BAB 13~ BUKAN ORANGNYA YANG AKU TANGISI TAPI PERLAKUANNYA

GAES, SORRY YA BARU BISA UPDATE. KEMARIN AKU ADA ACARA KELUARGA JADI BARU SEMPAT NULIS. 🙏🙏🙏

.

.

.

Bu Neny mendengus kesal seraya menjatuhkan sapu ke lantai, ia baru saja selesai membersihkan rumah. Hal yang rutin dilakukannya beberapa hari belakangan sejak tidak ada Jihan.

"Ini si Fahmi kapan sih nyari pembantu? Cuma ngomong aja terus tapi gak dicariin! Baru nyapu aja tanganku udah terasa keram, belum lagi cucian piring numpuk gitu di dapur!" Gerutunya, lalu segera menuju kamar Windi.

"Windi," panggilnya sembari mengetuk pintu kamar.

Tak berapa lama kemudian Windi pun membukakan pintu kamarnya, "Kenapa, Bu?" Tanyanya, ekspresi wajahnya terlihat sedikit kesal, sebab ia sedang rebahan menonton televisi saat ibu mertuanya mengetuk pintu kamarnya dengan cukup keras.

"Windi, kamu jangan di kamar terus dong. Ayo bantuin Ibu, itu di dapur cucian piring numpuk. Ibu capek bersih-bersih rumah." Keluh bu Neny dengan memasang wajah memelas.

"Aduh, Bu. Bukannya aku gak mau bantuin, tapi kan Ibu tahu sendiri kalau Mas Fahmi ngelarang aku mengerjakan pekerjaan rumah. Aku gak boleh kecapean, Bu, nanti bisa beresiko sama kandungan aku. Ibu sabar aja dulu, kalau sudah sempat Mas Fahmi pasti cari pembantu, kok." Ucap Windi.

"Windi, justru Ibu hamil itu bagus banyak gerak, biar gak seret kalau lahiran nanti. Lagian cuma cuci piring aja, kok. Gak bakal buat kamu kecapean banget,"

Windi menghela nafas sembari menatap kearah lain, "Iya Bu, aku cuci piring." Ujarnya, kemudian lekas menuju dapur. Sementara bu Neny pergi ke kamarnya untuk beristirahat.

Begitu sampai di dapur, ia menghentakkan kakinya kesal begitu melihat tak hanya cucian piring yang menumpuk, tapi dapur juga terlihat berantakan.

"Enggak enggak, aku gak bisa ngerjain ini semua." Windi mengeluarkan ponsel dari saku bajunya lalu segera menghubungi Fahmi.

Tak membutuhkan waktu lama, sambungan teleponnya pun terhubung.

"Halo Sayang," ucap Fahmi.

"Mas, aku ganggu, gak?" Tanya Windi.

"Enggak sih, ini kebetulan aku baru aja keluar dari ruang meeting sama Pak Vano. Ada apa, tumben nelpon jam segini?"

"Kapan sih, Mas Fahmi nyari pembantu? Aku capek tahu, semenjak gak ada Mbak Jihan jadi aku yang ngerjain semua pekerjaan rumah. Ini cucian piring numpuk, dapur juga berantakan, aku mau beresin tapi badannya aku rasanya lemas, Mas." Ujar Windi, dengan suara yang dibuat-buat terdengar lemah.

"Loh, aku kan sudah bilang sama Ibu untuk mengerjakan itu sementara. Nanti kalau aku udah gak sibuk lagi bakal langsung ke yayasan penyedia jasa asisten rumah tangga." Ucap Fahmi.

"Tapi nyatanya aku yang ngerjain semuanya, Mas. Aku baru udah nyapu aja pinggangku terasa pegal, apalagi kalau aku harus mengerjakan yang lainnya juga. Ini aja aku belum makan, Mas. Tadi Ibu cuma bikin makanan untuk dia sendiri aja, gak buatin untuk aku juga."

Di sana, Fahmi mengurut batang hidungnya sembari membuang nafas kasar. "Ya ampun, Ibu!" Gumamnya kesal. Padahal ia sudah meminta ibunya untuk mengambil alih pekerjaan rumah selagi ia belum mendapatkan asisten rumah tangga. Dan meminta sang ibu untuk memperhatikan kebutuhan istrinya, bukan malah menyuruh mengerjakan pekerjaan rumah.

"Udah udah gak usah kamu kerjakan, biarin aja semuanya kayak gitu. Sekarang kamu siap-siap, sebentar lagi aku akan jemput kamu. Kita makan siang di luar," ujar Fahmi lalu menutup sambungan telponnya.

Windi seketika bersorak senang, ia langsung menuju kamarnya dengan langkah riang. Setelah selesai bersiap-siap, ia duduk manis di sofa yang berhadapan langsung dengan jendela. Dari situ ia bisa melihat kedatangan suaminya.

Tak berselang lama, suara klakson mobil Fahmi pun terdengar. Windi segera mengubah posisi yang semula duduk santai itu, merentangkan kedua kakinya selonjoran sambil memijat mijat pelan betisnya.

Setelah memarkirkan mobilnya, Fahmi bergegas turun dan langsung melangkah cepat memasuki rumah. Saat menuju kamarnya, panggilan sang ibu menghentikan langkahnya.

"Fahmi," Bu Neny yang hendak ke dapur itu, lekas menghampiri putranya. "Jam segini kamu kok sudah pulang?" Tanyanya.

Fahmi tak langsung menjawab, ia menghela nafas sembari berdecak pelan. "Aku pulang untuk jemput Windi makan siang di luar. Ibu kenapa sih, tega banget bikin makanan sendirian dan gak buatin untuk Windi juga? Malah menyuruhnya mengerjakan pekerjaan rumah, padahal aku sudah minta tolong sama Ibu untuk mengerjakannya sementara aku belum mendapatkan asisten rumah tangga. Windi lagi hamil, Bu, dia gak boleh kecapean!"

Ekspresi wajah bu Neny seketika berubah, keningnya berkerut tipis mendengar ucapan putranya, "Fahmi, kamu jangan mengada-ada ya. Dari pagi Ibu yang membersihkan rumah, dan Ibu cuma tolong sama Windi untuk cuci piring, pekerjaan yang gak menguras banyak tenaga. Dan asal kamu juga tahu, ibu baru aja mau ke dapur buat makanan. Dari pagi Ibu juga belum makan Fahmi!"

"Jadi, Ibu mau bilang kalau Windi yang mengada-ada, begitu?" Ujar Fahmi.

"Jadi Windi yang bilang begitu sama kamu?" Tanya bu Neny.

"Iya, makanya aku pulang mau jemput dia untuk makan siang di luar," jawab Fahmi, tatapannya sedikit tajam. "Aku kecewa sama Ibu!" Ucapnya lalu bergegas menuju kamarnya, dan mendapati Windi sedang memijat kakinya sendiri. Ia langsung berjongkok di hadapan istrinya itu dan membantu memijatkan. "Kakinya pegal ya? Ini pasti karena kamu kecapean."

"Iya nih, Mas, pegal kakiku."

"Ibu benar-benar keterlaluan, bisa-bisanya memperlakukan kamu seperti ini." Fahmi berdecak kesal, "Udah siap, kan? Kita pergi sekarang."

"Iya, Mas. Aku juga udah laper nih."

Fahmi lalu merangkul istrinya keluar dari kamar, dan mendapati bu Neny telah berdiri di depan pintu.

"Windi, kenapa kamu bilang sama Fahmi kalau Ibu menyuruh kamu... ."

"Udah, Bu!" Potong Fahmi, helaan nafasnya terdengar memburu. Sorot matanya tersirat kekecewaan terhadap ibunya. "Gak usah mencoba melakukan pembelaan, dan aku juga gak ada waktu dengerin celotehan Ibu. Sekarang Windi lapar, Bu. Aku harus segera bawa dia makan di luar," ujar Fahmi, kemudian kembali merangkul istrinya pergi.

Bu Neny menatap kepergian keduanya dengan mata berkaca-kaca. Anak menantunya ingin pergi makan siang di luar, sementara ia sendiri juga belum makan sejak pagi. Dan yang lebih membuatnya tak menyangka, bisa-bisanya Windi mengadukannya yang tidak-tidak pada putranya sendiri.

.

.

.

"Mbak Jihan, tolong antarkan ini ke meja nomor 11 ya. Aku kebelet banget, Mbak." Pinta salah seorang pelayan restoran seraya memberikan nampan berisi makanan pada Jihan.

"Siap, Mbak." Ucap Jihan antusias. Ia pun langsung menuju meja nomor 11 dengan penuh semangat. Ia tak pernah mengeluh meski beberapa temannya sesama pelayan sering menyuruhnya ini dan itu. Diterima bekerja tanpa persyaratan yang sulit saja, ia sudah sangat bersyukur.

Begitu sampai di meja nomor 11, jihan seketika mematung saat melihat ternyata Fahmi dan Windi yang berada di sana.

"Oh, sudah dapat pekerjaan kamu rupanya." Fahmi tersenyum sinis sembari menatap remeh seragam yang dikenakan Jihan. "Pelayan!" Ucapnya.

Jihan menahan nafas, sebisanya ia menahan agar air matanya tidak jatuh. Padahal, ia sudah memantapkan hati untuk berpisah, tapi entah kenapa rasanya masih saja sakit.

"Silahkan dinikmati hidangannya," ucapnya seraya meletakkan makanan di meja. Berusaha mengabaikan mereka yang menatapnya remeh. Setelahnya ia pun bergegas pergi bersamaan dengan setetes air matanya yang jatuh.

'Ya Allah, sebenarnya bukan orangnya yang aku tangisi, tapi perlakuannya. Selama ini aku sangat tulus mendampinginya, tapi kenapa aku diperlakukan seperti ini. Ternyata benar, siapa yang mencintai paling dalam maka dialah yang paling berantakan. Siapa yang terlalu sayang, maka dialah yang akan terbuang.'

Terpopuler

Comments

Puji Ustariana

Puji Ustariana

kata" yang bagus siapa yang mencintai terdalam maka dia yang akan berantakan dan siapa yang sayang paling dalam makanya dia yang terbuang ( bagus author kata" mutiara yang bagus ) berati cinta dan sayang kita terhadap orang janganlah terlalu dalam hanya kepada Allah lah cinta dan sayang kita yang dalam

2025-01-25

1

Yeni Astriani

Yeni Astriani

sabar aja jihan nanti juga fahmi dan windy bakalan dpt karmanya dn suatu saat nanti fahmi yg bkl ngemis cinta padamu tp hatimu sudah milik pria lain yg jauh diatas fahmi dlm segala hal

2024-11-19

0

Ilfa Yarni

Ilfa Yarni

skr Bu Neny udah merasakan gmn rasanya punya mantu seperti weny yg dulu dia banggakan kena batunya km dan nanti jg Fahmi yg akan menyesal dan ingin kembali PD Jihan to itu sudah terlambat

2024-11-18

0

lihat semua
Episodes
1 BAB 1~ BAHAGIA YANG HILANG
2 BAB 2~ KAMU DIMANA, MAS?
3 BAB 3~ HAL YANG SUDAH JARANG IA SAKSIKAN
4 BAB 4~ AKAN TINGGAL BERSAMA
5 BAB 5~ APA INI BALASAN ATAS PENGABDIAN KU?
6 BAB 6~ HANYA WANITA TIDAK BERPENDIDIKAN
7 BAB 7~ GAK MAU PUNYA DUA BUNDA
8 BAB 8~ DAFA DEMAM
9 BAB 9~ GAK SEMUA IBU TIRI ITU JAHAT
10 BAB 10~ KITA PERGI AJA, BUNDA
11 BAB 11~ TERIMA KASIH SUDAH MEMBEBASKAN AKU
12 BAB 12~ TAK ADA KEJADIAN KECUALI UNTUK DIPETIK HIKMAHNYA.
13 BAB 13~ BUKAN ORANGNYA YANG AKU TANGISI TAPI PERLAKUANNYA
14 BAB 14~ INGAT MAS, KARMA TIDAK PERNAH SALAH ALAMAT!
15 BAB 15~ SAMPAI BERTEMU KEMBALI DALAM VERSI TERBAIK KITA
16 BAB 16~ DIPERTEMUKAN ORANG-ORANG BAIK
17 BAB 17~ OM DOKTER
18 BAB 18~ MERASA PRIHATIN
19 BAB 19~ LADANG BISNIS
20 BAB 20~ MENU BARU
21 BAB 21~ INGIN MEMILIKI
22 BAB 22~ JADI KAMU ORANGNYA?
23 BAB 23~ BERUSAHA DENGAN KERAS
24 BAB 24~ MEMINTANYA MENJADI TAKDIRKU
25 BAB 25~ HAKIKATNYA SAMA SAJA
26 BAB 26~ TETAP AKAN SAMA SAJA
27 BAB 27~ BERHAK BAHAGIA
28 BAB 28~ APAKAH INI ARTINYA...?
29 BAB 29~ MAS AIDAN
30 BAB 30~ JANGAN MARAH-MARAHIN BUNDA
31 BAB 31~ SABAR AI
32 BAB 32~ HIDUP UNTUK MASA DEPAN
33 BAB 33~ MEMANG SUSAH KALAU SUDAH BUCIN
34 BAB 34~ RENCANA PERNIKAHAN
35 BAB 35~ KAMU PIKIR GRATIS?
36 BAB 36~ AKAN MENCARI DAN MENAWARKAN DUA HAL
37 BAB 37~ TAMBAH CANTIK
38 BAB 38~ BENARKAH?
39 BAB 39~ TERLANJUR MENCINTAINYA
40 BAB 40~ JANGAN BIARKAN TAMU SESAAT MENGUASAI RUMAHMU
41 BAB 41~ SULIT TIDUR
42 BAB 42~ GANJARAN
43 BAB 43~ ISTRI ADALAH JANTUNG RUMAH
44 BAB 44~ MENJADI PELAYAN DI PERNIKAHAN MANTAN
45 BAB 45~ PENGHUNI BARU DI DALAM LEMARI
46 BAB 46~ IBADAH BERSAMA
47 BAB 47~ SESEORANG YANG TAK DIHARAPKAN LAGI KEHADIRANNYA
48 BAB 48~ PERNAH TIDUR BERSAMA?
49 BAB 49~ JANGAN TINGGALKAN AKU
50 BAB 50~ TAPI ... TIDAK DENGAN IBUNYA
51 BAB 51~ BUNDA KEMANA?
52 BAB 52~ KAPAN AKU BILANG BEGITU?
53 BAB 53~ SAMPEL DNA
54 BAB 54~ TUKANG KOMPOR
55 BAB 55~ HASIL DNA...
56 BAB 56~ KEBENARANNYA
57 BAB 57~ ANDAI DULU DIA TIDAK TERGODA SAMA KAMU
58 BAB 58~ SIAP LEMBUR SAMPAI PAGI
59 BAB 59~ APA KAMU BISA DATANG MENEMUI AYAH?
60 BAB 60~ JAGA PUTRIKU SATU-SATUNYA
61 BAB 61~ MENANTI ANGGOTA KELUARGA BARU
62 BAB 62~ INGAT, LAGI PUASA!
63 BAB 63~ BAHAGIANYA YANG HILANG TELAH KEMBALI
64 Janji CINTA
Episodes

Updated 64 Episodes

1
BAB 1~ BAHAGIA YANG HILANG
2
BAB 2~ KAMU DIMANA, MAS?
3
BAB 3~ HAL YANG SUDAH JARANG IA SAKSIKAN
4
BAB 4~ AKAN TINGGAL BERSAMA
5
BAB 5~ APA INI BALASAN ATAS PENGABDIAN KU?
6
BAB 6~ HANYA WANITA TIDAK BERPENDIDIKAN
7
BAB 7~ GAK MAU PUNYA DUA BUNDA
8
BAB 8~ DAFA DEMAM
9
BAB 9~ GAK SEMUA IBU TIRI ITU JAHAT
10
BAB 10~ KITA PERGI AJA, BUNDA
11
BAB 11~ TERIMA KASIH SUDAH MEMBEBASKAN AKU
12
BAB 12~ TAK ADA KEJADIAN KECUALI UNTUK DIPETIK HIKMAHNYA.
13
BAB 13~ BUKAN ORANGNYA YANG AKU TANGISI TAPI PERLAKUANNYA
14
BAB 14~ INGAT MAS, KARMA TIDAK PERNAH SALAH ALAMAT!
15
BAB 15~ SAMPAI BERTEMU KEMBALI DALAM VERSI TERBAIK KITA
16
BAB 16~ DIPERTEMUKAN ORANG-ORANG BAIK
17
BAB 17~ OM DOKTER
18
BAB 18~ MERASA PRIHATIN
19
BAB 19~ LADANG BISNIS
20
BAB 20~ MENU BARU
21
BAB 21~ INGIN MEMILIKI
22
BAB 22~ JADI KAMU ORANGNYA?
23
BAB 23~ BERUSAHA DENGAN KERAS
24
BAB 24~ MEMINTANYA MENJADI TAKDIRKU
25
BAB 25~ HAKIKATNYA SAMA SAJA
26
BAB 26~ TETAP AKAN SAMA SAJA
27
BAB 27~ BERHAK BAHAGIA
28
BAB 28~ APAKAH INI ARTINYA...?
29
BAB 29~ MAS AIDAN
30
BAB 30~ JANGAN MARAH-MARAHIN BUNDA
31
BAB 31~ SABAR AI
32
BAB 32~ HIDUP UNTUK MASA DEPAN
33
BAB 33~ MEMANG SUSAH KALAU SUDAH BUCIN
34
BAB 34~ RENCANA PERNIKAHAN
35
BAB 35~ KAMU PIKIR GRATIS?
36
BAB 36~ AKAN MENCARI DAN MENAWARKAN DUA HAL
37
BAB 37~ TAMBAH CANTIK
38
BAB 38~ BENARKAH?
39
BAB 39~ TERLANJUR MENCINTAINYA
40
BAB 40~ JANGAN BIARKAN TAMU SESAAT MENGUASAI RUMAHMU
41
BAB 41~ SULIT TIDUR
42
BAB 42~ GANJARAN
43
BAB 43~ ISTRI ADALAH JANTUNG RUMAH
44
BAB 44~ MENJADI PELAYAN DI PERNIKAHAN MANTAN
45
BAB 45~ PENGHUNI BARU DI DALAM LEMARI
46
BAB 46~ IBADAH BERSAMA
47
BAB 47~ SESEORANG YANG TAK DIHARAPKAN LAGI KEHADIRANNYA
48
BAB 48~ PERNAH TIDUR BERSAMA?
49
BAB 49~ JANGAN TINGGALKAN AKU
50
BAB 50~ TAPI ... TIDAK DENGAN IBUNYA
51
BAB 51~ BUNDA KEMANA?
52
BAB 52~ KAPAN AKU BILANG BEGITU?
53
BAB 53~ SAMPEL DNA
54
BAB 54~ TUKANG KOMPOR
55
BAB 55~ HASIL DNA...
56
BAB 56~ KEBENARANNYA
57
BAB 57~ ANDAI DULU DIA TIDAK TERGODA SAMA KAMU
58
BAB 58~ SIAP LEMBUR SAMPAI PAGI
59
BAB 59~ APA KAMU BISA DATANG MENEMUI AYAH?
60
BAB 60~ JAGA PUTRIKU SATU-SATUNYA
61
BAB 61~ MENANTI ANGGOTA KELUARGA BARU
62
BAB 62~ INGAT, LAGI PUASA!
63
BAB 63~ BAHAGIANYA YANG HILANG TELAH KEMBALI
64
Janji CINTA

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!