Bab 2 : Rumah sakit

Suara sirine ambulan terdengar di depan Nararya store. Shakila tidak menyangka akan menyaksikan Zahra pingsan di ruangannya dan sekarang Zahra harus dilarikan ke rumah sakit karena kondisinya tiba-tiba saja drop.

Shakila yang merasa bertanggungjawab atas apa yang terjadi dengan Zahra diam-diam mengikuti mobil ambulan yang membawa Zahra sampai mobil tersebut berhenti di depan sebuah rumah sakit umum yang tidak jauh dari Nararya store.

Setelah memarkirkan mobil di parkiran rumah sakit, Shakila buru-buru masuk ke dalam rumah sakit dan tidak sengaja menyaksikan Abian yang nampak sangat mengkhawatirkan keadaan Zahra.

"Sayang, mas mohon bertahanlah," ucap Abian pada Zahra sambil berlarian mengikuti Zahra yang dibawa oleh beberapa perawat menuju sebuah ruangan.

Satu tangan Abian menggenggam tangan Zahra untuk memberikan semangat pada istrinya yang sedang berjuang melawan penyakit, sementara tangannya yang lain menggendong putri kecil mereka.

Shakila merasa iba melihat anak kecil di gendongan Abian. Pasti tidak mudah jika Zahra harus meninggalkan anak sekecil itu. Tapi, Ia tetap meyakini bahwa hanya Allah SWT yang tahu kematian seseorang.

Dokter mungkin bisa memberikan vonis, memprediksi kematian seseorang, selebihnya rahasia Allah SWT. Manusia tidak bisa menentukan kapan manusia lain akan meninggal.

"Dokter, tolong lakukan sesuatu untuk istri saya. Tolong selamatkan istri saya," ucap Abian pada dokter yang akan menangani Zahra.

Shakila dan semua orang yang ada disana bisa melihat begitu besar cinta Abian terhadap Zahra. Entah apa yang ada dipikiran Zahra sampai meminta perempuan lain menikahi laki-laki yang sangat mencintainya itu.

Jika Shakila yang berada diposisi Zahra, Shakila tidak akan mau membiarkan suaminya menikah lagi. Ia ingin suaminya hanya untuknya dan hanya mencintainya seumur hidup mereka.

"Kami akan melakukan yang terbaik yang kami bisa untuk istri Anda," ucap dokter sebelum akhirnya pintu ruang ICU tertutup dengan Zahra dan para petugas rumah sakit di dalamnya.

Shakila tidak berani mendekat kesana karena bagaimanapun Ia hanya orang asing dan tidak memiliki hubungan apapun dengan Abian maupun Zahra. Keberadaan Shakila disana hanya untuk memastikan Zahra baik-baik saja.

"Mas Abian," seorang gadis memanggil nama Abian dan berlarian menghampiri Abian.

Shakila melihat gadis itu datang bersama laki-laki yang wajahnya mirip sekali dengan Abian. Sepertinya laki-laki itu masih memiliki darah yang sama dengan Abian. Mungkin saudara kandung Abian.

"Bagaimana keadaan mba Zahra, Mas? apa Mba Zahra baik-baik saja?" tanya si gadis. Terlihat jelas raut khawatir diwajahnya.

"Mas tidak tahu. Sekarang Mba Zahra sedang diperiksa oleh dokter," jawab Abian.

Laki-laki yang dari tadi berusaha terlihat kuat itu kini terduduk lemas di kursi depan ruang ICU. Anak kecil yang ada digendongannya juga sudah berpindah tangan dan tidak lagi digendong olehnya.

"Yang sabar, Mas. Mba Zahra pasti baik-baik saja," ucap laki-laki yang wajahnya mirip dengan Abian yang kini sedang menggendong anak Abian.

Shakila tidak berbohong. Wajah Abian dengan laki-laki yang menggendong anak Abian sekarang terlihat sangat mirip, bak pinang dibelah dua.

"Iya, mas. Mba Zahra pasti baik-baik saja. Mas berdoa saja pada gusti Allah," timpal gadis yang sedang bersama mereka.

Jika diperhatikan dengan seksama, gadis itu juga mirip dengan Abian. Sepertinya mereka bertiga bersaudara. Shakila tidak tahu karena memang tidak pernah mencari tahu tentang Abian meskipun Abian lumayan populer di sosial media.

Shakila mengenal Abian dan Zahra juga karena ada orang yang memposting tentang mereka di sosial media dan tidak sengaja lewat di berandanya.

Allahu Akbar, Allahu Akbar

Suara Adzan berkumandang mengalihkan atensi Shakila dari ketiga orang di depan sana. Shakila mengkhawatirkan Zahra, tapi Allah menyerunya untuk segera melaksakan salat dzuhur.

"Lebih baik aku salat dulu," gumam Shakila kemudian pergi dari tempat itu mencari tempat untuk salat.

Beruntung Shakila tinggal di negara yang mayoritas penduduknya beragama islam, bukan hal sulit baginya menemukan tempat untuk salat. Di rumah sakit atau tempat manapun kebanyakan menyediakan ruangan untuk para umat islam salat.

"Allahu Akbar," Shakila mulai melaksanakan salat dzuhur setelah berwudhu dan membaca niat.

Rangkaian demi rangkaian salat Shakila lakukan sesuai dengan yang agamanya ajarkan. Berhubung Shakila salat di tempat umum yang bisa saja didatangi oleh laki-laki, Shakila salat masih dengan burqanya.

"Assalammualaikum wa rahmatullah, assalammualaikum wa rahmatullah," Shakila sampai dirangkaikan terakhir salatnya kemudian melanjutkannya dengan beristighfar dan berdzikir kepada Allah SWT.

Shakila hanya gadis lulusan tsanawiyah, ilmu agamanya masih sangat sedikit. Saking sedikit ilmu agamanya, Ia pernah meninggalkan salat hanya demi pekerjaannya. Tapi sekarang Ia merubah dirinya dan menyempatkan lebih banyak waktu untuk Tuhannya, Allah SWT.

Sebagai manusia biasa Shakila sering kali khilaf dan melakukan sesuatu yang tidak diperbolehkan dalam agamanya, maka dari itu Shakila memperbanyak beristighfar untuk memohon ampunan. Shakila juga tidak lupa berdzikir untuk memuji kebesaran Allah SWT.

Setelah beristighfar, berdzikir dan ditutup dengan bersholawat kepada Nabi Muhammad SAW, Shakila mengangkat kedua tangannya untuk berdoa memohon ampuan dan memohon keselamatan kepada Allah SWT.

"Aminn Ya Rabbal Alamin," Shakila mengusap wajahnya dengan kedua tangannya setelah melangitkan doa-doanya. Baru setelah itu Shakila beranjak dan berniat melihat keadaan Zahra.

"Semoga Mba Zahra sudah sadarkan diri," gumamnya dalam hati sambil berjalan keluar dari mushola.

Tepat saat Shakila baru keluar dari mushola, Shakila tanpa sengaja berpapasan dengan laki-laki yang mirip dengan Abian.

"Maaf," ucap laki-laki tersebut karena mereka hampir saja saling bertabrakan.

Shakila hanya mengangguk sebagai respon sebelum akhirnya pergi dari sana. Ia buru-buru pergi karena kebetulan disana hanya ada mereka berdua. Takut dilihat orang dan menjadi fitnah.

"Kak Adam, jangan lama-lama salatnya," ucap seorang gadis sambil menggendong anak kecil.

Ternyata Shakila salah, laki-laki yang mirip dengan Abian tidak datang sendiri. Ada saudara perempuannya dan anak Abian juga. Tapi Shakila tetap bergegas pergi dari sana.

"Iya, Adiba. Emang berapa lama sih salat dzuhur?"

"Ya siapa tahu aja kak Adam gabut baca surat Al-Baqarah. Inget, kita harus cepet bawa Khansa pulang ke rumah."

"Iya, bawel banget sih."

Shakila hanya mendengar obrolan mereka samar-samar karena jarak diantara mereka. Shakila tidak berniat menguping, telinganya yang tidak sengaja mendengarkan semuanya.

Saat Shakila tiba di depan ruang ICU, Shakila tidak melihat siapapun disana. Abian sudah pergi, dan Shakila tidak tahu apakah Zahra masih di ruang ICU atau sudah dipindahkan ke ruangan lain.

"Kemana Ustad Abian?" gumam Shakila sambil menelusuri area sekitar mencari Abian.

"Sepertinya ustad Abian sudah pulang, lebih baik aku juga kembali ke store."

Shakila berniat kembali ke store nya karena tidak menemukan keberadaan Abian disana, tapi sebuah suara terdengar dan menghentikannya.

"Shakila," panggil seseorang dari arah belakang tubuh Shakila membuat langkah Shakila terhenti.

"Istri saya ingin bicara dengan Anda. Bisakah Anda masuk dan bertemu istri saya sebentar?" orang di belakang Shakila kembali bicara.

Shakila berbalik dan melihat Abian berdiri di depan pintu ruang ICU tempat Zahra ditangani dokter. Ia tidak tahu bagaimana Abian bisa mengenalinya dengan pakaiannya saat ini, tapi bukan waktunya memikirkan itu sekarang.

"Apa lagi yang ingin mba Zahra bicara denganku?"

Episodes
1 Bab 1 : Menikahlah dengan suamiku
2 Bab 2 : Rumah sakit
3 Bab 3 : Meminta waktu berpikir
4 Bab 4 : Jalan takdir
5 Bab 5 : Anak kecil tanpa peran ibu
6 Bab 6 : Terjebak
7 Bab 7 : Bukan untuk bercerai
8 Bab 8 : Resmi menikah
9 Bab 9 : Pengasuh gratis
10 Bab 10 : Janji Adam
11 Bab 11 : Ketakutan Abian
12 Bab 12 : Dua wanita surga Abian
13 Bab 13 : Satu imam, dua makmum
14 Bab 14 : Bukan tipe idaman Shakila
15 Bab 15 : Cerita Zahra
16 Bab 16 : Siapa wanita itu?
17 Bab 17 : Mertua Abian
18 Bab 18 : Tinggal di rumah mertua
19 Bab 19 : Melepas rindu
20 Bab 20 : Kecemburuan Abian
21 Bab 21 : Belajar menjahit
22 Bab 22 : Rencana ke Jakarta
23 Bab 23 : Bibi perusak suasana
24 Bab 24 : Terbongkarnya rahasia
25 Bab 25 : Fitnah kejam
26 Bab 26 : Tukang fitnah harus pergi
27 Bab 27 : Obrolan tetangga
28 Bab 28 : Menantu dan mertua
29 Bab 29 : Menghabisi pelakor
30 Bab 30 : Dua kejadian
31 Bab 31 : Maaf, aku gagal
32 Bab 32 : Pemakaman Zahra
33 Bab 33 : Tulisan di kain kafan
34 Bab 34 : Secercah harapan
35 Bab 35 : Ibu-ibu pengajian
36 Bab 36 : Hilang ingatan?
37 Bab 37 : Kembalinya menantu Sanjaya
38 Bab 38 : Hukuman Allah
39 Bab 39 : Dusta Cinta
40 Bab 40 : Rencana kehamilan
41 Bab 41 : Keluarga harmonis
42 Bab 42 : Datang ke desa
43 Bab 43 : Keluarga kecil bahagia
44 Bab 44 : Hadiah untuk istri tercinta
45 Bab 45 : Wanda kembali berulah!
46 Bab 46 : Pengganggu kecil
47 Bab 47 : Pertemuan keluarga
48 Bab 48 : Hukuman penuduh zina
49 Bab 49 : Sudah terlambat
50 Bab 50 : Menikah tidak seburuk itu
51 Bab 51 : Drama Wanda masih berlanjut
52 Bab 52 : Laki-laki idaman Shakila
53 Bab 53 : Hamil
54 Bab 54 : Pertengkaran papah dan anak
55 Bab 55 : Batal umroh
56 Bab 56 : Menurunkan ego
57 Bab 57 : Hanya titipan
58 Bab 58 : Calon saingan Abian
59 Bab 59 : Umroh
60 Bab 60 : Selisih usia
61 Bab 61: Stalker
62 Bab 62 : Istri pengertian
63 Bab 63 : Saingan cinta antar saudara
64 Bab 64 : Pernikahan Adam
65 Bab 65 : Suamiku bukan pezina
66 Bab 66 : Sisi lain menantu Sanjaya
67 Bab 67 : Jangan menunjukkan wajah!
68 Bab 68 : Video viral
69 Bab 69: Mengurus masalah
70 Bab 70 : Kesedihan istri Abian
71 Bab 71 : Hampir saja
72 Bab 72 : Bahaya sosial media
73 Bab 73 : Kejahatan dibalas kebaikan
74 Bab 74 : Rencana lahiran
75 Bab 75 : Calon suami Adiba
76 Bab 76 : Lahirnya duplikat Abian
77 Bab 77 : Baju dinas Arsyila
78 Bab 78 : Wanita penggoda
79 Bab 79 : Penggoda terbaik
80 Bab 80 : Satu saja cukup
81 Bab 81 : Wanita Yang Dirindukan Surga
82 Bab 82 : Wanita Yang Dirindukan Surga 2
83 Bab 83 : Abian vs Arkana
84 Bab 84 : Mengingat Zahra
85 Bab 85 : Tidak apa-apa menangis
86 Bab 86 : Bicara baik-baik
87 Bab 87 : Arkana tantrum
88 Bab 88 : Hampir terharu
89 Bab 89 : Akhir pekan
Episodes

Updated 89 Episodes

1
Bab 1 : Menikahlah dengan suamiku
2
Bab 2 : Rumah sakit
3
Bab 3 : Meminta waktu berpikir
4
Bab 4 : Jalan takdir
5
Bab 5 : Anak kecil tanpa peran ibu
6
Bab 6 : Terjebak
7
Bab 7 : Bukan untuk bercerai
8
Bab 8 : Resmi menikah
9
Bab 9 : Pengasuh gratis
10
Bab 10 : Janji Adam
11
Bab 11 : Ketakutan Abian
12
Bab 12 : Dua wanita surga Abian
13
Bab 13 : Satu imam, dua makmum
14
Bab 14 : Bukan tipe idaman Shakila
15
Bab 15 : Cerita Zahra
16
Bab 16 : Siapa wanita itu?
17
Bab 17 : Mertua Abian
18
Bab 18 : Tinggal di rumah mertua
19
Bab 19 : Melepas rindu
20
Bab 20 : Kecemburuan Abian
21
Bab 21 : Belajar menjahit
22
Bab 22 : Rencana ke Jakarta
23
Bab 23 : Bibi perusak suasana
24
Bab 24 : Terbongkarnya rahasia
25
Bab 25 : Fitnah kejam
26
Bab 26 : Tukang fitnah harus pergi
27
Bab 27 : Obrolan tetangga
28
Bab 28 : Menantu dan mertua
29
Bab 29 : Menghabisi pelakor
30
Bab 30 : Dua kejadian
31
Bab 31 : Maaf, aku gagal
32
Bab 32 : Pemakaman Zahra
33
Bab 33 : Tulisan di kain kafan
34
Bab 34 : Secercah harapan
35
Bab 35 : Ibu-ibu pengajian
36
Bab 36 : Hilang ingatan?
37
Bab 37 : Kembalinya menantu Sanjaya
38
Bab 38 : Hukuman Allah
39
Bab 39 : Dusta Cinta
40
Bab 40 : Rencana kehamilan
41
Bab 41 : Keluarga harmonis
42
Bab 42 : Datang ke desa
43
Bab 43 : Keluarga kecil bahagia
44
Bab 44 : Hadiah untuk istri tercinta
45
Bab 45 : Wanda kembali berulah!
46
Bab 46 : Pengganggu kecil
47
Bab 47 : Pertemuan keluarga
48
Bab 48 : Hukuman penuduh zina
49
Bab 49 : Sudah terlambat
50
Bab 50 : Menikah tidak seburuk itu
51
Bab 51 : Drama Wanda masih berlanjut
52
Bab 52 : Laki-laki idaman Shakila
53
Bab 53 : Hamil
54
Bab 54 : Pertengkaran papah dan anak
55
Bab 55 : Batal umroh
56
Bab 56 : Menurunkan ego
57
Bab 57 : Hanya titipan
58
Bab 58 : Calon saingan Abian
59
Bab 59 : Umroh
60
Bab 60 : Selisih usia
61
Bab 61: Stalker
62
Bab 62 : Istri pengertian
63
Bab 63 : Saingan cinta antar saudara
64
Bab 64 : Pernikahan Adam
65
Bab 65 : Suamiku bukan pezina
66
Bab 66 : Sisi lain menantu Sanjaya
67
Bab 67 : Jangan menunjukkan wajah!
68
Bab 68 : Video viral
69
Bab 69: Mengurus masalah
70
Bab 70 : Kesedihan istri Abian
71
Bab 71 : Hampir saja
72
Bab 72 : Bahaya sosial media
73
Bab 73 : Kejahatan dibalas kebaikan
74
Bab 74 : Rencana lahiran
75
Bab 75 : Calon suami Adiba
76
Bab 76 : Lahirnya duplikat Abian
77
Bab 77 : Baju dinas Arsyila
78
Bab 78 : Wanita penggoda
79
Bab 79 : Penggoda terbaik
80
Bab 80 : Satu saja cukup
81
Bab 81 : Wanita Yang Dirindukan Surga
82
Bab 82 : Wanita Yang Dirindukan Surga 2
83
Bab 83 : Abian vs Arkana
84
Bab 84 : Mengingat Zahra
85
Bab 85 : Tidak apa-apa menangis
86
Bab 86 : Bicara baik-baik
87
Bab 87 : Arkana tantrum
88
Bab 88 : Hampir terharu
89
Bab 89 : Akhir pekan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!