BAB 11~ TERIMA KASIH SUDAH MEMBEBASKAN AKU

"Udah ya, Nak. Jangan bicara begitu lagi, Ayah sayang kok sama kita. Sekarang, ayo Bunda antar ke kamar, Dafa harus istirahat yang banyak biar badannya cepat pulih."

Dafa menurut saja begitu Jihan menggendongnya pergi, namun dibalik tubuh sang bunda tatapannya terus tertuju pada pintu kamar ibu tirinya.

Sesampainya di kamar, Jihan langsung membaringkan Dafa di tempat tidur, ia pun ikut berbaring di sisinya. Mengelus-elus pucuk kepala sambil melantunkan sholawat sampai putranya tertidur.

"Cepat sehat ya, Nak." Ia mengecup kening putranya cukup lama, pikirannya tertuju pada kata-kata Dafa beberapa saat lalu.

'Dafa yang sabar ya, Nak. Allah pasti bukakan jalan untuk kita,'

.

.

.

Waktu terus bergulir, beberapa bulan ini dilalui Jihan seperti biasanya. Menahan kepedihan, sesak yang tertanam di dada. Kata adil yang diucapkan suaminya, nyatanya ia harus menelan kekecewaan karena Windi lah yang justru lebih diutamakan dengan dalih kehamilannya yang lebih membutuhkan perhatian khusus. Bahkan ia bisa menghitung jari, berapa kali Fahmi tidur di kamarnya semenjak ada Windi.

Meski Windi telah berhenti bekerja lantaran kehamilannya yang semakin menonjol, tetap tak membantu meringankan pekerjaan rumah yang selalu nya hanya dikerjakan oleh Jihan seorang diri. Semua itu karena larangan Fahmi yang khawatir terjadi sesuatu pada kandungan istri keduanya itu.

Setiap harinya hanya dihabiskan Windi dengan bersantai, sesekali keluar rumah yang katanya refreshing agar janinnya tidak stres. Sedangkan Jihan di rumah, tak hanya memikul beban dihati dan pikirannya, namun setumpuk pekerjaan rumah harus ia kerjakan tanpa bantuan. Saat mengandung Dafa pun ia tetap mengerjakan pekerjaan rumah, sedangkan untuk jalan-jalan tak pernah terbesit dalam pikirannya sebab harus memaklumi kondisi perekonomian mereka saat itu.

Hari sudah beranjak sore saat Jihan menuju pekarangan rumah untuk memungut pakaian yang terjemur.

Baru beberapa helai pakaian yang ia masukkan kedalam keranjang, tiba-tiba saja terdengar suara Dafa yang meneriakinya, ia pun segera berlari masuk ke rumah menghampiri putranya.

"Dafa, ada apa, Nak?" Tanya Jihan khawatir.

"Bunda, Dafa dicubit sama Tante Windi." Adu bocah lelaki itu sambil memperlihatkan lengannya yang tampak memerah.

"Astagfirullah," Jihan menarik nafas, meski putranya telah menunjukkan bukti, namun ia tetap tidak boleh hanya mendengar satu pihak saja. Ia pun mengalihkan pandangannya pada Windi.

"Kenapa kamu nyubit Dafa?"

"Coba Mbak lihat, Dafa menumpahkan air minum, gimana kalau aku aku lewat situ terus terpeleset. Memangnya dia bisa tanggung jawab kalau sampai terjadi apa-apa sama kandungan aku?" Ucap Windi dengan nada suara sedikit tinggi sambi menunjuk ke arah lantai di sisi kirinya.

Jihan melirik ke sebelah kiri Windi, memang ada air yang tumpah di lantai.

"Tante Windi bohong, Bunda. Bukan Dafa yang tumpahkan airnya, tapi Tante Windi sendiri. Tante Windi marah karena Dafa cuma ambilin air minum setengah gelas karena Dafa takut tumpah. Terus Tante Windi nyuruh Dafa buat ambilin air lagi, tapi Dafa gak mau terus dicubit sama Tante Windi." Ucap Dafa mengatakan yang sebenarnya.

"Eh kamu ya, kecil-kecil sudah pintar bohong. Awas nanti kalau Ayah kamu pulang, Tante bakal aduin kalau kamu nakal dan hampir mencelakai Tante!" Ancam Windi.

Dafa dengan cepat bersembunyi dibalik tubuh bundanya, dapat Jihan rasakan kedua tangan putranya bergetar memegang pundaknya.

"Bunda, Dafa gak bohong. Tante Windi yang bohong." Lirih Dafa yang hanya dapat didengarkan oleh Jihan.

"Windi, aku yang lebih tahu bagaimana putraku. Aku tidak pernah mengajarinya untuk berbohong, kalaupun memang dia yang berbohong maka aku sendiri yang akan menghukumnya. Tapi saat ini aku lebih percaya putraku, dan kamu seharusnya malu pada diri kamu sendiri. Sebentar lagi kamu juga akan menjadi seorang ibu, tapi sikap kamu terhadap anak-anak sangat tidak mencerminkan kepribadian seorang ibu. Kenapa hanya masalah kecil sampai harus kamu besar-besarkan, memutarkan balikan fakta dan menuduhkan putraku atas perbuatan yang kamu lakukan sendiri!" Ucap Jihan.

Windi mengepalkan tangannya, ia baru saja membuka mulut hendak melontarkan kalimat balasan. Namun, urung begitu mendengar suara klakson mobil Fahmi. Ia menarik sudut bibirnya menyeringai tipis, akan ia gunakan kesempatan ini untuk membuat Jihan dan anaknya dimarahi habis-habisan oleh Fahmi.

Begitu mendengar derap langkah kaki Fahmi, Windi pun segera duduk di lantai tepat di atas air yang ia tumpahkan sendiri. Kemudian berteriak seolah-olah sedang kesakitan.

Mendengar teriakkan Windi, Fahmi segera berlari menuju asal suara. Kedua matanya membulat penuh melihat istri keduanya itu terduduk di lantai sambil memegang perut mengerang kesakitan.

"Windi, apa yang terjadi?" Dengan raut penuh kecemasan Fahmi berjongkok di sisi Windi, dan membantu mengelus-elus perutnya.

"Aku terpeleset Mas, itu semua gara-gara Dafa yang numpahin air minum. Mbak Jihan bukannya bantuin aku malah belain Dafa."

Penuturan Windi membuat emosi Fahmi seketika memuncak. Ia menatap Jihan tajam dengan rahang yang mengeras.

"Kalian tunggu disini, aku akan buat perhitungan pada kalian berdua!" Tukasnya kemudian segera menggendong Windi menuju kamar.

Dengan penuh perhatian dan kehati-hatian membaringkan tubuh istrinya itu di tempat tidur. "Apa sakit sekali? Sebaiknya kita ke rumah sakit aja ya, aku takut kandungan kamu kenapa-kenapa."

"Masih sakit sedikit, Mas. Gak perlu ke rumah sakit, istirahat sebentar juga pasti udah baikan kok," ucap Windi.

"Kamu yakin gak apa-apa?" Tanya Fahmi memastikan.

Windi menjawabnya dengan anggukan, tersenyum agar lebih meyakinkan.

"Ya sudah, kamu istirahat ya. Aku keluar sebentar." Dengan langkah cepat Fahmi keluar dari kamar.

Windi seketika tersenyum lebar begitu pintu kamarnya kembali tertutup, "Rasain ya kalian berdua!"

Jihan dan Dafa masih berada di tempatnya saat Fahmi kembali menghampiri mereka. Meski tatapan suaminya begitu tajam, namun Jihan sama sekali tak gentar. Hanya Dafa yang semakin ketakutan, dan semakin merapatkan wajah dipunggung sang bunda saat ayahnya datang.

"Dafa, ke sini kamu!" Panggil Fahmi dengan suara yang menggelegar.

"Dafa, Ayah bilang kesini! Kamu harus dihukum karena sudah membuat Tante Windi hampir celaka. Kamu tahu gak didalam perut Tante Windi itu ada adik kamu!"

"Mas, Dafa gak salah. Windi sendiri yang menumpahkan airnya karena gak terima Dafa mengambilkan air minum sedikit. Terus duduk dilantai seolah-olah dia terpeleset." Kilah Jihan.

Fahmi tak serta merta menelan ucapan Jihan, justru tatapannya kian tajam. "Ibu macam apa kamu? Anak kamu udah buat salah bukannya dikasih tahu malah dibela. Bagaimana kalau tadi sampai terjadi sesuatu sama kandungan Windi. Aku gak akan ampuni kalian berdua kalau anakku sampai kenapa-kenapa!"

Jihan memejamkan mata sejenak, helaan nafasnya terdengar berat. "Mas, Dafa itu juga anak kamu, dan Dafa sama sekali gak salah. Windi yang sudah mengarah cerita dan memutarbalikkan fakta."

Plakkkk...!

Satu tamparan keras mendarat di pipi Jihan, "Mas, kamu nampar aku?" Jihan menatap suaminya tak percaya, ia memegangi pipinya yang terasa memanas. Saat itu juga setetes air matanya jatuh, bukan karena rasa sakit bekas tamparan itu. Tapi hatinya yang terasa tercabik-cabik, sebab selama membangun rumah tangga bersama Fahmi ini adalah yang pertama kali suaminya itu mendaratkan tangan di pipinya, dan itu dilakukan dihadapan Dafa putra mereka.

"Aku bakal lakukan lebih dari itu kalau kamu masih berani menuduh Windi yang tidak-tidak!" Tunjuk Fahmi didepan wajah Jihan. Tak ada rasa bersalah sedikitpun setelah menampar wanita yang telah menemaninya sejak dia bukan siapa-siapa.

"Sesekali aku ingin kamu bercermin dan melihat siapa yang lebih pantas mendampingi mu, Mas. Apakah aku, orang yang bersedia hidup bersamamu dalam keadaan apapun. Atau Windi, orang yang kamu anggap menarik meski sebenarnya adalah pengganggu! Hanya karena dia, kamu sampai menampar aku dan tidak mempercayai putramu sendiri."

Kedua tangan Fahmi terkepal erat, nafasnya terdengar memburu menahan amarah. "Kalau aku tidak ingat kamu adalah ibu dari anakku, aku akan sudah menendang kamu keluar dari rumah ini!"

"Tanpa kamu suruh pun, aku akan dengan senang hati meninggalkan rumah ini Mas. Aku tidak akan membawa apapun dari rumah ini, yang aku minta jangan halangi aku membawa putraku pergi." Ucap Jihan.

Fahmi berdecih, tersenyum meremehkan Jihan. "Silahkan kamu bawa Dafa, aku ingin lihat bagaimana perempuan tidak berpendidikan seperti kamu bisa menghidupi Dafa diluar sana!"

Jihan segera mengusap air matanya yang spontan saja jatuh mendengar hinaan itu. Bibirnya terkatup rapat, membela diri pun akan percuma. Fahmi benar-benar sudah dibutakan oleh harta dan wanita.

"Sebelum aku melangkah keluar dari rumah ini. Alangkah baiknya jika Mas Fahmi juga membebaskan aku dari pernikahan kita. Aku rasa Mas Fahmi juga sudah tidak membutuhkan aku lagi sebab sudah ada Windi yang lebih segalanya dariku." Jihan menghela nafas panjang setelah mengatakan itu. Dadanya terasa sesak membayangkan pernikahan yang telah ia bangun selama lebih enam tahun bersama Fahmi harus berakhir.

"Kamu ingin cerai dariku?" Fahmi tertawa sumbang. "Baik, akan aku kabulkan. Mulai detik ini juga kamu bukanlah lagi istriku. Jihan Maharani, aku talak kamu!"

Kalimat yang menggelegar itu bagaikan petir di siang bolong. Meski terasa sangat menyakitkan, namun Jihan tidak ingin menitihkan air matanya lagi.

"Terima kasih sudah membebaskan aku, Mas. Dan juga memberikan Dafa sepenuhnya padaku." Ucap Jihan tersenyum.

Terpopuler

Comments

Eva Karmita

Eva Karmita

menangis lah Jihan anggap saja ini tangisan terakhir mu menangis rumah tangga yang sudah hancur kapalmu bersama Fahmi sudah karam karena nahkodanya sudah memilih jalur yg salah ..,, walau sangat menyakiti tapi kamu harus kuat ada Dafa yg selalu menemani mu jadi ibu yg tangguh jangan mau ditindas ikhlas kan rumahtangga yg tidak sehat , doakan saja semoga Fahmi bahagia dengan pilihannya dan semoga Fahmi cepat dapat hasil buah yang Fahmi tanam sendiri pohonnya biar karma berjalan seiring dengan waktu dan Fahmi akan menyesalinya, Alhamdulillah Jihan udah bebas dari pernikahan yg memuakkan 😍🥰💪

2024-11-14

3

harwanti unyil

harwanti unyil

jangan menangis tetap lh tegar tunjukkan padanya jika km bisa berdiri di atas kaki mu sendiri buat lh fahmi menyesal rasa sakit dn luka yg dia berikan jadi kn lh sebagai pembelajaran diri supaya km kuat dan bisa mencapai kesuksesan

2024-11-14

1

Nanik Arifin

Nanik Arifin

Merdeka !
satu beban telah lepas dr pundakmu, Ji.
eh... bukan hanya 1tapi 3. selama ini suami, ibu mertua & istri baru suamimu hanya jadi beban fisik & psikis kamu. bahkan juga jadi beban psikis putramu Dafa.
selamat ya Jihan, sekarang kamu & Dafa bebas menentukan langkah sendiri

2024-11-15

0

lihat semua
Episodes
1 BAB 1~ BAHAGIA YANG HILANG
2 BAB 2~ KAMU DIMANA, MAS?
3 BAB 3~ HAL YANG SUDAH JARANG IA SAKSIKAN
4 BAB 4~ AKAN TINGGAL BERSAMA
5 BAB 5~ APA INI BALASAN ATAS PENGABDIAN KU?
6 BAB 6~ HANYA WANITA TIDAK BERPENDIDIKAN
7 BAB 7~ GAK MAU PUNYA DUA BUNDA
8 BAB 8~ DAFA DEMAM
9 BAB 9~ GAK SEMUA IBU TIRI ITU JAHAT
10 BAB 10~ KITA PERGI AJA, BUNDA
11 BAB 11~ TERIMA KASIH SUDAH MEMBEBASKAN AKU
12 BAB 12~ TAK ADA KEJADIAN KECUALI UNTUK DIPETIK HIKMAHNYA.
13 BAB 13~ BUKAN ORANGNYA YANG AKU TANGISI TAPI PERLAKUANNYA
14 BAB 14~ INGAT MAS, KARMA TIDAK PERNAH SALAH ALAMAT!
15 BAB 15~ SAMPAI BERTEMU KEMBALI DALAM VERSI TERBAIK KITA
16 BAB 16~ DIPERTEMUKAN ORANG-ORANG BAIK
17 BAB 17~ OM DOKTER
18 BAB 18~ MERASA PRIHATIN
19 BAB 19~ LADANG BISNIS
20 BAB 20~ MENU BARU
21 BAB 21~ INGIN MEMILIKI
22 BAB 22~ JADI KAMU ORANGNYA?
23 BAB 23~ BERUSAHA DENGAN KERAS
24 BAB 24~ MEMINTANYA MENJADI TAKDIRKU
25 BAB 25~ HAKIKATNYA SAMA SAJA
26 BAB 26~ TETAP AKAN SAMA SAJA
27 BAB 27~ BERHAK BAHAGIA
28 BAB 28~ APAKAH INI ARTINYA...?
29 BAB 29~ MAS AIDAN
30 BAB 30~ JANGAN MARAH-MARAHIN BUNDA
31 BAB 31~ SABAR AI
32 BAB 32~ HIDUP UNTUK MASA DEPAN
33 BAB 33~ MEMANG SUSAH KALAU SUDAH BUCIN
34 BAB 34~ RENCANA PERNIKAHAN
35 BAB 35~ KAMU PIKIR GRATIS?
36 BAB 36~ AKAN MENCARI DAN MENAWARKAN DUA HAL
37 BAB 37~ TAMBAH CANTIK
38 BAB 38~ BENARKAH?
39 BAB 39~ TERLANJUR MENCINTAINYA
40 BAB 40~ JANGAN BIARKAN TAMU SESAAT MENGUASAI RUMAHMU
41 BAB 41~ SULIT TIDUR
42 BAB 42~ GANJARAN
43 BAB 43~ ISTRI ADALAH JANTUNG RUMAH
44 BAB 44~ MENJADI PELAYAN DI PERNIKAHAN MANTAN
45 BAB 45~ PENGHUNI BARU DI DALAM LEMARI
46 BAB 46~ IBADAH BERSAMA
47 BAB 47~ SESEORANG YANG TAK DIHARAPKAN LAGI KEHADIRANNYA
48 BAB 48~ PERNAH TIDUR BERSAMA?
49 BAB 49~ JANGAN TINGGALKAN AKU
50 BAB 50~ TAPI ... TIDAK DENGAN IBUNYA
51 BAB 51~ BUNDA KEMANA?
52 BAB 52~ KAPAN AKU BILANG BEGITU?
53 BAB 53~ SAMPEL DNA
54 BAB 54~ TUKANG KOMPOR
55 BAB 55~ HASIL DNA...
56 BAB 56~ KEBENARANNYA
57 BAB 57~ ANDAI DULU DIA TIDAK TERGODA SAMA KAMU
58 BAB 58~ SIAP LEMBUR SAMPAI PAGI
59 BAB 59~ APA KAMU BISA DATANG MENEMUI AYAH?
60 BAB 60~ JAGA PUTRIKU SATU-SATUNYA
61 BAB 61~ MENANTI ANGGOTA KELUARGA BARU
62 BAB 62~ INGAT, LAGI PUASA!
63 BAB 63~ BAHAGIANYA YANG HILANG TELAH KEMBALI
64 Janji CINTA
Episodes

Updated 64 Episodes

1
BAB 1~ BAHAGIA YANG HILANG
2
BAB 2~ KAMU DIMANA, MAS?
3
BAB 3~ HAL YANG SUDAH JARANG IA SAKSIKAN
4
BAB 4~ AKAN TINGGAL BERSAMA
5
BAB 5~ APA INI BALASAN ATAS PENGABDIAN KU?
6
BAB 6~ HANYA WANITA TIDAK BERPENDIDIKAN
7
BAB 7~ GAK MAU PUNYA DUA BUNDA
8
BAB 8~ DAFA DEMAM
9
BAB 9~ GAK SEMUA IBU TIRI ITU JAHAT
10
BAB 10~ KITA PERGI AJA, BUNDA
11
BAB 11~ TERIMA KASIH SUDAH MEMBEBASKAN AKU
12
BAB 12~ TAK ADA KEJADIAN KECUALI UNTUK DIPETIK HIKMAHNYA.
13
BAB 13~ BUKAN ORANGNYA YANG AKU TANGISI TAPI PERLAKUANNYA
14
BAB 14~ INGAT MAS, KARMA TIDAK PERNAH SALAH ALAMAT!
15
BAB 15~ SAMPAI BERTEMU KEMBALI DALAM VERSI TERBAIK KITA
16
BAB 16~ DIPERTEMUKAN ORANG-ORANG BAIK
17
BAB 17~ OM DOKTER
18
BAB 18~ MERASA PRIHATIN
19
BAB 19~ LADANG BISNIS
20
BAB 20~ MENU BARU
21
BAB 21~ INGIN MEMILIKI
22
BAB 22~ JADI KAMU ORANGNYA?
23
BAB 23~ BERUSAHA DENGAN KERAS
24
BAB 24~ MEMINTANYA MENJADI TAKDIRKU
25
BAB 25~ HAKIKATNYA SAMA SAJA
26
BAB 26~ TETAP AKAN SAMA SAJA
27
BAB 27~ BERHAK BAHAGIA
28
BAB 28~ APAKAH INI ARTINYA...?
29
BAB 29~ MAS AIDAN
30
BAB 30~ JANGAN MARAH-MARAHIN BUNDA
31
BAB 31~ SABAR AI
32
BAB 32~ HIDUP UNTUK MASA DEPAN
33
BAB 33~ MEMANG SUSAH KALAU SUDAH BUCIN
34
BAB 34~ RENCANA PERNIKAHAN
35
BAB 35~ KAMU PIKIR GRATIS?
36
BAB 36~ AKAN MENCARI DAN MENAWARKAN DUA HAL
37
BAB 37~ TAMBAH CANTIK
38
BAB 38~ BENARKAH?
39
BAB 39~ TERLANJUR MENCINTAINYA
40
BAB 40~ JANGAN BIARKAN TAMU SESAAT MENGUASAI RUMAHMU
41
BAB 41~ SULIT TIDUR
42
BAB 42~ GANJARAN
43
BAB 43~ ISTRI ADALAH JANTUNG RUMAH
44
BAB 44~ MENJADI PELAYAN DI PERNIKAHAN MANTAN
45
BAB 45~ PENGHUNI BARU DI DALAM LEMARI
46
BAB 46~ IBADAH BERSAMA
47
BAB 47~ SESEORANG YANG TAK DIHARAPKAN LAGI KEHADIRANNYA
48
BAB 48~ PERNAH TIDUR BERSAMA?
49
BAB 49~ JANGAN TINGGALKAN AKU
50
BAB 50~ TAPI ... TIDAK DENGAN IBUNYA
51
BAB 51~ BUNDA KEMANA?
52
BAB 52~ KAPAN AKU BILANG BEGITU?
53
BAB 53~ SAMPEL DNA
54
BAB 54~ TUKANG KOMPOR
55
BAB 55~ HASIL DNA...
56
BAB 56~ KEBENARANNYA
57
BAB 57~ ANDAI DULU DIA TIDAK TERGODA SAMA KAMU
58
BAB 58~ SIAP LEMBUR SAMPAI PAGI
59
BAB 59~ APA KAMU BISA DATANG MENEMUI AYAH?
60
BAB 60~ JAGA PUTRIKU SATU-SATUNYA
61
BAB 61~ MENANTI ANGGOTA KELUARGA BARU
62
BAB 62~ INGAT, LAGI PUASA!
63
BAB 63~ BAHAGIANYA YANG HILANG TELAH KEMBALI
64
Janji CINTA

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!