BAB 8~ DAFA DEMAM

Beberapa hari belakangan, Dafa terlihat lebih banyak diam. Hal tersebut cukup membuat Jihan merasa khawatir. Meski ia sudah memberi pengertian pada putranya itu tentang Windi. Namun, sepertinya Dafa masih belum bisa menerima meskipun tak pernah lagi menunjukkan penolakan.

Dafa tak lagi mencari keberadaan ayahnya, maupun mencari sang bunda setiap paginya meminta dimandikan dan disuapi makan. Bocah lelaki itu kini lebih suka mengurung diri di kamar.

Setelah pekerjaan rumah selesai, Jihan bergegas menuju kamar putranya untuk memeriksa apakah Dafa sudah menghabiskan sarapannya atau belum. Sebab, sudah beberapa hari ini Dafa tak hanya mengalami perubahan sikap, namun juga kerap mogok makan.

Maka pagi ini ia mengantarkan langsung sarapan untuk putranya ke kamar dan akan menyuapinya.

Setelah membuka pintu, keningnya mengernyit begitu melihat Dafa berbaring miring di tempat tidur dengan posisi membelakangi pintu. Tak biasanya Dafa tidur kembali setelah bangun pagi, padahal ia sempat memeriksa Dafa sebelum ke dapur. Putranya itu sudah bangun.

Jihan pun masuk ke kamar, meletakkan sarapan untuk Dafa di atas meja lalu duduk di tepi tempat tidur.

"Dafa, ayo makan dulu, Nak. Nanti kamu sakit perut loh kalau gak makan." Bujuk Jihan, namun tak ada sahutan apapun dari Dafa.

Jihan pun menggoyang pelan bahu putranya untuk membangunkan, namun Dafa tidak menunjukkan pergerakan.

"Ya Allah, Dafa. Kamu demam tinggi, Nak." Ia tersentak kaget ketika tangannya bersentuhan dengan kening putranya, suhu tubuhnya terasa sangat panas . Pantas saja saat mengintip dari balik pintu beberapa saat lalu, Dafa terlihat lesu.

Jihan lalu segera keluar kamar, dengan langkah tergesa-gesa mencari Windi yang sebentar lagi akan berangkat ke kantor. Ia akan meminta tumpangan di taksi pesanan adik madunya itu untuk ke rumah sakit membawa Dafa.

"Windi, tunggu sebentar." Panggil Jihan begitu melihat Windi berjalan menuju pintu utama.

Windi menghentikan langkahnya dan menoleh menatap Jihan, "Kenapa sih, Mbak? Aku tuh lagi buru-buru mau ke kantor, Taksi pesanan aku udah nungguin di depan." Ucapnya terdengar kesal.

Jihan mengatur nafasnya sejenak

begitu telah berdiri di hadapan Windi. "Aku mau nebeng di Taksi kamu, Dafa demam mau aku bawa ke rumah sakit."

"Aduh, gak bisa, Mbak. Aku buru-buru, ntar aku telat lagi sampai kantor!" Pungkas Windi kemudian berjalan cepat keluar rumah.

"Astagfirullah," Jihan mengelus dada, ia pun segera berlari keluar untuk mencari tumpangan lainnya. Barangkali ada ojek yang melintas. Mengabaikan pertunjukkan yang selalu membuatnya sesak, dimana bu Neny yang sebelumnya sedang bersantai di teras, memberikan peringatan penuh kasih sayang sebelum Windi berangkat ke kantor.

Setelah taksi yang ditumpangi Windi telah meninggalkan pelataran, bu Neny pun menghampiri Jihan yang tampak celingak-celinguk seperti sedang mencari seseorang.

"Kamu ngapain sih di situ? Kurang kerjaan banget, bukannya bersihin rumah!"

"Aku lagi cari ojek, Bu. Dafa demam, mau aku bawa ke rumah sakit." Ujar Jihan tanpa melihat ibu mertuanya, ia terus memantau kearah jalanan.

"Ya ampun, Jihan! Kamu itu apa-apaan sih, masa mau bawa Dafa ke rumah sakit pakai ojek, dimana otak kamu! Kenapa juga tadi gak minta tumpangan sama Windi, pasti dia melewati rumah sakit menuju kantor tempatnya kerja."

"Udah, Bu. Aku aku udah minta tumpangan sama Windi tak dia gak izinin, katanya bisa telat sampai ke kantor."

"Windi gak mungkin begitu. Itu pasti cuma karanganan kamu aja mau menjelek-jelekkan Windi!" Seru bu Neny.

"Astaghfirullah, Bu, aku gak bohong." Jihan berusaha membela diri.

"Udah, ibu gak mau denger alasan kamu lagi. Sana, cepat cari kendaraan, ibu mau lihat Dafa dulu." Ujar bu Neny, masuk ke rumah sambil menggerutu. Menyalahkan Jihan yang dinilainya tidak becus merawat anak sampai membuat cucunya demam begitu.

Jihan mengabaikan cercaan itu, untuk sekarang membawa Dafa ke rumah sakit adalah yang terpenting.

"Mbak Jihan, lagi cari siapa?" Sapa salah seorang tetangga dari dalam mobilnya yang hendak berangkat bekerja, melihat Jihan tampaknya sedang mencari sesuatu.

"Ini Mas, lagi nungguin Taksi atau ojek yang lewat. Mau ke rumah sakit bawa Dafa, lagi demam." Ucap Jihan, ia hanya menatap tetangganya itu sebentar lalu kembali memfokuskan pandangannya ke arah jalan.

"Mbak, kalau begitu ikut saya aja. Kebetulan kearah tempat kerjanya saya ada ngelewatin rumah sakit, kok."

"Gak usah, Mas, terima kasih. Takut ngerepotin, apalagi Mas nya mau berangkat kerja." Tolak Jihan.

"Sama sekali enggak ngerepotin kok, Mbak. Justru sesama tetangga bukankah kita sudah sewajibnya saling menolong. Lagipula, saya juga gak terlalu terburu-buru, kok."

Jihan berpikir sejenak, jika ia masih nekad menunggu kendaraan yang lewat ia bisa sampai kesiangan membawa Dafa ke rumah sakit. Ia akhirnya menerima tumpangan tetangganya itu. Dengan tergesa ia masuk rumah.

"Sudah dapat kendaraannya?" Tanya bu Neny.

"Alhamdulillah sudah, Bu. Saya diberi tumpangan sama Mas Adi tetangga kita." Jawab Jihan.

"Ya udah sana cepetan bawa Dafa keluar, gak enak udah dikasih tumpangan tapi malah lama."

"Ibu gak ikut ke rumah sakit?"

"Ibu lagi sakit kepala, kamu aja sana yang bawa Dafa ke rumah sakit."

Jihan tak membantah walaupun sebenarnya ia berharap ibu mertuanya ikut ke rumah sakit, sebab ia akan kerepotan mengurus administrasi dan lain-lain sedang Dafa tidak ada yang menjaga. Ia segera masuk menuju kamarnya, mengambil berkas yang diperlukan serta sejumlah uang tabungannya hasil dari menyisihkan uang bulanan. Setelahnya, ia gegas membawa putranya keluar rumah.

Adi sang tetangga sigap turun dari mobil begitu melihat Jihan tampak kewalahan menggendong Dafa. Ia mengambil alih menggendong bocah lelaki itu dan memasukkan ke mobil bagian belakang.

"Oh ya, Mbak Jihan. Kebetulan juga ada teman saya yang bekerja di rumah sakit itu, dan tadi saya juga udah hubungi sekalian daftar. Jadi setelah kita sampai di rumah sakit nanti, Dafa bisa langsung ditangani." Ucap Adi setelah beberapa saat mobilnya melaju.

"Ya Allah, saya gak tahu harus balas apa kebaikan Mas Adi selain ucapan terima kasih."

"Sama-sama, Mbak. Oh ya, Mas Fahmi kemana ya? Udah beberapa hari ini saya gak lihat."

"Mas Fahmi lagi ada tugas ke luar kota, Mas." Jawab Jihan.

"Oh, pantas saja. Em, kalau perempuan yang sudah beberapa hari ini tinggal di rumah Mbak, itu kerabatnya ya?" Tanya Adi lagi, ia beberapa kali melihatnya.

Jihan tampak gugup, ia bingung harus menjawab apa. "Iya, Mas. Itu sepupunya Mas Fahmi dari luar kota, pindah tugas kerja di sini. Dari pada ngekost, mending tinggal sama kami." Ia terpaksa berbohong, sebaiknya orang luar tidak perlu tahu permasalahan rumah tangganya.

Tak berapa lama kemudian mereka pun sampai di rumah sakit. Adi langsung berpamitan pergi begitu dua orang perawat datang, utusan dari dokter yang merupakan temannya, untuk segera membawa Dafa ke ruang perawatan.

Terpopuler

Comments

Ilfa Yarni

Ilfa Yarni

Jihan knp bodoh sih km ksh tau aja itu perempuan iistri K2 Fahmi jgn bodoh2 banget jadi istri Jihan mknya km gmpg ditindas

2024-11-11

0

Nanik Arifin

Nanik Arifin

ngapain juga kamu nutupin bangkai yg disimpan suami & mertuamu, Jihan..
biar aj baunya terendus tetangga. resiko simpan bangkai sih..

2024-11-11

0

Sugiharti Rusli

Sugiharti Rusli

Alhamdulillah deh masih punya tetangga baik yang masih mau direpotkan memberi tumpangan,,,

2024-11-11

0

lihat semua
Episodes
1 BAB 1~ BAHAGIA YANG HILANG
2 BAB 2~ KAMU DIMANA, MAS?
3 BAB 3~ HAL YANG SUDAH JARANG IA SAKSIKAN
4 BAB 4~ AKAN TINGGAL BERSAMA
5 BAB 5~ APA INI BALASAN ATAS PENGABDIAN KU?
6 BAB 6~ HANYA WANITA TIDAK BERPENDIDIKAN
7 BAB 7~ GAK MAU PUNYA DUA BUNDA
8 BAB 8~ DAFA DEMAM
9 BAB 9~ GAK SEMUA IBU TIRI ITU JAHAT
10 BAB 10~ KITA PERGI AJA, BUNDA
11 BAB 11~ TERIMA KASIH SUDAH MEMBEBASKAN AKU
12 BAB 12~ TAK ADA KEJADIAN KECUALI UNTUK DIPETIK HIKMAHNYA.
13 BAB 13~ BUKAN ORANGNYA YANG AKU TANGISI TAPI PERLAKUANNYA
14 BAB 14~ INGAT MAS, KARMA TIDAK PERNAH SALAH ALAMAT!
15 BAB 15~ SAMPAI BERTEMU KEMBALI DALAM VERSI TERBAIK KITA
16 BAB 16~ DIPERTEMUKAN ORANG-ORANG BAIK
17 BAB 17~ OM DOKTER
18 BAB 18~ MERASA PRIHATIN
19 BAB 19~ LADANG BISNIS
20 BAB 20~ MENU BARU
21 BAB 21~ INGIN MEMILIKI
22 BAB 22~ JADI KAMU ORANGNYA?
23 BAB 23~ BERUSAHA DENGAN KERAS
24 BAB 24~ MEMINTANYA MENJADI TAKDIRKU
25 BAB 25~ HAKIKATNYA SAMA SAJA
26 BAB 26~ TETAP AKAN SAMA SAJA
27 BAB 27~ BERHAK BAHAGIA
28 BAB 28~ APAKAH INI ARTINYA...?
29 BAB 29~ MAS AIDAN
30 BAB 30~ JANGAN MARAH-MARAHIN BUNDA
31 BAB 31~ SABAR AI
32 BAB 32~ HIDUP UNTUK MASA DEPAN
33 BAB 33~ MEMANG SUSAH KALAU SUDAH BUCIN
34 BAB 34~ RENCANA PERNIKAHAN
35 BAB 35~ KAMU PIKIR GRATIS?
36 BAB 36~ AKAN MENCARI DAN MENAWARKAN DUA HAL
37 BAB 37~ TAMBAH CANTIK
38 BAB 38~ BENARKAH?
39 BAB 39~ TERLANJUR MENCINTAINYA
40 BAB 40~ JANGAN BIARKAN TAMU SESAAT MENGUASAI RUMAHMU
41 BAB 41~ SULIT TIDUR
42 BAB 42~ GANJARAN
43 BAB 43~ ISTRI ADALAH JANTUNG RUMAH
44 BAB 44~ MENJADI PELAYAN DI PERNIKAHAN MANTAN
45 BAB 45~ PENGHUNI BARU DI DALAM LEMARI
46 BAB 46~ IBADAH BERSAMA
47 BAB 47~ SESEORANG YANG TAK DIHARAPKAN LAGI KEHADIRANNYA
48 BAB 48~ PERNAH TIDUR BERSAMA?
49 BAB 49~ JANGAN TINGGALKAN AKU
50 BAB 50~ TAPI ... TIDAK DENGAN IBUNYA
51 BAB 51~ BUNDA KEMANA?
52 BAB 52~ KAPAN AKU BILANG BEGITU?
53 BAB 53~ SAMPEL DNA
54 BAB 54~ TUKANG KOMPOR
55 BAB 55~ HASIL DNA...
56 BAB 56~ KEBENARANNYA
57 BAB 57~ ANDAI DULU DIA TIDAK TERGODA SAMA KAMU
58 BAB 58~ SIAP LEMBUR SAMPAI PAGI
59 BAB 59~ APA KAMU BISA DATANG MENEMUI AYAH?
60 BAB 60~ JAGA PUTRIKU SATU-SATUNYA
61 BAB 61~ MENANTI ANGGOTA KELUARGA BARU
62 BAB 62~ INGAT, LAGI PUASA!
63 BAB 63~ BAHAGIANYA YANG HILANG TELAH KEMBALI
64 Janji CINTA
Episodes

Updated 64 Episodes

1
BAB 1~ BAHAGIA YANG HILANG
2
BAB 2~ KAMU DIMANA, MAS?
3
BAB 3~ HAL YANG SUDAH JARANG IA SAKSIKAN
4
BAB 4~ AKAN TINGGAL BERSAMA
5
BAB 5~ APA INI BALASAN ATAS PENGABDIAN KU?
6
BAB 6~ HANYA WANITA TIDAK BERPENDIDIKAN
7
BAB 7~ GAK MAU PUNYA DUA BUNDA
8
BAB 8~ DAFA DEMAM
9
BAB 9~ GAK SEMUA IBU TIRI ITU JAHAT
10
BAB 10~ KITA PERGI AJA, BUNDA
11
BAB 11~ TERIMA KASIH SUDAH MEMBEBASKAN AKU
12
BAB 12~ TAK ADA KEJADIAN KECUALI UNTUK DIPETIK HIKMAHNYA.
13
BAB 13~ BUKAN ORANGNYA YANG AKU TANGISI TAPI PERLAKUANNYA
14
BAB 14~ INGAT MAS, KARMA TIDAK PERNAH SALAH ALAMAT!
15
BAB 15~ SAMPAI BERTEMU KEMBALI DALAM VERSI TERBAIK KITA
16
BAB 16~ DIPERTEMUKAN ORANG-ORANG BAIK
17
BAB 17~ OM DOKTER
18
BAB 18~ MERASA PRIHATIN
19
BAB 19~ LADANG BISNIS
20
BAB 20~ MENU BARU
21
BAB 21~ INGIN MEMILIKI
22
BAB 22~ JADI KAMU ORANGNYA?
23
BAB 23~ BERUSAHA DENGAN KERAS
24
BAB 24~ MEMINTANYA MENJADI TAKDIRKU
25
BAB 25~ HAKIKATNYA SAMA SAJA
26
BAB 26~ TETAP AKAN SAMA SAJA
27
BAB 27~ BERHAK BAHAGIA
28
BAB 28~ APAKAH INI ARTINYA...?
29
BAB 29~ MAS AIDAN
30
BAB 30~ JANGAN MARAH-MARAHIN BUNDA
31
BAB 31~ SABAR AI
32
BAB 32~ HIDUP UNTUK MASA DEPAN
33
BAB 33~ MEMANG SUSAH KALAU SUDAH BUCIN
34
BAB 34~ RENCANA PERNIKAHAN
35
BAB 35~ KAMU PIKIR GRATIS?
36
BAB 36~ AKAN MENCARI DAN MENAWARKAN DUA HAL
37
BAB 37~ TAMBAH CANTIK
38
BAB 38~ BENARKAH?
39
BAB 39~ TERLANJUR MENCINTAINYA
40
BAB 40~ JANGAN BIARKAN TAMU SESAAT MENGUASAI RUMAHMU
41
BAB 41~ SULIT TIDUR
42
BAB 42~ GANJARAN
43
BAB 43~ ISTRI ADALAH JANTUNG RUMAH
44
BAB 44~ MENJADI PELAYAN DI PERNIKAHAN MANTAN
45
BAB 45~ PENGHUNI BARU DI DALAM LEMARI
46
BAB 46~ IBADAH BERSAMA
47
BAB 47~ SESEORANG YANG TAK DIHARAPKAN LAGI KEHADIRANNYA
48
BAB 48~ PERNAH TIDUR BERSAMA?
49
BAB 49~ JANGAN TINGGALKAN AKU
50
BAB 50~ TAPI ... TIDAK DENGAN IBUNYA
51
BAB 51~ BUNDA KEMANA?
52
BAB 52~ KAPAN AKU BILANG BEGITU?
53
BAB 53~ SAMPEL DNA
54
BAB 54~ TUKANG KOMPOR
55
BAB 55~ HASIL DNA...
56
BAB 56~ KEBENARANNYA
57
BAB 57~ ANDAI DULU DIA TIDAK TERGODA SAMA KAMU
58
BAB 58~ SIAP LEMBUR SAMPAI PAGI
59
BAB 59~ APA KAMU BISA DATANG MENEMUI AYAH?
60
BAB 60~ JAGA PUTRIKU SATU-SATUNYA
61
BAB 61~ MENANTI ANGGOTA KELUARGA BARU
62
BAB 62~ INGAT, LAGI PUASA!
63
BAB 63~ BAHAGIANYA YANG HILANG TELAH KEMBALI
64
Janji CINTA

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!