Bab 14 : Bukan tipe idaman Shakila

Shakila menujukkan senyuman terbaiknya di depannya Abian dengan mata yang masih berkaca-kaca, "aku tidak sedang menghadapi apapun, mas. Aku hanya menyesali setiap dosa yang aku lakukan di masa lalu."

Abian menyimak setiap kata demi kata yang keluar dari mulut Shakila. Ia tidak tahu dosa apa yang sudah istrinya itu lakukan, tapi Ia tidak menanyakannya karena bisa saja itu aib istrinya.

Dalam agama islam ada satu perkara yang tidak perlu diceritakan istri kepada suami, begitu juga sebaliknya. Dan perkara itu adalah aib mereka di masa lalu. Jadi akan lebih baik jika Shakila tidak menceritakan aibnya dan Abian pun tidak perlu menanyakan aib istrinya.

"Saat aku kecil, aku pernah membaca komik yang menceritakan tentang nabi Ayub. Aku sangat menyukai kisahnya dan mengagumi kesabaran nabi Ayub dalam menghadapi cobaan yang Allah berikan."

Abian bisa melihat kekaguman Shakila yang begitu besar terhadap laki-laki yang sedang diceritakannya dari binar di mata istrinya itu. Senyuman dibibirnya pun terlihat berbeda dari yang biasa Ia lihat.

Ternyata tipe idaman Shakila laki-laki sabar. Itu berarti Abian sudah ter blacklist oleh Shakila karena Abian sudah emosian terhadap Shakila. Abian bukan tipe idaman Shakila dan jauh dari tipe idaman Shakila.

"Karena aku membacanya dan aku juga mempercayai kisahnya, setiap aku menghadapi cobaan atau masalah aku selalu berkata pada Allah," Shakila menatap tepat pada mata Abian sebelum melanjutkan kalimatnya.

"Ya Allah, sebenarnya apa yang sudah setan bisikan kepada engkau sampai engkau melakukan semua ini padaku? tapi tidak peduli apapun itu, aku akan tetap mempercayai kehadiranmu dan tidak akan pernah berpaling darimu, itu yang selalu aku katakan."

Abian masih terus menyimak apa yang Shakila ceritakan padanya, bahkan Ia berusaha menajamkan pendengarannya supaya tidak ada satupun hal yang Ia lewatkan dari cerita Shakila.

"Tapi setelah dewasa aku sepertinya melupakan kisah itu dan itulah alasan aku menangis setiap kali aku menghadap Allah," Shakila mengakhiri ceritanya dengan tetesan air matanya.

Abian yang melihatnya dengan sigap menghapus air mata Shakila supaya air mata itu tidak sampai merusak kecantikan istrinya.

"Entah berapa banyak dosa yang sudah aku lakukan setelah aku melupakan kisah nabi yang kesabarannya selalu aku kagumi," air mata Shakila semakin menetes dan bahkan Shakila terlihat sudah tidak sanggup lagi untuk melanjutkan ceritanya.

Tapi meskipun begitu Shakila masih berusaha untuk menyelesaikan apa yang ingin Ia katakan pada Abian supaya suaminya itu tidak perlu bertanya-tanya lagi jika nanti suaminya melihatnya menangis.

"Masalah dalam hidupku hanya dosa-dosaku, mas. Aku ingin berada dalam rombongan putri Rasulullah yang membuat para laki-laki menundukkan pandangan mereka dan aku juga ingin berada dalam rombongan Rasulullah yang masuk ke dalam surga, tapi aku merasa tidak pantas."

Abian langsung memeluk Shakila setelah istrinya itu menyelesaikan kalimatnya. Ternyata Zahra benar, perempuan ini, perempuan yang Abian nikahi, perempuan yang sekarang sudah resmi menjadi istrinya adalah perempuan baik.

"Setiap manusia pasti melakukan kesalahan, tapi Allah maha pemaaf. Cukup lakukan yang terbaik yang kamu bisa, InsyaAllah sebesar apapun kesalahanmu, Allah akan memaafkanmu," ucap Abian sambil mengusap pelan punggung Shakila untuk menenangkannya.

-

-

Paginya saat keluarga kecil Abian sarapan. Zahra diam-diam memperhatikan Shakila dan Abian yang matanya merah seperti habis menangis.

Entah apa yang terjadi dengan mereka selama tidur bersama. Zahra tidak bertanya karena masalah antara Abian dan Shakila bukan urusannya.

Zahra dan Shakila sama-sama istri Abian, tapi Zahra tidak berhak ikut campur dengan masalah antara Abian dan Shakila, begitu juga sebaliknya. Kecuali memang diperlukan untuk ikut campur.

"Mas, stok bulanan kita sudah mau habis," ucap Zahra memberitahu suaminya tentang kondisi yang terjadi di rumah mereka.

Abian membayar jasa asisten rumah tangga di rumah mereka. Tapi asisten rumah tangga mereka pulang pergi, alias tidak tinggal bersama mereka. Dan untuk urusan dapur biasanya mereka urus sendiri.

Asisten rumah tangga membantu memasak, tapi Zahra dan Abian yang belaja. Karena mereka yang paling tahu apa saja yang mereka butuhkan. Asisten rumah tangga mereka hanya perlu memberitahu jika bahan makanan di kulkas sudah mau habis.

"Nanti mas minta orang buat belanja, mas ada kerjaan hari ini," ucap Abian menatap Zahra selaku orang yang mengajaknya bicara.

Abian sedetail itu memperhatikan orang-orang di sekitarnya. Ia akan memandangi orang yang mengajaknya bicara, kecuali orang tersebut perempuan yang bukan mahramnya yang bisa menimbulkan fitnah antar keduanya.

"Biar aku saja yang pergi," ucap Shakila menawarkan dirinya.

Shakila belum melakukan apa-apa selama tinggal di rumah itu, kecuali mengurus Khansa. Ia merasa harus melakukan sesuatu supaya kehadirannya sebagai istri Abian lebih berguna.

"Mas hari ini ada kerjaan," ucap Abian menekankan barangkali Shakila tidak mendengarnya.

Abian ada pekerjaan yang harus diurus hari ini di kantor dan itu artinya tidak akan ada yang belanja bulanan hari ini. Istri-istrinya tidak boleh pergi belanja tanpa didampingi olehnya.

"Iya, mas kerja saja. Aku bisa membeli bahan dapur sendiri. Nanti kasih tahu saja apa yang perlu dibeli."

"Mas Abian tidak akan membiarkan istrinya belanja sendiri," ucap Zahra memberitahu karena Shakila orang baru yang tidak tahu hal itu.

"Kenapa?" pertanyaan itu lolos begitu saja dari mulut Shakila.

"Mas Abian takut terjadi sesuatu dengan istrinya jika belanja sendiri," Zahra membantu Abian menjelaskan karena tahu Abian tidak akan bisa melakukan itu.

"Aku sudah biasa belanja sendiri," ucap Shakila masih kukuh untuk pergi belanja karena merasa mampu menjaga dirinya sendiri.

"Maka mulai sekarang biasakan untuk tidak belanja sendiri. Mas tidak mengizinkan itu."

Shakila tidak tahu kenapa suaminya seketat itu hanya perkara belanja bahan makanan, tapi sebagai istri Ia hanya mengikuti perkataan suaminya.

"Iya baiklah, mas," ucap Shakila pasrah dan lanjut memakan sarapannya.

Abian hanya melirik sekilas kearah Shakila karena sedang sibuk menyuapi putri kecilnya yang mendadak minta disuapi makan.

"Oh ya, waktu itu kamu dan Khansa pergi ke rumah sakit tidak izin mas," ucap Abian masih dengan dirinya yang sibuk menyuapi Khansa.

Abian memiliki banyak pekerjaan hari ini, tapi Ia masih menyempatkan diri untuk menyuapi putrinya dan mengobrol dengan istri-istrinya.

"Kali ini mas maklumi karena situasinya kamu sedang panik, tapi lain kali jangan lupa izin kemanapun kamu akan pergi."

Shakila langsung mengiyakan karena tahu memang begitulah yang harus dilakukan istri kepada suaminya. Ia fakir ilmu agama, tapi hal seperti itu adalah pengetahuan umum yang sudah seharusnya diketahui wanita yang sudah menikah.

"Oh ya, aku lupa," Shakila menghentikan sarapannya dan berlari ke kamar untuk mengambil sesuatu.

"Hey, mau kemana? sarapan kamu belum habis!"

"Aku ambil obat untuk Khansa sebentar," jawab Shakila tanpa menghentikan langkahnya.

Shakila sampai melupakan obat Khansa karena pertengkarannya dengan Abian.

Episodes
1 Bab 1 : Menikahlah dengan suamiku
2 Bab 2 : Rumah sakit
3 Bab 3 : Meminta waktu berpikir
4 Bab 4 : Jalan takdir
5 Bab 5 : Anak kecil tanpa peran ibu
6 Bab 6 : Terjebak
7 Bab 7 : Bukan untuk bercerai
8 Bab 8 : Resmi menikah
9 Bab 9 : Pengasuh gratis
10 Bab 10 : Janji Adam
11 Bab 11 : Ketakutan Abian
12 Bab 12 : Dua wanita surga Abian
13 Bab 13 : Satu imam, dua makmum
14 Bab 14 : Bukan tipe idaman Shakila
15 Bab 15 : Cerita Zahra
16 Bab 16 : Siapa wanita itu?
17 Bab 17 : Mertua Abian
18 Bab 18 : Tinggal di rumah mertua
19 Bab 19 : Melepas rindu
20 Bab 20 : Kecemburuan Abian
21 Bab 21 : Belajar menjahit
22 Bab 22 : Rencana ke Jakarta
23 Bab 23 : Bibi perusak suasana
24 Bab 24 : Terbongkarnya rahasia
25 Bab 25 : Fitnah kejam
26 Bab 26 : Tukang fitnah harus pergi
27 Bab 27 : Obrolan tetangga
28 Bab 28 : Menantu dan mertua
29 Bab 29 : Menghabisi pelakor
30 Bab 30 : Dua kejadian
31 Bab 31 : Maaf, aku gagal
32 Bab 32 : Pemakaman Zahra
33 Bab 33 : Tulisan di kain kafan
34 Bab 34 : Secercah harapan
35 Bab 35 : Ibu-ibu pengajian
36 Bab 36 : Hilang ingatan?
37 Bab 37 : Kembalinya menantu Sanjaya
38 Bab 38 : Hukuman Allah
39 Bab 39 : Dusta Cinta
40 Bab 40 : Rencana kehamilan
41 Bab 41 : Keluarga harmonis
42 Bab 42 : Datang ke desa
43 Bab 43 : Keluarga kecil bahagia
44 Bab 44 : Hadiah untuk istri tercinta
45 Bab 45 : Wanda kembali berulah!
46 Bab 46 : Pengganggu kecil
47 Bab 47 : Pertemuan keluarga
48 Bab 48 : Hukuman penuduh zina
49 Bab 49 : Sudah terlambat
50 Bab 50 : Menikah tidak seburuk itu
51 Bab 51 : Drama Wanda masih berlanjut
52 Bab 52 : Laki-laki idaman Shakila
53 Bab 53 : Hamil
54 Bab 54 : Pertengkaran papah dan anak
55 Bab 55 : Batal umroh
56 Bab 56 : Menurunkan ego
57 Bab 57 : Hanya titipan
58 Bab 58 : Calon saingan Abian
59 Bab 59 : Umroh
60 Bab 60 : Selisih usia
61 Bab 61: Stalker
62 Bab 62 : Istri pengertian
63 Bab 63 : Saingan cinta antar saudara
64 Bab 64 : Pernikahan Adam
65 Bab 65 : Suamiku bukan pezina
66 Bab 66 : Sisi lain menantu Sanjaya
67 Bab 67 : Jangan menunjukkan wajah!
68 Bab 68 : Video viral
69 Bab 69: Mengurus masalah
70 Bab 70 : Kesedihan istri Abian
71 Bab 71 : Hampir saja
72 Bab 72 : Bahaya sosial media
73 Bab 73 : Kejahatan dibalas kebaikan
74 Bab 74 : Rencana lahiran
75 Bab 75 : Calon suami Adiba
76 Bab 76 : Lahirnya duplikat Abian
77 Bab 77 : Baju dinas Arsyila
78 Bab 78 : Wanita penggoda
79 Bab 79 : Penggoda terbaik
80 Bab 80 : Satu saja cukup
81 Bab 81 : Wanita Yang Dirindukan Surga
82 Bab 82 : Wanita Yang Dirindukan Surga 2
83 Bab 83 : Abian vs Arkana
84 Bab 84 : Mengingat Zahra
85 Bab 85 : Tidak apa-apa menangis
86 Bab 86 : Bicara baik-baik
87 Bab 87 : Arkana tantrum
88 Bab 88 : Hampir terharu
89 Bab 89 : Akhir pekan
Episodes

Updated 89 Episodes

1
Bab 1 : Menikahlah dengan suamiku
2
Bab 2 : Rumah sakit
3
Bab 3 : Meminta waktu berpikir
4
Bab 4 : Jalan takdir
5
Bab 5 : Anak kecil tanpa peran ibu
6
Bab 6 : Terjebak
7
Bab 7 : Bukan untuk bercerai
8
Bab 8 : Resmi menikah
9
Bab 9 : Pengasuh gratis
10
Bab 10 : Janji Adam
11
Bab 11 : Ketakutan Abian
12
Bab 12 : Dua wanita surga Abian
13
Bab 13 : Satu imam, dua makmum
14
Bab 14 : Bukan tipe idaman Shakila
15
Bab 15 : Cerita Zahra
16
Bab 16 : Siapa wanita itu?
17
Bab 17 : Mertua Abian
18
Bab 18 : Tinggal di rumah mertua
19
Bab 19 : Melepas rindu
20
Bab 20 : Kecemburuan Abian
21
Bab 21 : Belajar menjahit
22
Bab 22 : Rencana ke Jakarta
23
Bab 23 : Bibi perusak suasana
24
Bab 24 : Terbongkarnya rahasia
25
Bab 25 : Fitnah kejam
26
Bab 26 : Tukang fitnah harus pergi
27
Bab 27 : Obrolan tetangga
28
Bab 28 : Menantu dan mertua
29
Bab 29 : Menghabisi pelakor
30
Bab 30 : Dua kejadian
31
Bab 31 : Maaf, aku gagal
32
Bab 32 : Pemakaman Zahra
33
Bab 33 : Tulisan di kain kafan
34
Bab 34 : Secercah harapan
35
Bab 35 : Ibu-ibu pengajian
36
Bab 36 : Hilang ingatan?
37
Bab 37 : Kembalinya menantu Sanjaya
38
Bab 38 : Hukuman Allah
39
Bab 39 : Dusta Cinta
40
Bab 40 : Rencana kehamilan
41
Bab 41 : Keluarga harmonis
42
Bab 42 : Datang ke desa
43
Bab 43 : Keluarga kecil bahagia
44
Bab 44 : Hadiah untuk istri tercinta
45
Bab 45 : Wanda kembali berulah!
46
Bab 46 : Pengganggu kecil
47
Bab 47 : Pertemuan keluarga
48
Bab 48 : Hukuman penuduh zina
49
Bab 49 : Sudah terlambat
50
Bab 50 : Menikah tidak seburuk itu
51
Bab 51 : Drama Wanda masih berlanjut
52
Bab 52 : Laki-laki idaman Shakila
53
Bab 53 : Hamil
54
Bab 54 : Pertengkaran papah dan anak
55
Bab 55 : Batal umroh
56
Bab 56 : Menurunkan ego
57
Bab 57 : Hanya titipan
58
Bab 58 : Calon saingan Abian
59
Bab 59 : Umroh
60
Bab 60 : Selisih usia
61
Bab 61: Stalker
62
Bab 62 : Istri pengertian
63
Bab 63 : Saingan cinta antar saudara
64
Bab 64 : Pernikahan Adam
65
Bab 65 : Suamiku bukan pezina
66
Bab 66 : Sisi lain menantu Sanjaya
67
Bab 67 : Jangan menunjukkan wajah!
68
Bab 68 : Video viral
69
Bab 69: Mengurus masalah
70
Bab 70 : Kesedihan istri Abian
71
Bab 71 : Hampir saja
72
Bab 72 : Bahaya sosial media
73
Bab 73 : Kejahatan dibalas kebaikan
74
Bab 74 : Rencana lahiran
75
Bab 75 : Calon suami Adiba
76
Bab 76 : Lahirnya duplikat Abian
77
Bab 77 : Baju dinas Arsyila
78
Bab 78 : Wanita penggoda
79
Bab 79 : Penggoda terbaik
80
Bab 80 : Satu saja cukup
81
Bab 81 : Wanita Yang Dirindukan Surga
82
Bab 82 : Wanita Yang Dirindukan Surga 2
83
Bab 83 : Abian vs Arkana
84
Bab 84 : Mengingat Zahra
85
Bab 85 : Tidak apa-apa menangis
86
Bab 86 : Bicara baik-baik
87
Bab 87 : Arkana tantrum
88
Bab 88 : Hampir terharu
89
Bab 89 : Akhir pekan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!