Abel menghampiri pelayan tersebut dan membantu membereskan makanan yang tumpah.
"Biar saya bantu yah," ucap Abel.
"Tidak usah nona, biar saya saja," ucap pelayan tersebut.
Kalista melihat Abel membantu pelayan tersebut.
"Ngapain anak sialan ini ada disini?" gumam Kalista dalam hatinya. Kalista mengedarkan pandangan nya tapi nihil tidak ada yang dia kenal. Kalista jadi penasaran Abel akan bertemu siapa di cafe ini.
"Oh bagus dua orang kampung ada disini, sesama pelayan emang harus saling bantu," ucap Kalista.
Teman - teman Kalista mentertawakan Abel yang disebut pelayan, termasuk Kalista juga yang tersenyum remeh.
Abel mulai kesal dengan sikap Kalista dan teman - temannya karena itu sudah sangat keterlaluan baginya.
Abel mengambil segelas air yang masih penuh dan . .
Byurrr . .
Abel menyiram wajah Kalista dengan segelas air itu.
"Mulut yang kotor itu harus di bersihkan," ucap Abel.
"Abel . . beraninya Lo!" teriak Kalista marah.
Tangan Kalista terkepal erat, Kalista melayangkan tangan nya di udara akan menampar Abel.
Abel melihat Kalista akan menampar nya dengan cepat Abel menahan nya dan mendorong nya dengan kuat.
Kalista sedikit terdorong kebelakang beberapa langkah.
"Denger yah! Lo itu emang pantes digituin! lo dan temen - temen lo ini emang gapunya hati, bisanya cuma hina orang dengan mulut busuk lo itu. Dia juga gak sengaja kan tumpahin minuman nya karena emang mau jatuh terus udah minta maaf juga kan tapi lo masih hina - hina dia. Lagian baju lo ini juga gak seberapa, lo tinggal bersihin di toilet juga bereskan," ucap Abel.
Kalista sangat kesal dengan sikap Abel yang membela pelayan tersebut.
"Harusnya kalian lah yang minta maaf! karena temen lo ini sengaja kan memanjang kan kaki nya supaya pelayan ini terjatuh!" ungkap Abel menunjuk salah satu sahabat Kalista yang sedang menatapnya juga.
Starla yang di tunjuk oleh Abel pun membulatkan matanya. "Ahh sial! kenapa juga dia tau kalo gue sengaja ngelakuin itu," batin Starla.
"Apa perlu kita liat cctv di cafe ini hmm?" tanya Abel.
"Lo itu bener - bener yah Abel malah belain pelayan kampung ini trus nuduh sahabat gue yang ngelakuin itu," ucap Kalista marah.
"Gue gak nuduh sahabat lo! Faktanya emang kaya gitu kalo sahabat lo sengaja bikin mba ini terjatuh," ungkap Abel.
"Lo liat aja Abel pembalasan gue, berani nya Lo bikin malu gue di depan umum kaya gini," ucap Kalista setengah berbisik tapi penuh penekanan.
Kalista lalu pergi meninggalkan cafe tersebut dengan perasaan marah dan malu. Begitu juga dengan teman - teman Kalista yang ikut pergi meninggalkan cafe tersebut.
"Awas lo Abel liat aja pembalasan gue nanti beraninya lo bikin malu gue di depan umum kaya gini, liat aja nanti setelah di rumah apa masih berani lo ngelawan sama gue!" gumam Kalista.
Terlihat seulas senyuman terbit dari salah satu orang yang berada di salah satu meja cafe tersebut.
Abel membantu pelayan tersebut membereskan sisa tumpahan dari minumannya.
"Nona saya sangat berterima kasih karena telah membantu saya kalo tidak ada nona mungkin saya sudah di pecat," ucap pelayan tersebut dengan tulus.
"Tidak apa - apa. Mereka memang harus di lawan biar tidak semena - mena sama kita," jawab Abel.
"kalo gitu saya permisi dulu nona sekali lagi terimakasih," ucap pelayan tersebut sambil sedikit membungkuk kan badan nya.
Abel kembali duduk ke meja nya . Tak lama wanita paruh baya mendekati ke meja abel dengan menggeser kursi nya di ikuti juga oleh putra nya.
"Kamu hebat nak berani melawan orang seperti itu," ucap Helena antusias.
Ya dia adalah Helena dan Damian. Helena dan Damian dari tadi melihat pertengkaran mereka dan merasa kagum terhadap wanita yang memang berani menegakkan keadilan.
Abel melihat kearah Helena dan Damian.
Abel tersenyum manis.
"Sebagai sesama manusia kita harus saling bantu Tante. Lagian juga saya merasa kasihan melihat orang yang ditindas dan diperlakukan tidak baik seperti itu, apalagi ini tempat umum," jawab Abel.
Damian dari tadi memperhatikan interaksi antara Abel dan mami nya.
"Udah cantik, hatinya juga bersih lagi. jarang banget ada cewek kaya gini, idaman gue ini," sorak Damian dalam hatinya.
"Saya kagum sama kamu nak. kamu tidak hanya cantik wajah tetapi hatinya juga sama. Oh yah perkenalkan saya Helena dan ini putra saya namanya Damian," ucap Helena memperkenalkan diri.
"saya Isabella tante, tapi tante bisa panggil saya Abel," ucap Abel tersenyum manis.
Damian semakin suka melihat Isabella tersenyum.
Abel sadar Damian dari tadi menatap nya terus.
Helena yang mengerti tatapan dari Damian pun menegur nya.
"Dam kondisikan mata mu! Kaya gak pernah liat cewek aja," sindir Helena.
Damian tersadar dengan sikap nya yang tidak sopan. Buru - buru dia memutus kontak mata dengan Abel dan langsung melihat ke arah lain.
"Maaf yah Isabel Damian memang seperti itu," ucap Helena.
"Tidak apa - apa Tante," jawab Abel.
Damian merutuki kebodohan nya bersikap seperti itu.
sebenernya Abel risih Damian memperhatikan nya seperti itu tapi Abel tidak enak dengan Helena jadi terpaksa harus berbohong.
"Oh yah kamu sendirian disini?" tanya Helena.
"Iya Tante saya sendiri, saya sedang menunggu teman saya," jawab Abel.
Drttt . .
Drtt . .
ponsel Abel berdering.
"Maaf Tante saya permisi angkat telpon dulu," kata Abel.
Helena mengangguk.
Tertera nama Darel di layar ponselnya.
"Hallo, lo dimana Darel?" tanya Abel.
"Sorry bel, sepertinya gue gabisa datang, kerjaan gue gak bisa di tinggal bel. Mita gak masuk hari ini makanya gue gantiin job nya dia juga. Kalo malem gimana kita ketemu nya?" tanya Darel.
"Aduh gue gabisa kalo malem ini rel, gue ada cara dinner keluarga. Yaudah besok aja deh, besok juga gue masuk kerja," jawab Abel.
"Yaudah gue tutup dulu telpon nya yah, bye Abel," kata Darel.
Tut . .
Darel mematikan sambungan telponnya.
"Kalo tau gini gue gak pergi kan mending tidur di rumah," omel Abel.
Abel kembali ke meja nya.
"Tante saya pergi pamit pulang dulu," ucap Abel pada Helena.
"Teman mu tidak jadi datang?" tanya Helena.
"Tidak tante, teman saya sangat sibuk hari ini jadi di batalin gitu aja," jawab Abel.
"Kalo gitu kamu ikut gabung aja disini, kita bisa ngobrol - ngobrol dulu," kata Damian.
Helena memicingkan matanya melihat sikap Damian pada Abel. Helena paham kalo Damian pasti menyukai Isabella.
"Tidak usah pak , saya pamit pulang aja," sahut Abel.
Helena yang mendengar Damian dengan sebutan pak pun sontak menahan tawanya.
"Astaga jangan panggil saya seperti itu! kamu bisa panggil saya Damian atau Dam saja, seperti nya umur kita juga tidak jauh berbeda," ucap Damian.
"Ahh Iyah maaf, baiklah saya panggil Dam saja kalo begitu," ucap Abel.
"Sayang sekali padahal Tante ingin mengobrol banyak sama kamu, putra Tante semuanya laki - laki jadi tidak cocok untuk diajak ngobrol," jawab Helena.
"Maaf Tante saya gabisa, saya harus pulang. gimana kalo lain kali aja kita ngobrol - ngobrol nya. Saya janji akan nemenin Tante nanti," kata Abel.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments