Bab 4 : Jalan takdir

Pagi itu Shakila duduk di meja makan menikmati kopi espresso yang dicampur dengan air panas tanpa tambahan gula ataupun krimer, atau yang lebih akrab disebut kopi americano panas.

Berbeda dengan kebanyakan perempuan, Shakila tidak terlalu suka mengkonsumsi makanan dan minuman manis. Selain alasan kesehatan, Ia tidak terlalu suka manis karena rasa manis membuatnya merasa muak.

Shakila pernah mengalami segala macam rasa kehidupan, tapi hanya sedikit rasa manis yang Ia rasakan dalam hidupnya. Mungkin itu juga yang menjadi alasannya tidak menyukai manis, karena Ia lebih terbiasa dengan rasa lain di hidupnya.

"Menikahlah dengan suamiku."

Shakila hampir tersedak kopi americano nya saat perkataan Zahra seakan kembali terdengar di telinganya.

Sudah satu minggu sejak Shakila diminta menikah dengan suami Zahra, sejak hari itu juga Ia tidak pernah berhenti berdoa memohon petunjuk Allah atas langkah apa yang seharusnya Ia ambil.

Shakila tidak ingin menjadi istri kedua, tapi Ia tidak bisa terang-terangan menolak dan itu menjadi dilemanya saat ini.

Shakila ingat zahra sampai harus dilarikan ke rumah sakit setelah mendapat penolakan darinya, Ia tidak ingin hal itu kembali terulang saat dirinya kembali melakukan penolakan.

"Maaf jika permintaanku tadi terlalu tiba-tiba dan mengejutkanmu."

"Tapi aku sangat berharap kamu bisa mempertimbangkan permintaanku untuk menikah dengan suamiku."

Kalimat lain yang Zahra ucapkan saat mereka di rumah sakit membayangi pikiran Shakila dan membuat Shakila tidak berselera meminum kopinya. Diletakkannya cangkir kopi yang masih tersisa setengah itu diatas meja.

"Huft, lebih baik aku mengecek mesin cuci daripada memikirkan hal yang tidak seharusnya aku pikirkan," Shakila beranjak dari tempat duduknya untuk mengecek mesin cuci barangkali pakaiannya sudah selesai dicuci.

Tidak ada asisten rumah tangga di rumah sederhana Shakila, semua pekerjaan rumah dari mencuci baju dan lainnya dikerjakan sendiri.

Shakila tidak memiliki waktu berleha-leha meski hampir seluruh waktunya dihabiskan di rumah, karena ada banyak pekerjaan yang menunggu untuk dikerjakan.

"Aku yakin Mba Zahra pasti sudah melupakan permintaannya. Lagipula, wanita gila mana yang menginginkan suaminya menikah lagi?" gumam Shakila menyakinkan dirinya supaya tidak terlalu memikirkan permintaan Zahra.

Shakila yakin Zahra hanya impulsif memintanya menikah dengan Abian. Tidak mungkin ada wanita yang benar-benar ingin suaminya menikah lagi, sekalipun wanita itu sedang menghadapi kematian seperti Zahra.

Jika Shakila yang ada di posisi Zahra yang memiliki suami yang sangat mencintainya, Ia tidak akan pernah membiarkan suaminya berbagi cinta dengan perempuan lain. Sekalipun detik itu juga malaikat menjemputnya menuju akhirat.

Shakila posesif dan pencemburu meski belum memiliki pasangan dan belum ada laki-laki yang Ia sukai. Boro-boro membiarkan suaminya menikahi wanita lain, ada wanita yang menatap suaminya saja Ia tidak akan rela.

"Eh, mau apa aku kesini?" gumam Shakila saat hampir tiba di tempat mesin cuci.

Langkah Shakila seketika terhenti karena Ia lupa tujuannya berada disana. Ia hanya ingat ada hal yang perlu dilakukan, tapi tidak ingat hal apa itu. Otaknya benar-benar nge blank sekarang.

"Aku pasti terlalu banyak pikiran sampai lupa alasanku berada disini," Shakila kembali bergumam kemudian memutar badannya menuju ruang makan.

Shakila tidak hanya pandai menutup aurat dan bersembunyi dari media sosial, Ia juga pandai menyembunyikan bahwa dirinya sedang stress dan depresi.

Ya, Shakila mendadak lupa seperti itu bukan tanpa alasan, Ia memiliki masalah ingatan karena mengalami stress dan depresi. Tapi bahkan Ia sendiri pun tidak sadar sedang mengalami stress dan depresi.

Sebagai anak perempuan pertama dari keluarga yang bisa dibilang toxic, Shakila terlalu banyak memendam masalah sampai alam bawah sadarnya memberikan perlindungan dengan cara mengontrol ingatannya.

Namun, kontrol ingatannya yang terlalu besar membuat Shakila mudah melupakan sesuatu. Sampai Ia lupa jika tujuannya pergi kesana untuk melihat mesin cuci sudah selesai atau belum.

"Oh iya, tadi kan aku mau mengecek mesin cuci."

Shakila baru ingat saat dirinya hampir tiba di ruang makan. Dan hal seperti ini sudah sangat biasa terjadi padanya.

-

-

Shakila tidak terlalu suka makanan manis, tapi bukan berarti Ia tidak mengkonsumsi makanan manis sama sekali. Masih ada makanan manis yang Ia konsumsi, salah satunya roti.

Roti menjadi salah satu makanan wajib yang selalu Shakila stok. Bukan karena suka roti, tapi karena roti makanan yang bisa langsung dimakan saat Ia bangun kesiangan dan ingin sahur.

"Stok roti sudah habis, setelah ini aku harus beli roti agar besok tidak repot kalau kesiangan," ucap Shakila saat tidak melihat satupun roti di tempatnya biasa menyimpan roti.

Shakila terbiasa melaksanakannya puasa daud atau puasa sunah yang dilakukan selang-seling, sehari puasa sehari tidak. Besok adalah jadwal Shakila berpuasa, tapi stok rotinya sudah habis.

Shakila biasa masak untuk sahur. Stok roti hanya untuk jaga-jaga barangkali kesiangan dan tidak sempat masak. Segalanya harus dipersiapkan karena ini menyangkut akhiratnya.

Ada sebuah pintu yang Shakila inginkan untuk akhiratnya kelak, yaitu pintu Ar-Rayyan. Salah satu pintu surga yang disediakan khusus untuk orang-orang yang berpuasa.

Shakila tidak yakin bisa mendapatkan pintu tersebut setelah puasa yang dijalaninya, tapi setidaknya Ia sudah berusaha melakukan yang terbaik yang Ia bisa untuk mendapatkannya.

"Oke, semua sudah beres. Aku bisa pergi membeli roti sekarang," Shakila mengambil kunci mobilnya setelah semua pekerjaan rumah selesai dikerjakan.

Rumah Shakila rapih dan bersih. Tidak akan ada yang menyangka jika pemilik rumah itu mengalami depresi. Lagipula, orang-orang depresi memang kebanyakan tidak terlihat seperti orang depresi. Sama seperti Shakila.

Shakila melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang menuju toko tempatnya biasa membeli roti. Setelah sekitar lima belas menit menempuh perjalanan, mobil yang dikendarainya berhenti di depan toko bertuliskan Heaven bakery and cakery.

Bukan hanya roti yang dijual di toko itu, ada juga kueh untuk acara-acara penting seperti pernikahan, ulang tahun dan acara-acara penting lainnya.

"Sepertinya akan turun hujan," gumam Shakila saat keluar dari mobil dan melihat langit mulai gelap.

"Aku harus membawa payung untuk jaga-jaga barangkali turun hujan."

"Tapi aku hanya akan membeli roti sebentar, tidak akan menghabiskan banyak waktu dan mungkin aku juga tidak membutuhkan payung."

"Tapi bagaimana jika benar-benar turun hujan?"

"Tidak apa-apa, lagipula hanya air."

Setelah berdebat dengan dirinya sendiri, Shakila akhirnya masuk ke dalam Heaven bakery and cakery tanpa membawa payung. Meski setelah itu Ia menyesal karena hujan turun tepat saat tangannya memegang pintu toko.

"Eoh, beneran turun hujan?" Shakila hanya mengangkat bahu acuh saat melihat hujan turun.

Tidak ada gunanya Shakila menyesal sekarang, meski hujan turun lumayan lebat dan kemungkinan pakaiannya akan basah kuyup saat kembali ke mobil.

"Terimakasih sudah menyempatkan waktu datang ke toko kami."

Seperti sebuah takdir, Shakila masuk tepat saat pembeli lain baru selesai berbelanja di toko itu. Mereka berpapasan dan itu adalah awal dari hidup baru Shakila.

Episodes
1 Bab 1 : Menikahlah dengan suamiku
2 Bab 2 : Rumah sakit
3 Bab 3 : Meminta waktu berpikir
4 Bab 4 : Jalan takdir
5 Bab 5 : Anak kecil tanpa peran ibu
6 Bab 6 : Terjebak
7 Bab 7 : Bukan untuk bercerai
8 Bab 8 : Resmi menikah
9 Bab 9 : Pengasuh gratis
10 Bab 10 : Janji Adam
11 Bab 11 : Ketakutan Abian
12 Bab 12 : Dua wanita surga Abian
13 Bab 13 : Satu imam, dua makmum
14 Bab 14 : Bukan tipe idaman Shakila
15 Bab 15 : Cerita Zahra
16 Bab 16 : Siapa wanita itu?
17 Bab 17 : Mertua Abian
18 Bab 18 : Tinggal di rumah mertua
19 Bab 19 : Melepas rindu
20 Bab 20 : Kecemburuan Abian
21 Bab 21 : Belajar menjahit
22 Bab 22 : Rencana ke Jakarta
23 Bab 23 : Bibi perusak suasana
24 Bab 24 : Terbongkarnya rahasia
25 Bab 25 : Fitnah kejam
26 Bab 26 : Tukang fitnah harus pergi
27 Bab 27 : Obrolan tetangga
28 Bab 28 : Menantu dan mertua
29 Bab 29 : Menghabisi pelakor
30 Bab 30 : Dua kejadian
31 Bab 31 : Maaf, aku gagal
32 Bab 32 : Pemakaman Zahra
33 Bab 33 : Tulisan di kain kafan
34 Bab 34 : Secercah harapan
35 Bab 35 : Ibu-ibu pengajian
36 Bab 36 : Hilang ingatan?
37 Bab 37 : Kembalinya menantu Sanjaya
38 Bab 38 : Hukuman Allah
39 Bab 39 : Dusta Cinta
40 Bab 40 : Rencana kehamilan
41 Bab 41 : Keluarga harmonis
42 Bab 42 : Datang ke desa
43 Bab 43 : Keluarga kecil bahagia
44 Bab 44 : Hadiah untuk istri tercinta
45 Bab 45 : Wanda kembali berulah!
46 Bab 46 : Pengganggu kecil
47 Bab 47 : Pertemuan keluarga
48 Bab 48 : Hukuman penuduh zina
49 Bab 49 : Sudah terlambat
50 Bab 50 : Menikah tidak seburuk itu
51 Bab 51 : Drama Wanda masih berlanjut
52 Bab 52 : Laki-laki idaman Shakila
53 Bab 53 : Hamil
54 Bab 54 : Pertengkaran papah dan anak
55 Bab 55 : Batal umroh
56 Bab 56 : Menurunkan ego
57 Bab 57 : Hanya titipan
58 Bab 58 : Calon saingan Abian
59 Bab 59 : Umroh
60 Bab 60 : Selisih usia
61 Bab 61: Stalker
62 Bab 62 : Istri pengertian
63 Bab 63 : Saingan cinta antar saudara
64 Bab 64 : Pernikahan Adam
65 Bab 65 : Suamiku bukan pezina
66 Bab 66 : Sisi lain menantu Sanjaya
67 Bab 67 : Jangan menunjukkan wajah!
68 Bab 68 : Video viral
69 Bab 69: Mengurus masalah
70 Bab 70 : Kesedihan istri Abian
71 Bab 71 : Hampir saja
72 Bab 72 : Bahaya sosial media
73 Bab 73 : Kejahatan dibalas kebaikan
74 Bab 74 : Rencana lahiran
75 Bab 75 : Calon suami Adiba
76 Bab 76 : Lahirnya duplikat Abian
77 Bab 77 : Baju dinas Arsyila
78 Bab 78 : Wanita penggoda
79 Bab 79 : Penggoda terbaik
80 Bab 80 : Satu saja cukup
81 Bab 81 : Wanita Yang Dirindukan Surga
82 Bab 82 : Wanita Yang Dirindukan Surga 2
83 Bab 83 : Abian vs Arkana
84 Bab 84 : Mengingat Zahra
85 Bab 85 : Tidak apa-apa menangis
86 Bab 86 : Bicara baik-baik
87 Bab 87 : Arkana tantrum
88 Bab 88 : Hampir terharu
89 Bab 89 : Akhir pekan
Episodes

Updated 89 Episodes

1
Bab 1 : Menikahlah dengan suamiku
2
Bab 2 : Rumah sakit
3
Bab 3 : Meminta waktu berpikir
4
Bab 4 : Jalan takdir
5
Bab 5 : Anak kecil tanpa peran ibu
6
Bab 6 : Terjebak
7
Bab 7 : Bukan untuk bercerai
8
Bab 8 : Resmi menikah
9
Bab 9 : Pengasuh gratis
10
Bab 10 : Janji Adam
11
Bab 11 : Ketakutan Abian
12
Bab 12 : Dua wanita surga Abian
13
Bab 13 : Satu imam, dua makmum
14
Bab 14 : Bukan tipe idaman Shakila
15
Bab 15 : Cerita Zahra
16
Bab 16 : Siapa wanita itu?
17
Bab 17 : Mertua Abian
18
Bab 18 : Tinggal di rumah mertua
19
Bab 19 : Melepas rindu
20
Bab 20 : Kecemburuan Abian
21
Bab 21 : Belajar menjahit
22
Bab 22 : Rencana ke Jakarta
23
Bab 23 : Bibi perusak suasana
24
Bab 24 : Terbongkarnya rahasia
25
Bab 25 : Fitnah kejam
26
Bab 26 : Tukang fitnah harus pergi
27
Bab 27 : Obrolan tetangga
28
Bab 28 : Menantu dan mertua
29
Bab 29 : Menghabisi pelakor
30
Bab 30 : Dua kejadian
31
Bab 31 : Maaf, aku gagal
32
Bab 32 : Pemakaman Zahra
33
Bab 33 : Tulisan di kain kafan
34
Bab 34 : Secercah harapan
35
Bab 35 : Ibu-ibu pengajian
36
Bab 36 : Hilang ingatan?
37
Bab 37 : Kembalinya menantu Sanjaya
38
Bab 38 : Hukuman Allah
39
Bab 39 : Dusta Cinta
40
Bab 40 : Rencana kehamilan
41
Bab 41 : Keluarga harmonis
42
Bab 42 : Datang ke desa
43
Bab 43 : Keluarga kecil bahagia
44
Bab 44 : Hadiah untuk istri tercinta
45
Bab 45 : Wanda kembali berulah!
46
Bab 46 : Pengganggu kecil
47
Bab 47 : Pertemuan keluarga
48
Bab 48 : Hukuman penuduh zina
49
Bab 49 : Sudah terlambat
50
Bab 50 : Menikah tidak seburuk itu
51
Bab 51 : Drama Wanda masih berlanjut
52
Bab 52 : Laki-laki idaman Shakila
53
Bab 53 : Hamil
54
Bab 54 : Pertengkaran papah dan anak
55
Bab 55 : Batal umroh
56
Bab 56 : Menurunkan ego
57
Bab 57 : Hanya titipan
58
Bab 58 : Calon saingan Abian
59
Bab 59 : Umroh
60
Bab 60 : Selisih usia
61
Bab 61: Stalker
62
Bab 62 : Istri pengertian
63
Bab 63 : Saingan cinta antar saudara
64
Bab 64 : Pernikahan Adam
65
Bab 65 : Suamiku bukan pezina
66
Bab 66 : Sisi lain menantu Sanjaya
67
Bab 67 : Jangan menunjukkan wajah!
68
Bab 68 : Video viral
69
Bab 69: Mengurus masalah
70
Bab 70 : Kesedihan istri Abian
71
Bab 71 : Hampir saja
72
Bab 72 : Bahaya sosial media
73
Bab 73 : Kejahatan dibalas kebaikan
74
Bab 74 : Rencana lahiran
75
Bab 75 : Calon suami Adiba
76
Bab 76 : Lahirnya duplikat Abian
77
Bab 77 : Baju dinas Arsyila
78
Bab 78 : Wanita penggoda
79
Bab 79 : Penggoda terbaik
80
Bab 80 : Satu saja cukup
81
Bab 81 : Wanita Yang Dirindukan Surga
82
Bab 82 : Wanita Yang Dirindukan Surga 2
83
Bab 83 : Abian vs Arkana
84
Bab 84 : Mengingat Zahra
85
Bab 85 : Tidak apa-apa menangis
86
Bab 86 : Bicara baik-baik
87
Bab 87 : Arkana tantrum
88
Bab 88 : Hampir terharu
89
Bab 89 : Akhir pekan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!