Atmajaya hanya diam saja ketika Abel bertanya seperti itu.
" Enggak kan! Asal papah tau dia telah menghina almarhum ibu dan juga Abel, apa papah tau kalo Abel dibilang wanita rendahan? Harusnya papah bela anak kandung papah sendiri yaitu Abel bukan dia yang notabene nya orang lain di keluarga ini," teriak Abel sudah tidak bisa menahan marah nya.
Selama ini Abel selalu diam saja jika di tindas oleh mereka.
"Abel jaga sikap kamu! sudah cukup yah setiap hari kamu bisa nya mencari masalah terus. Apa kamu tidak bisa menerima Sinta sebagai ibu kamu dan juga Kalista sebagai adik kamu? Kamu harusnya bersyukur Sinta mau menganggap kamu sebagai anak nya juga!" ucap Atmajaya.
"Sudah lah pah kasian Abel, ibu juga gapapa ko," ucap Sinta dengan nada melas.
Abel tersenyum remeh. Rasanya Abel sangat muak dengan orang - orang disini. Rumah yang harusnya menjadi tempat pulang ternyaman tapi ini tidak ada kenyamanan sama sekali malah seperti neraka dirumah sendiri.
Percuma saja menjelaskan kepada papah nya sendiri karena tetap saja tidak akan pernah membelanya dan tidak akan pernah memihaknya.
"Papah . . Abel kecewa sama papah, ini bukan masalah Abel menerima dia sebagai ibu tiri. Harusnya papah tau mana yang benar dan mana yang salah. Papah juga bukan papah Abel yang dulu Abel kenal. Papah yang dulu tidak pernah membentak Abel sedikit pun apalagi sampai menampar Abel seperti tadi. papah berubah sekarang! Dan ibu harusnya ibu sadar kalo anak ibu itu salah bukan malah belain dia. Sungguh keluarga yang sangat memuakkan! " ucap Abel penuh kekecewaan.
Abel berlari menuju kamar nya meninggalkan mereka bertiga.
"Abel tunggu papa belum selesai bicara!" teriak Atmajaya karena Abel sudah berlari lebih dulu.
Atmajaya menghela nafasnya panjang.
Atmajaya mematung mendengar ucapan Putri nya yang menyayat hati.
Ada rasa penyesalan di hatinya karena telah menampar putri nya sendiri bahkan hingga sudut bibir nya mengeluarkan darah.
Sinta dan Kalista yang melihat Atmajaya hanya diam saja saling tatap.
Ada rasa takut dihatinya kalo Atmajaya sampai terpengaruh oleh ucapan Abel.
"Sudah lah pah jangan terlalu di pikirkan, nanti biar ibu dan Kalista yang meminta maaf langsung kepada Abel karena kita papah jadi menampar Abel," ucap Sinta.
"Iya pah maafin Kalista juga, ini semua salah Kalista juga," ucap Kalista melas.
Atmajaya tersadar dari lamunannya.
"Tidak usah. kalian tidak bersalah, anak itu emang selalu bikin masalah terus. Sudah lah biarkan dia, papah juga pusing melihat kelakuan nya yang kasar seperti itu," ucap Atmajaya.
Mendengar ucapan Atmajaya mereka bersorak riang karena Atmajaya lebih memihak nya daripada putri kandung nya sendiri.
"Oh yah lebih baik papah cepet nikah kan kak Abel, tadi Kalista bertemu dengan kak Abel di restoran dia sedang bersama seorang pria yang kampungan, seperti nya pria tersebut sangat miskin. Apa papah mau punya menantu dari keluarga yang miskin? Gimana nanti kata sepupu - sepupu papah dan juga kolega papah, sangat memalukan," ucap Kalista.
"Hmm bikin malu saja," ucap Atmajaya kesal.
Atmajaya percaya saja dengan perkataan Kalista padahal saat ini Kalista sedang berbohong. Memang tadi Kalista bertemu di cafe tapi Kalista tidak melihat Abel bertemu dengan siapapun, ini hanya akal - akalan Kalista saja supaya Abel cepat - cepat bisa keluar dari rumah ini.
"Bukan nya nanti malam kita akan bertemu dengan kolega papah yang akan di jodohkan dengan Abel?" tanya Sinta," tanya Sinta.
"Iya nanti malam kita sudah janji untuk mempertemukan mereka berdua, papah sudah kasih dia foto Abel makanya dia mau di jodohkan dengan Abel," jawab Atmajaya.
"Tapi kalo kak Abel gamau gimana pah?" tanya Kalista.
Atmajaya berfikir sejenak. "Papah juga bingung, papah rasa Abel akan menolak perjodohan ini, tapi kolega papah sudah terlanjur suka dengan Abel," ucap Atmajaya.
Sinta dan Kalista memberi kode lewat mata mereka masing - masing.
" Bagaimana kalo papah serahin urusan itu sama ibu. Ibu bisa buat Abel mau tidak mau harus terima perjodohan ini," kata Sinta.
"Tapi apa kamu yakin Abel akan mau di jodohkan dengan kolega papah?" tanya Atmajaya.
"Yakin seribu persen. Asal papah setuju dengan cara ibu," ucap Sinta.
"Baiklah papah percayakan semuanya pada ibu asal Abel mau untuk di jodohkan dengan kolega papah karena itu satu - satunya cara supaya perusahaan papah bisa berkembang lebih pesat lagi," ucap Atmajaya.
Kalista dan Sinta bersorak riang dalam hatinya. Mereka bisa menjalankan rencananya yang sudah di siapkan oleh Mereka berdua.
"Papah tenang aja ibu punya rencana yang sangat bagus," ucap Sinta lagi.
"Dan satu hal lagi pastikan Abel mau untuk ikut pertemuan malam ini, kalo tidak mau paksa saja supaya dia mau," ucap Atmajaya pada Sinta.
"Baik pah nanti ibu akan berbicara dengan Abel," jawab Sinta.
Atmajaya berlalu pergi memasuki kamarnya, tinggal lah Sinta dan Kalista.
"Apa ibu yakin akan melakukan ini?" tanya Kalista pada Sinta.
"Ini hal yang mudah sayang, kau jangan takut. Waktu ibunya mati juga itu kan semua berkat ibu. Jadi percaya kan semua nya pada ibu dan kamu hanya tinggal ikutin perintah ibu saja," jawab Sinta dengan bangga nya.
Kalista yang mendengar jawaban sang ibu pun hanya menganggukkan kepala nya .
Sedangkan di kamar Abel sedang menangis sejadi - jadinya. Bagaimana tidak seorang ayah tega menampar putri nya yang tidak bersalah dan malah membela orang lain padahal Abel adalah darah daging nya sendiri.
Abel mengambil sebuah foto yang menampakan dirinya dan ibu nya sedang berpelukan sambil tertawa bahagia.
" Ibu Abel gak kuat sendirian disini, Abel ingin ikut ibu. Kenapa ibu tega tinggalin Abel sendirian disini. Sekarang papah udah gak sayang sama Abel lagi, papah lebih memilih orang lain daripada Abel Bu. Abel ingin di peluk ibu, Abel butuh ibu," ucap nya lirih dengan air mata yang berderai sambil mengusap - ucap foto nya.
Setalah ibu nya tiada Abel memang kesepian, semua nya tidak ada yang memperhatikan Abel sedikit pun. Untuk sehari - hari dan kebutuhan nya Abel mencari nya sendiri dengan bekerja meskipun memang papah nya terbilang sangat mampu untuk mencukupi kebutuhan Abel. Semua uang Atmajaya diatur oleh Sinta.
Dan Sinta tidak memberikan sepeserpun uang nya kepada Abel.
Abel meringkuk sambil memeluk fotonya, lama kelamaan matanya sangat berat hingga tertidur tanpa sadar.
Dirumah utama keluarga Braxton.
Alex dan Helena sudah sampai lebih dulu. Sedangkan Damian entahlah karena mereka meninggalkan nya .
Alex dan Helena keluar dari mobil mereka langsung masuk ke rumah.
"Ehem . . "
suara bariton mengagetkan mereka berdua.
"Astaga papi ngagetin mami aja," ucap Helena.
Helena duduk di dekat Hendrik sedangkan Alex berada di depan nya.
Tolong bantu terus yahhh!! Supaya lebih semangat bikin ceritanya wkwk, jangan lupa tinggalin jejak!!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments