dalam ya," Zahra mengajak Adiba masuk ke dalam karena tidak enak bicara di depan rumah.

-

-

"Kenapa, mas?" tanya Shakila bingung suaminya berteriak.

Tanpa menjelaskan apa-apa Abian langsung memeluk tubuh Shakila, "syukurlah, kamu disini,"

"Iya, aku disini. Memang seharusnya aku dimana?"

Abian melepaskan pelukannya. Ia masih merasa bersalah tentang kejadian kemarin sampai detik ini, tapi Shakila bersikap seolah sudah melupakan semuanya.

Shakila yang seperti ini membuat Abian semakin merasa bersalah dan merasa bahwa dirinya sudah sangat kejam terhadap istrinya.

"Mas pikir kamu pergi," ucap Abian jujur mengungkapkan ketakutannya.

Shakila sudah menjadi tanggungjawab Abian sekarang, cinta atau tidak cinta sudah seharusnya Abian menjaga dan melindungi Shakila. Jika istrinya sampai pergi dari rumah, Ia tidak tahu harus bagaimana mempertanggungjawabkannya kelak di akhirat.

"Pergi juga paling dibawa kak Adam," celetuk Adiba dari belakang tubuh Abian.

Adiba tidak tahu apa yang terjadi antara Shakila dengan Abian, sehingga Ia merasa bahwa kakaknya sudah bersikap aneh dan berlebihan.

"Masa nih ya, kak Adam beli brownies cuma untuk mba Shakila?" adunya.

Adiba masih belum melupakan tentang Adam yang tidak membelikannya brownies, padahal itu brownies kesukaannya.

"Kamu juga sudah sering kakak belikan brownies, tidak perlu iri," sahut Adam.

Adam sebenarnya hanya membelikan brownies untuk Shakila. Setahunya adiknya selalu makan makanan manis saat sedih, dan Ia sengaja membelikan brownies untuk Shakila supaya Shakila tidak sedih.

Adam bukannya lupa membelikan brownies untuk Adiba, tapi memang saat itu yang ada dipikirannya hanya Shakila. Brownies yang sedang Khansa makan saja sebenarnya Adam beli untuk Shakila.

"Bukan iri, tapi kakak kan tahu itu brownies kesukaan aku. Mana bilang brownies nya khusus untuk mba Shakila lagi."

Abian menghela nafas mendengar perdebatan kedua adiknya. Kepalanya yang sudah pusing sekarang bertambah pusing karena mereka.

"Kalian berdua kenapa disini? tidak pergi ke resto?"

"Aku kesini karena ditelpon mba Shakila, kenapa?"

Abian menatap Shakila untuk meminta kebenaran atas apa yang Adiba katakan, "kamu minta Adiba kesini?"

"Iya," satu kata yang berhasil menambah rasa bersalah Abian terhadap Shakila.

Apa karena tadi malam Abian menyuruh Shakila untuk tidak mendekati Khansa? apa sampai sekarang Shakila masih merasa tidak dipercaya olehnya? itu yang berkecamuk dalam pikiran Abian saat ini mengetahui Shakila meminta Adiba datang ke rumah mereka.

"Kenapa sih, mas? mas tidak suka kami datang kesini?"

"Shakila, kamu tidak perlu melakukan ini," ucap Abian pada Shakila mengabaikan pertanyaan Adiba.

"Tolong jangan membuat rasa bersalah mas terhadap kamu semakin besar," pintanya.

Adiba satu-satunya orang yang tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi. Apa hubungannya kedatangannya dengan rasa bersalah kakaknya?

"Adiba, Adam, tolong ajak Khansa main sebentar. Kami bertiga ingin bicara," Zahra yang mengerti situasi langsung meminta Adiba dan Adam membawa putrinya pergi dari ruang tengah.

Khansa sedang asik memakan brownies sampai tidak memperhatikan sekitarnya. Anak kecil itu sama seperti Adiba, menyukai brownies dan makanan manis lainnya.

Khansa akan melupakan yang lain jika sudah mulai memakan makanan manis. Itu sebabnya waktu itu Adiba mengajak Khansa ke toko kueh.

"Baik, mba," Adam langsung menggendong Khansa pergi dari sana. Berbeda dengan Adiba yang masih kebingungan dengan apa yang terjadi.

Adiba merasa ada hal besar yang terjadi yang sudah menimpa keluarga kakaknya.

"Adiba, ayo," terpaksa Adam menarik tangan Adiba karena masih berdiam diri di tempatnya.

"Kenapa kita pergi, kak? sebenarnya ada apa?" tanya Adiba mengungkapkan apa yang menjadi pertanyaanya saat ini.

Adiba tahu dirinya tidak berhak ikut campur dalam urusan keluarga kakaknya, tapi Ia khawatir telah terjadi sesuatu yang menimpa sang kakak.

"Kakak tidak tahu, sepertinya sedang ada masalah."

-

-

Abian menurunkan tubuhnya kemudian memeluk kedua kaki Shakila untuk memohon maaf, "maafkan mas, Shakila. Mas benar-benar sudah menyakitimu."

Shakila melotot Abian merendahkan dirinya hanya untuk meminta maaf padanya. Ia tidak membenarkan suaminya berbuat seperti itu meskipun suaminya sudah melakukan kesalahan.

"Mas tidak perlu seperti ini, bangunlah," pinta Shakila meminta Abian untuk bangun.

"Iya bangun, mas. Kita bicara di sofa," Zahra membantu Abian untuk berdiri karena bagaimanapun suami mereka tidak pantas melakukan itu.

Setelah duduk di sofa, Zahra meminta Shakila melepas burqanya karena sebelumnya Abian mengeluh tentang Shakila yang terus memakai burqa.

Abian mengatakan tidak bisa melihat keadaan Shakila karena Shakila sengaja menutup seluruh wajahnya dengan burqa.

Abian perlu melihat wajah Shakila untuk mengetahui apa yang terjadi dengan istrinya. Apalagi tadi malam istrinya sudah menangis semalaman.

"Shakila, hanya ada kita bertiga disini sekarang. Kamu bisa melepaskan burqa kamu," pinta Zahra.

"Tidak apa-apa, aku lebih nyaman seperti ini," ucap Shakila secara halus menolak melepaskan burqanya.

"Apa karena kamu habis menangis semalaman?" Zahra dengan telak menanyakan hal itu.

Abian tidak bisa bertanya sehingga Zahra mewakilinya menanyakan apa yang ingin Abian tanyakan.

"Mba paham kamu pasti sakit hati karena kejadian tadi malam, tapi jangan menghindari suamimu seperti ini," Zahra memberikan nasehat sesama istri Abian.

Zahra bisa memahami sakit hati Shakila. Tapi sebagai istri mereka tidak bisa menghindari suami saat sedang ada masalah.

"Aku tidak menghindari mas Abian, mba," Shakila dengan cepat menyangkal karena tidak merasa menghindari suaminya.

Tadi pagi Shakila bahkan mengantar Abian sampai depan rumah, bagaimana bisa Shakila disebut menghindari suaminya?

"Kamu tidak mengizinkan mas Abian melihat wajahmu sama saja dengan menghindar," ucap Zahra berharap Shakila mengerti maksudnya.

Suami mereka sampai menangis karena Shakila terus memakai burqanya dan Shakila harus tahu itu.

"Sudah tidak apa-apa," ucap Abian menengahi.

Abian tidak ingin kesalahannya tadi malam membuat kedua istrinya berdebat.

"Mba benar aku memakai burqa karena aku menangis semalaman, tapi aku tidak bermaksud menghindari mas Abian. Aku hanya tidak ingin mas Abian merasa bersalah terhadapku."

Terpopuler

Comments

Shyfa Andira Rahmi

Shyfa Andira Rahmi

ini nihh biang keroknya...

2024-12-15

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 : Menikahlah dengan suamiku
2 Bab 2 : Rumah sakit
3 Bab 3 : Meminta waktu berpikir
4 Bab 4 : Jalan takdir
5 Bab 5 : Anak kecil tanpa peran ibu
6 Bab 6 : Terjebak
7 Bab 7 : Bukan untuk bercerai
8 Bab 8 : Resmi menikah
9 Bab 9 : Pengasuh gratis
10 Bab 10 : Janji Adam
11 Bab 11 : Ketakutan Abian
12 Bab 12 : Dua wanita surga Abian
13 Bab 13 : Satu imam, dua makmum
14 Bab 14 : Bukan tipe idaman Shakila
15 Bab 15 : Cerita Zahra
16 Bab 16 : Siapa wanita itu?
17 Bab 17 : Mertua Abian
18 Bab 18 : Tinggal di rumah mertua
19 Bab 19 : Melepas rindu
20 Bab 20 : Kecemburuan Abian
21 Bab 21 : Belajar menjahit
22 Bab 22 : Rencana ke Jakarta
23 Bab 23 : Bibi perusak suasana
24 Bab 24 : Terbongkarnya rahasia
25 Bab 25 : Fitnah kejam
26 Bab 26 : Tukang fitnah harus pergi
27 Bab 27 : Obrolan tetangga
28 Bab 28 : Menantu dan mertua
29 Bab 29 : Menghabisi pelakor
30 Bab 30 : Dua kejadian
31 Bab 31 : Maaf, aku gagal
32 Bab 32 : Pemakaman Zahra
33 Bab 33 : Tulisan di kain kafan
34 Bab 34 : Secercah harapan
35 Bab 35 : Ibu-ibu pengajian
36 Bab 36 : Hilang ingatan?
37 Bab 37 : Kembalinya menantu Sanjaya
38 Bab 38 : Hukuman Allah
39 Bab 39 : Dusta Cinta
40 Bab 40 : Rencana kehamilan
41 Bab 41 : Keluarga harmonis
42 Bab 42 : Datang ke desa
43 Bab 43 : Keluarga kecil bahagia
44 Bab 44 : Hadiah untuk istri tercinta
45 Bab 45 : Wanda kembali berulah!
46 Bab 46 : Pengganggu kecil
47 Bab 47 : Pertemuan keluarga
48 Bab 48 : Hukuman penuduh zina
49 Bab 49 : Sudah terlambat
50 Bab 50 : Menikah tidak seburuk itu
51 Bab 51 : Drama Wanda masih berlanjut
52 Bab 52 : Laki-laki idaman Shakila
53 Bab 53 : Hamil
54 Bab 54 : Pertengkaran papah dan anak
55 Bab 55 : Batal umroh
56 Bab 56 : Menurunkan ego
57 Bab 57 : Hanya titipan
58 Bab 58 : Calon saingan Abian
59 Bab 59 : Umroh
60 Bab 60 : Selisih usia
61 Bab 61: Stalker
62 Bab 62 : Istri pengertian
63 Bab 63 : Saingan cinta antar saudara
64 Bab 64 : Pernikahan Adam
65 Bab 65 : Suamiku bukan pezina
66 Bab 66 : Sisi lain menantu Sanjaya
67 Bab 67 : Jangan menunjukkan wajah!
68 Bab 68 : Video viral
69 Bab 69: Mengurus masalah
70 Bab 70 : Kesedihan istri Abian
71 Bab 71 : Hampir saja
72 Bab 72 : Bahaya sosial media
73 Bab 73 : Kejahatan dibalas kebaikan
74 Bab 74 : Rencana lahiran
75 Bab 75 : Calon suami Adiba
76 Bab 76 : Lahirnya duplikat Abian
77 Bab 77 : Baju dinas Arsyila
78 Bab 78 : Wanita penggoda
79 Bab 79 : Penggoda terbaik
80 Bab 80 : Satu saja cukup
81 Bab 81 : Wanita Yang Dirindukan Surga
82 Bab 82 : Wanita Yang Dirindukan Surga 2
83 Bab 83 : Abian vs Arkana
84 Bab 84 : Mengingat Zahra
85 Bab 85 : Tidak apa-apa menangis
86 Bab 86 : Bicara baik-baik
87 Bab 87 : Arkana tantrum
88 Bab 88 : Hampir terharu
89 Bab 89 : Akhir pekan
Episodes

Updated 89 Episodes

1
Bab 1 : Menikahlah dengan suamiku
2
Bab 2 : Rumah sakit
3
Bab 3 : Meminta waktu berpikir
4
Bab 4 : Jalan takdir
5
Bab 5 : Anak kecil tanpa peran ibu
6
Bab 6 : Terjebak
7
Bab 7 : Bukan untuk bercerai
8
Bab 8 : Resmi menikah
9
Bab 9 : Pengasuh gratis
10
Bab 10 : Janji Adam
11
Bab 11 : Ketakutan Abian
12
Bab 12 : Dua wanita surga Abian
13
Bab 13 : Satu imam, dua makmum
14
Bab 14 : Bukan tipe idaman Shakila
15
Bab 15 : Cerita Zahra
16
Bab 16 : Siapa wanita itu?
17
Bab 17 : Mertua Abian
18
Bab 18 : Tinggal di rumah mertua
19
Bab 19 : Melepas rindu
20
Bab 20 : Kecemburuan Abian
21
Bab 21 : Belajar menjahit
22
Bab 22 : Rencana ke Jakarta
23
Bab 23 : Bibi perusak suasana
24
Bab 24 : Terbongkarnya rahasia
25
Bab 25 : Fitnah kejam
26
Bab 26 : Tukang fitnah harus pergi
27
Bab 27 : Obrolan tetangga
28
Bab 28 : Menantu dan mertua
29
Bab 29 : Menghabisi pelakor
30
Bab 30 : Dua kejadian
31
Bab 31 : Maaf, aku gagal
32
Bab 32 : Pemakaman Zahra
33
Bab 33 : Tulisan di kain kafan
34
Bab 34 : Secercah harapan
35
Bab 35 : Ibu-ibu pengajian
36
Bab 36 : Hilang ingatan?
37
Bab 37 : Kembalinya menantu Sanjaya
38
Bab 38 : Hukuman Allah
39
Bab 39 : Dusta Cinta
40
Bab 40 : Rencana kehamilan
41
Bab 41 : Keluarga harmonis
42
Bab 42 : Datang ke desa
43
Bab 43 : Keluarga kecil bahagia
44
Bab 44 : Hadiah untuk istri tercinta
45
Bab 45 : Wanda kembali berulah!
46
Bab 46 : Pengganggu kecil
47
Bab 47 : Pertemuan keluarga
48
Bab 48 : Hukuman penuduh zina
49
Bab 49 : Sudah terlambat
50
Bab 50 : Menikah tidak seburuk itu
51
Bab 51 : Drama Wanda masih berlanjut
52
Bab 52 : Laki-laki idaman Shakila
53
Bab 53 : Hamil
54
Bab 54 : Pertengkaran papah dan anak
55
Bab 55 : Batal umroh
56
Bab 56 : Menurunkan ego
57
Bab 57 : Hanya titipan
58
Bab 58 : Calon saingan Abian
59
Bab 59 : Umroh
60
Bab 60 : Selisih usia
61
Bab 61: Stalker
62
Bab 62 : Istri pengertian
63
Bab 63 : Saingan cinta antar saudara
64
Bab 64 : Pernikahan Adam
65
Bab 65 : Suamiku bukan pezina
66
Bab 66 : Sisi lain menantu Sanjaya
67
Bab 67 : Jangan menunjukkan wajah!
68
Bab 68 : Video viral
69
Bab 69: Mengurus masalah
70
Bab 70 : Kesedihan istri Abian
71
Bab 71 : Hampir saja
72
Bab 72 : Bahaya sosial media
73
Bab 73 : Kejahatan dibalas kebaikan
74
Bab 74 : Rencana lahiran
75
Bab 75 : Calon suami Adiba
76
Bab 76 : Lahirnya duplikat Abian
77
Bab 77 : Baju dinas Arsyila
78
Bab 78 : Wanita penggoda
79
Bab 79 : Penggoda terbaik
80
Bab 80 : Satu saja cukup
81
Bab 81 : Wanita Yang Dirindukan Surga
82
Bab 82 : Wanita Yang Dirindukan Surga 2
83
Bab 83 : Abian vs Arkana
84
Bab 84 : Mengingat Zahra
85
Bab 85 : Tidak apa-apa menangis
86
Bab 86 : Bicara baik-baik
87
Bab 87 : Arkana tantrum
88
Bab 88 : Hampir terharu
89
Bab 89 : Akhir pekan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!