Bab 8 - Jam tangan

Masih tersisa 4 tahun 9 bulan, terasa lama jika ditunggu. Selama 3 bulan bekerja untuk keluarga Maharaja, entah berapa banyak gangguan-gangguan dari pelayan lain untuknya.

Surat perceraian sudah keluar seminggu yang lalu, dia sudah resmi menyandang gelar sebagai janda muda. Gama lah yang membantunya mengurus semuanya, entah sejak kepan dia mulai dekat dengan tuan mudanya itu.

Gama baru saja pulang dari kantor saat jam menunjukkan pukul 11 malam, pria itu tidak langsung masuk ke dalam kamar, tetapi langkah kakinya menuju kamar Naomi.

Tok! Tok! Tok! Dia mengetuk pintu kayu itu dengan pelan.

Tok! Tok!

Naomi yang sudah masuk ke alam mimpi terperanjat seketika. Dengan mata yang terbuka setengah, ia mencoba melihat jam yang menggantung di atas dinding.

Siapa yang mengetuk pintunya selarut ini?

Tok! Tok! Tok!

Naomi berdiri dan menuju pintu, awas saja jika itu salah satu pelayan yang sedang mengerjainya.

Ceklek!

Pintu ia buka setengah, kepalanya ia julurkan keluar terlebih dulu. Saat melihat siapa yang berada di depan pintunya ia segera membuka pintu itu dengan lebar.

"Apa kau sudah tidur?"

Jika bukan tuan mudanya, mungkin ia sudah melemparkan sandalnya saat itu juga. Bayangkan saja, dia baru saja bermimpi berlibur ke Jerman tetapi harus berhenti di tengah jalan karena suara ketukan pintu.

"Iya, Tuan. Ada yang bisa saya bantu?" jawabnya dengan setengah mengantuk.

"Tolong buatkan aku teh chamomile dan temani aku meminumnya" pinta Gama tanpa rasa bersalah di wajahnya.

Sebagai pelayan yang baik dan patuh, Naomi mengangguk dan menutup pintu kamarnya untuk membuat apa yang diminta tuan mudanya.

"Aku akan mandi sebentar," ucap Gama dan naik menuju kamarnya.

Sepertinya pria itu sedang banyak pikiran, karena tidak biasanya ia akan membangunkan pelayannya hanya untuk membuatkan teh.

Sepanjang tangannya menyeduh teh, mulut Naomi terus saja menguap. Dia bawa secangkir teh tersebut ke atas meja makan.

Dia menarik salah satu kursi dan menaruh kepalanya di atas meja dengan tangan sebagai bantalan. Matanya terasa sangat berat.

20 menit kemudian, Gama turun dengan handuk kecil yang terlampir di bahunya. Pria itu hanya mengenakan celana tidur panjang tanpa atasan.

Dia tersenyum kecil saat melihat Naomi tertidur di atas meja. "Maaf membangunkanmu selarut ini. Aku sedang banyak pikiran dan membutuhkan teh agar lebih rileks," monolognya.

Sebenarnya bisa saja dia membuat teh sendiri maupun membangunkan salah satu pelayan. Tetapi, teh buatan Naomi rasanya berbeda.

Pada akhirnya, Gama meminum tehnya sendiri dengan memandangi Naomi yang masih tertidur pulas. Dia juga memindahkan Naomi dengan cara menggendongnya menuju kamar wanita itu.

"Sleep well."

...****************...

Pagi ini kediaman Maharaja terasa berbeda, semua pelayan dikumpulkan menjadi satu di ruang tamu.

Sang pemilik rumah berdiri di depan semua pelayan yang menunduk, "Aku tidak tau kapan itu hilang, yang pasti saat aku ingin memakainya pagi ini, itu tidak ada di tempatnya," ucapnya dengan datar.

Beberapa pelayan saling melirik satu sama lain, tidak terlalu paham dengan apa yang diucapkan oleh Tuan besar.

"Naomi?" panggil Tuan Bara.

Mendengar namanya disebut, Naomi segera mengangkat wajahnya. "Iya, Tuan."

"Kau yang bertugas membersihkan kamarku, kan? Apa kau melihat jam tanganku yang berwarna coklat tua dengan ukiran namaku di dalamnya?"

Naomi berusaha mengingat-ingat apakah ia pernah melihat jam tangan seperti itu atau tidak, pasalnya lemari tempat penyimpanan jam tangan milik Tuan Bara terkunci dengan rapat. Dia hanya membersihkan kaca lemari saja.

"Tidak, Tuan!" balas Naomi dengan sopan.

Siapa yang bisa mengingat jam tangan yang berjumlah seratus lebih jika bukan pemiliknya sendiri?

"Jangan berbohong!"

Suara dari Sinta membuat semua orang yang berada di sana menatapnya, "Maaf sebelumnya, Tuan. Hanya Naomi yang bebas keluar masuk kamar anda karena tugasnya. Bisa saja dia berbohong!" jelas wanita itu.

Naomi menggeleng kuat mendengar asumsi ngawur dari Sinta. "Saya tidak berbohong, Tuan!" ucapnya dengan lantang.

"Halah, maling mana mau ngaku," kali ini Ayu ikut menimpali, dia adalah pelayan yang bertugas memasak.

Bibi Sarah berdehem, mencoba menengahi masalah ini. "Maaf Tuan, kapan terakhir anda memakai jam tangan tersebut? Maaf, mungkin saja Tuan Bara lupa menaruhnya."

Tuan Bara mencoba mengingat-ingat, "Sepertinya tiga atau dua bulan yang lalu."

Pria paruh baya itu memang suka mengoleksi jam tangan dengan harga yang fantastis. Tak ayal ia terkadang lupa dengan jam tangan miliknya sendiri.

"Itu tepat Naomi mulai bekerja di sini. Sebelum dia masuk ke sini, tidak pernah ada kejadian seperti ini," ucap Hana menimpali.

Kini Naomi paham, dia sedang di pojokan sekarang. Tetapi ia tidak perlu takut, karena dia tidak berbohong.

"Bagaimana jika kita geledah kamarnya agar tau dia berkata jujur atau tidak?" ujar Sinta memberikan ide.

Bibi Sarah menggeleng kecil, kepala pelayan itu sudah sadar sedari lama jika pelayan lain memusuhi Naomi.

"Baiklah. Kalian bantu geledah, aku akan memantaunya," kata Tuan Bara.

Suara sepatu pantofel yang mendekat menhentikan langkah semua orang yang akan menuju kamar Naomi.

"Ada apa ini?" tanya Gama yang baru saja datang.

"Oh, kau sudah akan berangkat?" tanya Tuan Bara pada anaknya.

Pria berusia 28 tahun itu mengangguk, "Ada apa ini? Kenapa Papa mengumpulkan semua pelayan?

"Jam tangan Papa ada yang hilang," jawab Tuan Bara.

"Naomi mencuri jam tangan tersebut, Tuan. Sekarang kami hendak menggeledah kamarnya," celetuk Hana.

Gama mengerutkan alisnya, sedangkan Naomi menatapnya dan menggeleng pelan.

"Total pelayan di sini ada 6 orang, kenapa hanya Naomi yang menjadi tersangka?" seru Gama tak habis pikir.

"Dia memang yang membersihkan kamar Papa, tapi lemari jam tangan dikunci dengan rapat. Bahkan aku sendiri yang anaknya tidak tau di mana kunci lemari itu disimpan," jelasnya.

Tuan Bara memijat pelipisnya pelan, jam tangan yang hilang adalah jam tangan termahal kedua yang ia miliki. "Kalau begitu geledah semua kamar pelayan agar adil," ucapnya.

Singkat cerita, para pelayan saling menggeledah kamar satu sama lain. Tidak ditemukan apapun di dalam kamar mereka.

Sekarang kamar Naomi yang digeledah paling akhir, karena kamarnya tidak satu tempat dengan pelayan lain.

"Tuan Bara! Saya menemukannya! Saya menemukan jam tangan anda!" teriak Ayu. Wanita itu segera berlari keluar kamar, di mana Bara dan Gama menunggu di depan pintu.

Naomi menutup mulutnya tak percaya, dia bahkan tidak tau ada jam tangan tersebut di dalam tas besarnya yang dulu ia bawa ke sini.

"Dasar pencuri!"

"Berani-beraninya pelayan baru mencuri di rumah ini!"

Para pelayan merundung dan mencemoohnya, "Tidak! Aku benar-benar tidak mengambilnya!" elak Naomi.

"Tuan Bara, saya benar-benar tidak mengambilnya. Saya juga tidak tau bagaimana jam tangan tersebut berada di kamar saya," ucap Naomi menggebu-gebu.

Dia menatap semua orang yang berada di sekitarnya, dia ketakutan. Dia tidak takut karena kepergok mencuri, toh dia tidak melakukannya.

Yang ia takutkan hanyalah saat orang-orang akan benar-benar menganggapnya pencuri.

"Aku tidak menyangka kau akan berani mencuri di rumahku," ucap Tuan Bara.

"Aku menerimamu sebagai pelayan di sini karena kasihan padamu, tapi apa yang kau lakukan? Harusnya aku menyetujui ucapan Gama saat itu," lanjutnya.

Gama menatap Naomi lama sebelum berbicara, "Sudahlah, Pa. Jam tanganmu sudah ketemu, tidak perlu mengungkit masalah lama."

"Satu lagi, jam tangan itu sekarang berada di kamar Naomi. Tapi bukan berarti dia yang mengambilnya, mungkin saja ada seseorang yang tidak menyukainya dan menjebaknya seperti ini," tambahnya sembari menatap datar Hana.

Hana yang paham tatapan itu mengepalkan kedua tangannya dengan gigi yang bergemelatuk.

Bersambung

Terima kasih sudah membaca 🤗

Episodes
1 Bab 1 - Suami yang tega menjual istrinya sendiri
2 Bab 2 - Kediaman Bara Maharaja
3 Bab 3 - Tuan Muda Maharaja
4 Bab 4 - Teh Chamomile
5 Bab 5 - Kolam renang
6 Bab 6 - Pelajaran untuk Clara
7 Bab 7 - Kamar Gama
8 Bab 8 - Jam tangan
9 Bab 9 - Secangkir teh dan obrolan tengah malam
10 Bab 10 - Sifat asli
11 Bab 11 - Makan malam dan taman
12 Bab 12 - Pertemuan
13 Bab 13 - Pertikaian
14 Bab 14 - Tamu
15 Bab 15 - Sebuah ungkapan
16 Bab 16 - Teh Chamomile 2
17 Bab 17 - Tidak tahan
18 Bab 18 - Ajakan ke kantor
19 Bab 19 - Kekeliruan
20 Bab 20 - Baikan
21 Bab 21 - Sakit
22 Bab 22 - Kantor
23 Bab 23 - Kejadian di ruangan Gama
24 Bab 24 - Tidur di kamar yang sama
25 Bab 25 - Cerita masa lalu dan panggilan video
26 Bab 26 - Keraguan yang mendalam
27 Bab 27 - "Kau percaya aku menyukaimu?"
28 Bab 28 - Datangnya pelayan baru
29 Bab 29 - "Hanya ingin"
30 Bab 30 - Mas dan Adek
31 Bab 31 - "Dia kekasih saya"
32 Bab 32 - Trending 1
33 Bab 33 - Ungkapan yang tidak direncanakan
34 Bab 34 - Terlalu takut
35 Bab 35 - Memikirkan apa yang perlu dipikirkan
36 Bab 36 - Sebuah penawaran
37 Bab 37 - Apa yang akan kau lakukan untuk melindungiku?
38 Bab 38 - Penjelasan tentang Kakak dan Adik
39 Bab 39 - "Demi kebaikan kita"
40 Bab 40 - Sama-sama gila
41 Bab 41 - Taman Bermain
42 Bab 42 - Kisah lama yang terulang kembali
43 Bab 43 - Hadiah : Semoga kau selalu mengingatku
44 Bab 44 - Tempat baru
45 Bab 45 - Perubahan
46 Bab 46 - Bertemu
47 Bab 47 - Mengikis rasa "dingin"
48 Bab 48 - Tidak ada yang perlu ditakutkan
49 Bab 49 - Lega
50 Bab 50 - Mari hidup dengan bahagia
51 Bab 51 - Terima kasih sudah menerimaku dengan baik
52 Bab 52 - Berita hangat
53 Bab 53 - H-1 Pernikahan
54 Bab 54 - Semuanya akan baik-baik saja
55 Bab 55 - SAH
56 Bab 56 - Melayang di atas awan
57 Bab 57 - Honeymoon
58 Bab 58 - Oleh-oleh
59 Bab 59 - Layaknya kucing yang diberikan ikan asin
60 Bab 60 - Pemeriksaan
61 Bab 61 - Kebahagiaan itu nyata (END)
62 Cerita baru - Bukan pilihan gila
Episodes

Updated 62 Episodes

1
Bab 1 - Suami yang tega menjual istrinya sendiri
2
Bab 2 - Kediaman Bara Maharaja
3
Bab 3 - Tuan Muda Maharaja
4
Bab 4 - Teh Chamomile
5
Bab 5 - Kolam renang
6
Bab 6 - Pelajaran untuk Clara
7
Bab 7 - Kamar Gama
8
Bab 8 - Jam tangan
9
Bab 9 - Secangkir teh dan obrolan tengah malam
10
Bab 10 - Sifat asli
11
Bab 11 - Makan malam dan taman
12
Bab 12 - Pertemuan
13
Bab 13 - Pertikaian
14
Bab 14 - Tamu
15
Bab 15 - Sebuah ungkapan
16
Bab 16 - Teh Chamomile 2
17
Bab 17 - Tidak tahan
18
Bab 18 - Ajakan ke kantor
19
Bab 19 - Kekeliruan
20
Bab 20 - Baikan
21
Bab 21 - Sakit
22
Bab 22 - Kantor
23
Bab 23 - Kejadian di ruangan Gama
24
Bab 24 - Tidur di kamar yang sama
25
Bab 25 - Cerita masa lalu dan panggilan video
26
Bab 26 - Keraguan yang mendalam
27
Bab 27 - "Kau percaya aku menyukaimu?"
28
Bab 28 - Datangnya pelayan baru
29
Bab 29 - "Hanya ingin"
30
Bab 30 - Mas dan Adek
31
Bab 31 - "Dia kekasih saya"
32
Bab 32 - Trending 1
33
Bab 33 - Ungkapan yang tidak direncanakan
34
Bab 34 - Terlalu takut
35
Bab 35 - Memikirkan apa yang perlu dipikirkan
36
Bab 36 - Sebuah penawaran
37
Bab 37 - Apa yang akan kau lakukan untuk melindungiku?
38
Bab 38 - Penjelasan tentang Kakak dan Adik
39
Bab 39 - "Demi kebaikan kita"
40
Bab 40 - Sama-sama gila
41
Bab 41 - Taman Bermain
42
Bab 42 - Kisah lama yang terulang kembali
43
Bab 43 - Hadiah : Semoga kau selalu mengingatku
44
Bab 44 - Tempat baru
45
Bab 45 - Perubahan
46
Bab 46 - Bertemu
47
Bab 47 - Mengikis rasa "dingin"
48
Bab 48 - Tidak ada yang perlu ditakutkan
49
Bab 49 - Lega
50
Bab 50 - Mari hidup dengan bahagia
51
Bab 51 - Terima kasih sudah menerimaku dengan baik
52
Bab 52 - Berita hangat
53
Bab 53 - H-1 Pernikahan
54
Bab 54 - Semuanya akan baik-baik saja
55
Bab 55 - SAH
56
Bab 56 - Melayang di atas awan
57
Bab 57 - Honeymoon
58
Bab 58 - Oleh-oleh
59
Bab 59 - Layaknya kucing yang diberikan ikan asin
60
Bab 60 - Pemeriksaan
61
Bab 61 - Kebahagiaan itu nyata (END)
62
Cerita baru - Bukan pilihan gila

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!