Pagi-pagi sekali Fahmi telah bersiap-siap untuk berangkat ke luar kota. Setelah memastikan tidak ada barang bawaannya yang tertinggal, ia pun keluar dari kamar tamu yang ditempatinya semalam bersama Windi.
Fahmi berjalan menuju dapur, mencari keberadaan Windi yang beberapa saat lalu ke dapur dan katanya ingin membuatkan sarapan untuknya sebelum pergi.
Mendengar derap langkah mendekat, Windi segera menggeser Jihan yang sedang memasak nasi goreng. Memasang badan di depan kompor seolah-olah dia yang telah memasak nasi goreng itu.
"Hem, aromanya wangi sekali. Aku jadi keroncongan," Fahmi mendekat, melingkarkan sebelah tangannya di pinggang Windi. Bahkan bibir nya nyaris saja menyentuh pipi wanita itu.
Melihat pemandangan itu, Jihan langsung membuang pandangan ke arah lain. Kedua matanya seketika berkaca-kaca, tidakkah Fahmi melihat keberadaannya, tanpa perasaan bermesraan di depan matanya.
"Nasi gorengnya sudah jadi, Mas sarapan dulu ya sebelum berangkat." Ujar Windi seraya mematikan kompor.
Ketika ia hendak menuangkan nasi goreng itu ke dalam wadah, Fahmi langsung menahan pergelangan tangannya. "Kan kamu yang udah bikin nasi gorengnya, sekarang biar Jihan yang menyajikannya." Ucapnya lalu menoleh menatap Jihan.
"Kamu tuh apa-apaan sih, kenapa diam aja di situ gak bantuin Windi? Sekarang cepat sajikan nasi gorengnya, aku harus segera berangkat!" Setelah mengatakan itu, Fahmi langsung mengajak Windi ke ruang makan.
Jihan tersenyum getir menatap kepergian suami dan madunya, lalu berpindah menatap nanar nasi goreng buatannya. Apakah sudah benar-benar hilang perasaan Fahmi terhadapnya, sampai-sampai aroma masakannya pun sudah tak dikenali oleh suaminya sendiri.
Padahal, dulu Fahmi selalu hafal aroma masakannya. Bahkan ia dan ibu mertuanya pernah membuat masakan yang sama dan meminta Fahmi untuk menebak yang mana buatannya, dan Fahmi berhasil menebaknya dengan benar.
Setelah memindahkan nasi goreng itu kedalam wadah, Jihan gegas membawanya ke ruang makan. Sekali lagi, ia disuguhi pemandangan yang yang membuat dadanya sesak. Fahmi sedang bersimpuh di hadapan Windi sambil mengelus-elus perutnya. Sedang bu Neny tersenyum menatap keduanya.
"Sayang, Papa keluar kota dulu selama beberapa hari. Kamu baik-baik ya dalam perut Mama." Fahmi pun beranjak setelah melabuhkan kecupan di perut Windi, dan duduk di samping istri keduanya itu.
"Tadi Mas bilang mau ke luar kota, kenapa Mas tidak bilang padaku?" Tanya Jihan.
"Tapi sekarang kamu udah tahu, kan?" Ujar Fahmi tanpa melihat kearah Jihan.
"Iya, tapi kan seharusnya Mas bilang sejak awal kalau mau ke... ."
"Udah, gak usah bawel!" Potong Fahmi, "Aku bilang atau enggak sama kamu, gak ada bedanya."
"Iya, Mbak. Mas Fahmi udah bilang kok sama aku, kan aku juga istrinya Mas Fahmi sekarang. Jadi sama aja, kan?" Sahut Windi sambil tersenyum.
Jihan tak lagi menanggapi, ia menghidangkan nasi goreng ke piring suaminya, tak lupa untuk ibu mertuanya juga. Hal yang selalu ia lakukan selama ini.
"Sekalian ke piring Windi juga," titah Fahmi ketika Jihan hendak meletakkan kembali wadah nasi gorengnya.
"Mas, aku hanya berkewajiban melayani Mas dan ibu. Bukan orang lain!" Ucap Jihan, melirik Windi sekilas.
"Kamu itu kenapa sih? Pagi-pagi udah mau cari gara-gara!" Fahmi menggebrak meja makan lalu berdiri. Menatap Jihan dengan tajam. "Jangan lupa kalau Windi udah jadi bagian dari anggota keluarga ini. Dia istriku!" Tekannya.
Jihan mematung, kedua matanya tak berkedip menatap suaminya. Hanya perkara ia tidak menyajikan nasi goreng ke piring Windi, Fahmi sebegitu marahnya dan lagi-lagi mengingatkan tentang status Windi.
"Lalu, aku siapa kamu, Mas?"
"Kamu? Fahmi tersenyum sinis, "Biar aku ingatkan siapa kamu. Kamu itu hanya wanita tidak berpendidikan yang aku peristri. Seharusnya, sejak dulu aku sadar bahwa kamu itu tidak layak untukku, modal cinta saja tidak cukup, Jihan. Lihatlah dirimu, bahkan setelah kita memiliki segalanya kamu masih tidak pandai merawat diri. Kamu kemana kan uang yang tiap bulan aku kasih?"
Jihan terpejam, bersamaan dengan itu air matanya jatuh, namun dengan cepat ia hapus. Diantara semua cacian yang dilontarkan Fahmi, kali ini tak hanya melukai perasaannya, tapi juga hati dan harga dirinya.
Ia bukannya tak pandai merawat diri, hanya saja karena pekerjaan rumah yang tiada habisnya membuatnya tak memiliki waktu untuk memperhatikan dirinya sendiri. Teruntuk uang bulanan, selalu ia sisihkan sebab ingat bagaimana sewaktu hidup mereka yang hanya serba pas-pasan.
"Mas, kamu sadar tidak dengan apa yang sudah kamu katakan? Aku ini Ibu dari anak kamu. Aku yang sudah menemani kamu sejak 0. Setelah semua pengorbanan dan pengabdian ku, kamu tega melontarkan kata-kata menyakitkan itu."
Bukannya tersadar, Fahmi justru tersenyum sinis mendengarnya. "Sekarang kamu merasa dirugikan, begitu? Ingat Jihan, kamu itu bukan siapa-siapa. Dulu kamu menerima aku karena sadar kamu itu gak bisa apa-apa. Hidupmu itu bergantung padaku, jadi terima saja semua yang ada. Jangan banyak protes!" Tatapannya berubah dingin.
"Selera makan ku jadi hilang gara-gara kamu," Fahmi lalu beralih menatap Windi. "Sayang, aku berangkat sekarang. Jaga diri kamu dan calon anak kita, jangan sampai terlalu kecapean." Ujarnya lalu melabuhkan kecupan, lalu berpindah menghampiri ibunya dan mencium punggung tangannya. Sementara Jihan dilalui begitu saja, tanpa dilirik sedikitpun.
"Ini semua gara-gara kamu. Lihat, Fahmi pergi tanpa sarapan dulu. Dasar istri gak tahu diri!" Hardik bu Neny, menatap tajam sambil mendorong bahu Jihan, kemudian segera menyusul Fahmi dan Windi yang sudah lebih dulu keluar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments
Dwi Rustiana
wah sungguh luar biasa otak kamu Fahmi dahlah Jihan minta sama Mak nur buat pergi dari rumah biar kelimpungan itu tiga manusia durjana
sekata2 uang dikemanain he onta kamu pikir beli kebutuhan sehari2 pake daun modelan lelaki macam gini msti ditenggelamkan ke Palung Mariana
2024-11-09
1
Ilfa Yarni
ya udah km pergi aja drpd ga punya harga diri buat apa mempertahankan laki2 seperti itu skr raih masa dpnmu dan anakmu berjuanglah suatu saat km dpt laki2 yg LBH dr Fahmi yaitu Aidan dokter lg
2024-11-09
0
yellya
keluarga durhaka ga sih mereka 😡😡😡😡
2024-11-09
0