Bab 17 - Tidak tahan

Naomi mengerjabkan matanya berulang kali saat merasakan sinar matahari mengenai wajahnya. Lenguhan kecil keluar dari bibirnya, selimut yang membungkusnya terasa begitu nyaman.

Dia buru-buru membuka matanya dengan lebar saat sadar jika selimut yang biasa ia gunakan tidak sehalus ini. Yang pertama kali ia lihat adalah langit-langit kamar yang berbeda dengan kamar yang ia tampati.

Naomi segera menoleh ke samping dan langsung mendapati Gama yang masih tertidur dengan tengkurap. Punggung lebarnya yang tidak terbungkus apapun terpampang nyata di depannya.

"Apa yang sudah aku lakukan," gumamnya dengan memukul pelan kepalanya beberapa kali.

Dia membuka selimutnya dan menghembuskan napas lega, pakaian yang ia kenakan masih lengkap tanpa kurang satu helai pun.

Dengan sangat pelan ia menyibak selimut dan turun dari atas kasur. Dia menoleh ke arah jam yang sudah menunjukkan pukul 06.45 pagi. Tanpa babibu ia segera keluar dari kamar Gama dan kembali ke kamarnya untuk mandi.

Untung saja saat menuju kamarnya dia tidak bertemu dengan pelayan satupun, dan yang lebih penting Tuan Bara belum turun untuk sarapan.

Dia mengingat jelas kejadian semalam, kejadian di mana dia sampai tidur satu ranjang dengan tuan mudanya.

FLASHBACK ON

Rasa panas ditubuh Gama semakin menjalar. Di bawah sana, miliknya yang paling berharga perlahan mulai membesar. Apalagi dengan Hana yang masih duduk di pangkuannya dan menggerakkan bokongnya.

"Sudah seperti ini kenapa masih menolak?" pancing Hana. Jemarinya masih bermain-main di atas dada Gama membentuk pola abstrak.

"Shhht!" Gama mendesis karena sentuhan di tubuhnya, dia membutuhkan lebih dari ini.

Dengan akal sehat yang masih sisa separuh, Gama mengangkat dan menggendong Hana.

"Sayang, akhirnya kita akan bersenang-senang," ucap Hana dengan senyum merekah.

Tapi sepertinya tidak begitu, bukannya menuju kasur, Gama justru berjalan ke arah pintu kamarnya. "Kenapa ke sini? Kasurnya di sana sayang," kata Hana dengan ekspresi bingung.

Setelah berhasil membuka pintu dengan Hana yang masih berada di gendongannya, Gama keluar dari kamarnya. "Oh! Kau ingin bermain di ruang kerja? Aku tidak akan menolaknya."

Hana masih terus mengoceh tanpa tau apa yang akan terjadi padanya. Sedangkan Gama berusaha mati-matian menahan hasratnya.

"Bayu! Bayu!" teriak Gama. Pria itu menggendong Hana menuruni tangga, dan berteriak memanggil pengawalnya.

"Kau akan membawaku kemana?!! Ayo kita ke kamar! Aku tau kau sudah tidak kuat!" pekik Hana.

Gama sama sekali tidak menghiraukan Hana. Tak lama kemudian, pengawal Gama datang dengan wajah sangarnya. "Ada yang bisa saya bantu, Tuan?" tanyanya.

Saat itu juga, Gama menurunkan Hana dan mendorongnya ke arah Bayu. "Bawa dia ke kamarnya, kunci kamar dari luar. Jangan biarkan dia keluar kamar malam ini!" perintahnya.

"Apa-apaan ini! Kau butuh pertolongan! Aku sudah di depan matamu dan siap membantu kenapa kau memperlakukanku sepeti ini?"

Hana yang hendak meraih tangan Gama sudah terlebih dahulu di cekal oleh pengawal. "Mari saya antar ke kamar."

"Tidak!! Aku tidak akan kembali ke kamar!!" tolak Hana dengan kasar.

Gama memberikan isyarat lewat mata kepada Bayu, mengerti dengan tatapan itu, Bayu menarik kasar Hana untuk di bawa ke paviliun, tempat di mana kamarnya berada.

"GAMA!! Aku bisa membantumu Gama! Apa yang akan kau lakukan tanpaku!!" teriak Hana tak tau malu.

Tubuh Gama semakin terbakar api gairah, keringat memenuhi pelipisnya, begitupun dengan napasnya yang tak beraturan. Dia harus segera menyelesaikan ini.

Hana sudah tidak terlihat batang hidungnya, meskipun teriakannya masih terdengar. Gama kembali menaiki tangga untuk menuju kamarnya.

"Mas?"

Langkah Gama berhenti saat suara familiar memasuki gendang telinganya. Dia berhenti di tengah-tengah tangga dan menoleh.

Melihat Gama yang terlihat tidak baik-baik saja, Naomi hendak mendekati Gama. Tapi pria itu lebih dulu menghentikannya. "Berhenti!"

Kaki Naomi yang sudah berpijak di atas tangga di tarik kembali. "Berhenti di situ. Jangan mendekat!" peringat Gama.

"Aku ingin memeriksamu, Mas! Kata Mbak Hana kamu butuh pertolongan!"

Gama menggeleng kuat, "Aku bisa menangani ini sendiri, kau kembali ke kamarmu!"

Rasa sesak itu semakin menjadi, apalagi saat melihat wajah Naomi yang terlihat khawatir, membuat Gama semakin menggebu-gebu. Bayangan adegan-adegan erotis antara dirinya dan Naomi berputar-putar di otaknya.

Tanpa menghiraukan Naomi, Gama melanjutkan langkahnya dengan sedikit berlari. Naomi yang tidak tau menahu di rundung rasa khawatir yang sangat dalam.

Setelah Gama berhasil masuk ke kamarnya, dia melepas celana dan dalamannya hingga telanjang. Dia masuk ke dalam kamar mandi dan menyalakan shower dengan air dingin yang mengucur dengan deras.

"Hah! Hah! Hah!"

Napasnya semakin berat, dengan guyuran air dingin dari shower dan tangan yang bermain di bawah sana, Gama mencoba menghilangkan pengaruh obat perangsang tersebut. Meskipun hilangnya akan lama jika hanya dengan bermain solo.

Di depan kamar Gama, Naomi berdiri dengan membawa baskom dan kain kecil, sepertinya tuan mudanya terserang demam karena dia melihat keringat yang sangat banyak di dahi dan pelipis Gama.

"Mas, aku masuk!" ucapanya dan langsung membuka pintu untuk masuk ke dalam.

Naomi di buat bingung karena kamar dalam keadaan kosong, tapi dia bisa mendengar suara air dari kamar mandi.

Tok! Tok!

"Mas! Kamu baik-baik aja, kan?" teriaknya di depan pintu kamar mandi.

Gama yang mendengar suara itu semakin dibuat tak berdaya. Sungguh! Dia ingin menerkam Naomi saat ini juga, tapi dia tidak ingin Naomi menjauhinya jika dia nekat. Naomi tidak seperti wanita lain yang menyerahkan tubuhnya.

Di juga lupa kapan terakhir kali bermain ranjang dengan wanita di luaran sana. Karena saat ini fokusnya hanya pada Naomi.

"Mas!"

Naomi terus memanggil karena tidak ada jawaban dari dalam, percikan air shower juga belum berhenti.

15 menit berlalu, sudah tidak ada lagi air shower yang terdengar. Tapi sampai satu jam lamanya, Gama masih betah di dalam sana. Naomi mengira Gama sedang berendam di bathup, tapi yang tidak diketahui wanita itu adalah, Gama berusaha mati-matian menahan desahannya, karena yang dia desahkan adalah nama Naomi.

30 menit kemudian, Gama keluar dari kamar mandi. Napasnya masih belum teratur, dia pikir Naomi sudah tidak ada di kamarnya, tapi nyatanya wanita itu duduk di sofa dengan menahan kantuk. Wajar saja, sekarang hampir jam 11 malam.

"Kenapa tidak kembali ke kamarmu?" ucapnya yang membuat Naomi berjingkat kaget dan membuka matanya lebar.

"Aku nunggu Mas Gama. Mas baik-baik aja kan?"

Meskipun dia sudah bisa mengendalikan dirinya lagi, bukan berarti gairah yang ia rasakan hilang sepenuhnya.

"Aku baik," bohongnya. Dia tidak mungkin menceritakan apa yang terjadi padanya.

Naomi akhirnya bisa bernapas tenang, "Kalau gitu aku balik kamarku ya, aku cuma mau mastiin Mas Gama baik-baik aja."

Gama menatap lekat Naomi, "Kau sudah sangat mengantuk, lebih baik tidur di kamarku saja," ucapnya.

"Ta-Tapi---"

"Hanya malam ini saja," sela Gama.

Akhirnya, malam itu Naomi tidur di atas kasur yang sama dengan Gama. Setelah mendapatkan ijin dari sang pemilik tubuh, Gama memeluk Naomi sepanjang malam.

FLASHBACK OFF

Jangan berpikiran yang macam-macam dulu, belum saatnya mereka berbagi peluh bersama. Perjalanan mereka masih panjang, mari nikmati setiap momen kebersamaan mereka selagi masih bisa.

Bersambung

Terimakasih sudah membaca 🤗

Episodes
1 Bab 1 - Suami yang tega menjual istrinya sendiri
2 Bab 2 - Kediaman Bara Maharaja
3 Bab 3 - Tuan Muda Maharaja
4 Bab 4 - Teh Chamomile
5 Bab 5 - Kolam renang
6 Bab 6 - Pelajaran untuk Clara
7 Bab 7 - Kamar Gama
8 Bab 8 - Jam tangan
9 Bab 9 - Secangkir teh dan obrolan tengah malam
10 Bab 10 - Sifat asli
11 Bab 11 - Makan malam dan taman
12 Bab 12 - Pertemuan
13 Bab 13 - Pertikaian
14 Bab 14 - Tamu
15 Bab 15 - Sebuah ungkapan
16 Bab 16 - Teh Chamomile 2
17 Bab 17 - Tidak tahan
18 Bab 18 - Ajakan ke kantor
19 Bab 19 - Kekeliruan
20 Bab 20 - Baikan
21 Bab 21 - Sakit
22 Bab 22 - Kantor
23 Bab 23 - Kejadian di ruangan Gama
24 Bab 24 - Tidur di kamar yang sama
25 Bab 25 - Cerita masa lalu dan panggilan video
26 Bab 26 - Keraguan yang mendalam
27 Bab 27 - "Kau percaya aku menyukaimu?"
28 Bab 28 - Datangnya pelayan baru
29 Bab 29 - "Hanya ingin"
30 Bab 30 - Mas dan Adek
31 Bab 31 - "Dia kekasih saya"
32 Bab 32 - Trending 1
33 Bab 33 - Ungkapan yang tidak direncanakan
34 Bab 34 - Terlalu takut
35 Bab 35 - Memikirkan apa yang perlu dipikirkan
36 Bab 36 - Sebuah penawaran
37 Bab 37 - Apa yang akan kau lakukan untuk melindungiku?
38 Bab 38 - Penjelasan tentang Kakak dan Adik
39 Bab 39 - "Demi kebaikan kita"
40 Bab 40 - Sama-sama gila
41 Bab 41 - Taman Bermain
42 Bab 42 - Kisah lama yang terulang kembali
43 Bab 43 - Hadiah : Semoga kau selalu mengingatku
44 Bab 44 - Tempat baru
45 Bab 45 - Perubahan
46 Bab 46 - Bertemu
47 Bab 47 - Mengikis rasa "dingin"
48 Bab 48 - Tidak ada yang perlu ditakutkan
49 Bab 49 - Lega
50 Bab 50 - Mari hidup dengan bahagia
51 Bab 51 - Terima kasih sudah menerimaku dengan baik
52 Bab 52 - Berita hangat
53 Bab 53 - H-1 Pernikahan
54 Bab 54 - Semuanya akan baik-baik saja
55 Bab 55 - SAH
56 Bab 56 - Melayang di atas awan
57 Bab 57 - Honeymoon
58 Bab 58 - Oleh-oleh
59 Bab 59 - Layaknya kucing yang diberikan ikan asin
60 Bab 60 - Pemeriksaan
61 Bab 61 - Kebahagiaan itu nyata (END)
62 Cerita baru - Bukan pilihan gila
Episodes

Updated 62 Episodes

1
Bab 1 - Suami yang tega menjual istrinya sendiri
2
Bab 2 - Kediaman Bara Maharaja
3
Bab 3 - Tuan Muda Maharaja
4
Bab 4 - Teh Chamomile
5
Bab 5 - Kolam renang
6
Bab 6 - Pelajaran untuk Clara
7
Bab 7 - Kamar Gama
8
Bab 8 - Jam tangan
9
Bab 9 - Secangkir teh dan obrolan tengah malam
10
Bab 10 - Sifat asli
11
Bab 11 - Makan malam dan taman
12
Bab 12 - Pertemuan
13
Bab 13 - Pertikaian
14
Bab 14 - Tamu
15
Bab 15 - Sebuah ungkapan
16
Bab 16 - Teh Chamomile 2
17
Bab 17 - Tidak tahan
18
Bab 18 - Ajakan ke kantor
19
Bab 19 - Kekeliruan
20
Bab 20 - Baikan
21
Bab 21 - Sakit
22
Bab 22 - Kantor
23
Bab 23 - Kejadian di ruangan Gama
24
Bab 24 - Tidur di kamar yang sama
25
Bab 25 - Cerita masa lalu dan panggilan video
26
Bab 26 - Keraguan yang mendalam
27
Bab 27 - "Kau percaya aku menyukaimu?"
28
Bab 28 - Datangnya pelayan baru
29
Bab 29 - "Hanya ingin"
30
Bab 30 - Mas dan Adek
31
Bab 31 - "Dia kekasih saya"
32
Bab 32 - Trending 1
33
Bab 33 - Ungkapan yang tidak direncanakan
34
Bab 34 - Terlalu takut
35
Bab 35 - Memikirkan apa yang perlu dipikirkan
36
Bab 36 - Sebuah penawaran
37
Bab 37 - Apa yang akan kau lakukan untuk melindungiku?
38
Bab 38 - Penjelasan tentang Kakak dan Adik
39
Bab 39 - "Demi kebaikan kita"
40
Bab 40 - Sama-sama gila
41
Bab 41 - Taman Bermain
42
Bab 42 - Kisah lama yang terulang kembali
43
Bab 43 - Hadiah : Semoga kau selalu mengingatku
44
Bab 44 - Tempat baru
45
Bab 45 - Perubahan
46
Bab 46 - Bertemu
47
Bab 47 - Mengikis rasa "dingin"
48
Bab 48 - Tidak ada yang perlu ditakutkan
49
Bab 49 - Lega
50
Bab 50 - Mari hidup dengan bahagia
51
Bab 51 - Terima kasih sudah menerimaku dengan baik
52
Bab 52 - Berita hangat
53
Bab 53 - H-1 Pernikahan
54
Bab 54 - Semuanya akan baik-baik saja
55
Bab 55 - SAH
56
Bab 56 - Melayang di atas awan
57
Bab 57 - Honeymoon
58
Bab 58 - Oleh-oleh
59
Bab 59 - Layaknya kucing yang diberikan ikan asin
60
Bab 60 - Pemeriksaan
61
Bab 61 - Kebahagiaan itu nyata (END)
62
Cerita baru - Bukan pilihan gila

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!