Bab 4 - Teh Chamomile

Sejak kejadian hari itu, Naomi menjadi lebih hati-hati. Dia akan benar-benar memastikan Tuan Bara dan anaknya sudah berangkat ke kantor.

Satu minggu mengemban tugas sebagai seorang pelayan membuatnya cukup kelelahan. Dia memang terbiasa bersih-bersih, tatapi yang biasanya ia bersihkan adalah rumah kontrakan berukuran satu petak.

"Sudah selesai?" tanya salah satu pelayan yang hanya beda 2 tahun di atasnya.

Naomi menghentikan langkahnya di ujung tangga, dia memang baru saja turun dari membersihkan kamar. "Hanya tinggal kamar Tuan Gama," balasnya.

Pelayan bernama Hana itu mengangguk, "Bibi Sarah memanggilmu, temui dia dulu."

Sebenarnya Naomi turun karena ingin mengambil lap bersih, lap yang ia bawa kotor karena tidak sengaja terjatuh ke dalam air pel.

"Baiklah," jawabnya tanpa penolakan.

Setelah basa basi kecil, ia melanjutkan langkahnya menuju dapur dan mencari Bibi Sarah. Hana yang melihat Naomi sudah menjauh segera menaiki tangga.

Bibi Sarah adalah pelayan senior di sana, ia bertugas memantau para pelayan dan juga mengontrol semua yang berkaitan dengan kebersihan dan kenyamanan di rumah itu.

Wanita paruh baya itu sudah mengabdi sejak Gama masih berupa bayi merah. Sekarang bayi merah itu sudah menjelma menjadi pria tampan nan rupawan.

Naomi berkeliling mencari keberadaan Bibi Sarah, setelah mencari beberapa saat dia menemukan Bibi Sarah sedang berbincang dengan satpam di halaman rumah.

"Bibi?" panggilnya.

Dua orang yang sedang berbincang itu menoleh ke arahnya. "Bibi memanggilku?" tanya Naomi.

Mendengar hal itu Bibi Sarah terlihat bingung, "Aku tidak memanggilmu."

Satpam yang tadinya berbincang dengan Bibi Sarah sudah berpamitan untuk kembali ke pos di depan.

Sekarang giliran Naomi yang kebingungan. "Kata Mbak Hana, Bibi mencariku," jelasnya dengan jujur.

"Tidak. Aku tidak mencarimu."

Naomi menghela napas pelan, "Baiklah kalau begitu Bi, aku akan melanjutkan pekerjaanku. Permisi," pamitnya dan kembali masuk ke dalam rumah.

Pikiran negatif datang begitu saja, dia tidak sebodoh itu hingga tidak sadar jika beberapa pelayan tidak menyukai kehadirannya di sini.

Dari tatapan, cibiran, hingga menghindari dirinya. Ada satu waktu ia ingin ikut berkumpul dengan pelayan lainnya, saat itu juga para pelayan itu akan membubarkan diri. Dia hanya ingin lebih akrab dengan mereka, apalagi mereka berada di bawah atap yang sama.

Sepertinya apa yang dilakukan Hana tadi hanya ingin mengerjainya.

...****************...

Malam kembali menyapa, jam sudah menunjukkan pukul 11 malam, tetapi Naomi masih belum bisa memejamkan matanya, padahal tubuhnya sudah terasa begitu lelah.

Naomi beranjak dari atas kasur dan keluar kamarnya, dia berniat membuat teh chamomile. Mungkin itu bisa membantunya agar bisa tidur.

Rumah sangat sepi, tetapi lampu ruang tamu masih bersinar dengan terang. Apakah Tuan Gama belum kembali? batinnya.

Di antara Tuan Bara dan anaknya, hanya Gama yang seringkali pulang larut malam. Seringkali tuan mudanya itu membawa pulang wanita yang berbeda-beda.

Lampu dapur yang sudah dimatikan ia nyalakan kembali, rumah terasa begitu hening karena semua orang sudah berada di alam mimpi.

Naomi mengambil cangkir serta sendok yang tersimpan rapi di dalam laci, dia mulai memasukkan bunga chamomile kering ke dalam cangkir dan menuangkan air panas dari dispenser.

Suara perpaduan antara sendok dan cangkir mengisi keheningan malam, posisinya yang membelakangi ruang makan membuatnya tidak sadar ada seseorang yang mendekatinya.

"Apa yang sedang kau lakukan?"

Suara bariton dari arah belakang membuat jantung Naomi hampir melompat keluar. Dia segera menoleh ke belakang dan menemukan tuan mudanya yang berdiri di dekat kursi makan.

"Apa yang kau lakukan tengah malam begini di dapur?" ulang Gama dengan tatapan menelisik.

Naomi berdehem kecil untuk menghilangkan rasa terkejutnya. "Membuat teh, tuan. Saya tidak bisa tidur."

Gama mengangguk kecil, "Buatkan juga untukku, aku akan mandi sebentar. Tunggu aku di sini," ucap Gama dan langsung naik menuju kamarnya.

Aura yang di keluarkan Gama memang berbeda, bahkan lebih kuat dari ayahnya sendiri. Tanpa membuang-buang waktu, Naomi kembali membuat satu cangkir teh chamomile.

Naomi membawa cangkir teh milik Gama ke ruang makan dan menaruhnya di atas meja. Sedangkan miliknya sendiri masih berada di pantry dapur.

15 menit kemudian, Gama sudah selesai membersihkan diri dan menghampiri Naomi. Dia melihat pelayan barunya itu sedang berdiri di depan jendela dapur. Menatap gelapnya langit malam tanpa bintang.

Tubuh yang terlihat kecil dari belakang, rambut panjangnya yang di kepang satu. Mirip sekali seperti anak kecil. Tidak ada yang menyangka wanita itu dijual sendiri oleh suaminya.

"Ekhem."

Gama berdehem agar Naomi sadar dengan kehadirannya. Benar saja, Naomi tersentak kecil dan menoleh ke arah tuan mudanya.

Tatapan keduanya bertemu dan terkunci, di dalam hati saling mengagumi ciptaan Tuhan yang terlihat indah.

Tersadar dengan apa yang ia lakukan, Naomi memutuskan pandangannya terlebih dahulu. "Teh anda saya taruh di meja makan, Tuan," ucanya tanpa menatap Gama.

Gama melirik satu cangkir teh yang masih mengepulkan asap panas, dahinya mengerut. "Di mana milikmu?"

Naomi segera menunjuk teh miliknya yang berada di atas meja pantry. Melihat itu Gama berdecih kecil, "Bawa ke sini, temani aku minum."

Bersambung

Terima kasih sudah membaca cerita ini 🤗

Diusahakan update sehari 2 kali

Episodes
1 Bab 1 - Suami yang tega menjual istrinya sendiri
2 Bab 2 - Kediaman Bara Maharaja
3 Bab 3 - Tuan Muda Maharaja
4 Bab 4 - Teh Chamomile
5 Bab 5 - Kolam renang
6 Bab 6 - Pelajaran untuk Clara
7 Bab 7 - Kamar Gama
8 Bab 8 - Jam tangan
9 Bab 9 - Secangkir teh dan obrolan tengah malam
10 Bab 10 - Sifat asli
11 Bab 11 - Makan malam dan taman
12 Bab 12 - Pertemuan
13 Bab 13 - Pertikaian
14 Bab 14 - Tamu
15 Bab 15 - Sebuah ungkapan
16 Bab 16 - Teh Chamomile 2
17 Bab 17 - Tidak tahan
18 Bab 18 - Ajakan ke kantor
19 Bab 19 - Kekeliruan
20 Bab 20 - Baikan
21 Bab 21 - Sakit
22 Bab 22 - Kantor
23 Bab 23 - Kejadian di ruangan Gama
24 Bab 24 - Tidur di kamar yang sama
25 Bab 25 - Cerita masa lalu dan panggilan video
26 Bab 26 - Keraguan yang mendalam
27 Bab 27 - "Kau percaya aku menyukaimu?"
28 Bab 28 - Datangnya pelayan baru
29 Bab 29 - "Hanya ingin"
30 Bab 30 - Mas dan Adek
31 Bab 31 - "Dia kekasih saya"
32 Bab 32 - Trending 1
33 Bab 33 - Ungkapan yang tidak direncanakan
34 Bab 34 - Terlalu takut
35 Bab 35 - Memikirkan apa yang perlu dipikirkan
36 Bab 36 - Sebuah penawaran
37 Bab 37 - Apa yang akan kau lakukan untuk melindungiku?
38 Bab 38 - Penjelasan tentang Kakak dan Adik
39 Bab 39 - "Demi kebaikan kita"
40 Bab 40 - Sama-sama gila
41 Bab 41 - Taman Bermain
42 Bab 42 - Kisah lama yang terulang kembali
43 Bab 43 - Hadiah : Semoga kau selalu mengingatku
44 Bab 44 - Tempat baru
45 Bab 45 - Perubahan
46 Bab 46 - Bertemu
47 Bab 47 - Mengikis rasa "dingin"
48 Bab 48 - Tidak ada yang perlu ditakutkan
49 Bab 49 - Lega
50 Bab 50 - Mari hidup dengan bahagia
51 Bab 51 - Terima kasih sudah menerimaku dengan baik
52 Bab 52 - Berita hangat
53 Bab 53 - H-1 Pernikahan
54 Bab 54 - Semuanya akan baik-baik saja
55 Bab 55 - SAH
56 Bab 56 - Melayang di atas awan
57 Bab 57 - Honeymoon
58 Bab 58 - Oleh-oleh
59 Bab 59 - Layaknya kucing yang diberikan ikan asin
60 Bab 60 - Pemeriksaan
61 Bab 61 - Kebahagiaan itu nyata (END)
62 Cerita baru - Bukan pilihan gila
Episodes

Updated 62 Episodes

1
Bab 1 - Suami yang tega menjual istrinya sendiri
2
Bab 2 - Kediaman Bara Maharaja
3
Bab 3 - Tuan Muda Maharaja
4
Bab 4 - Teh Chamomile
5
Bab 5 - Kolam renang
6
Bab 6 - Pelajaran untuk Clara
7
Bab 7 - Kamar Gama
8
Bab 8 - Jam tangan
9
Bab 9 - Secangkir teh dan obrolan tengah malam
10
Bab 10 - Sifat asli
11
Bab 11 - Makan malam dan taman
12
Bab 12 - Pertemuan
13
Bab 13 - Pertikaian
14
Bab 14 - Tamu
15
Bab 15 - Sebuah ungkapan
16
Bab 16 - Teh Chamomile 2
17
Bab 17 - Tidak tahan
18
Bab 18 - Ajakan ke kantor
19
Bab 19 - Kekeliruan
20
Bab 20 - Baikan
21
Bab 21 - Sakit
22
Bab 22 - Kantor
23
Bab 23 - Kejadian di ruangan Gama
24
Bab 24 - Tidur di kamar yang sama
25
Bab 25 - Cerita masa lalu dan panggilan video
26
Bab 26 - Keraguan yang mendalam
27
Bab 27 - "Kau percaya aku menyukaimu?"
28
Bab 28 - Datangnya pelayan baru
29
Bab 29 - "Hanya ingin"
30
Bab 30 - Mas dan Adek
31
Bab 31 - "Dia kekasih saya"
32
Bab 32 - Trending 1
33
Bab 33 - Ungkapan yang tidak direncanakan
34
Bab 34 - Terlalu takut
35
Bab 35 - Memikirkan apa yang perlu dipikirkan
36
Bab 36 - Sebuah penawaran
37
Bab 37 - Apa yang akan kau lakukan untuk melindungiku?
38
Bab 38 - Penjelasan tentang Kakak dan Adik
39
Bab 39 - "Demi kebaikan kita"
40
Bab 40 - Sama-sama gila
41
Bab 41 - Taman Bermain
42
Bab 42 - Kisah lama yang terulang kembali
43
Bab 43 - Hadiah : Semoga kau selalu mengingatku
44
Bab 44 - Tempat baru
45
Bab 45 - Perubahan
46
Bab 46 - Bertemu
47
Bab 47 - Mengikis rasa "dingin"
48
Bab 48 - Tidak ada yang perlu ditakutkan
49
Bab 49 - Lega
50
Bab 50 - Mari hidup dengan bahagia
51
Bab 51 - Terima kasih sudah menerimaku dengan baik
52
Bab 52 - Berita hangat
53
Bab 53 - H-1 Pernikahan
54
Bab 54 - Semuanya akan baik-baik saja
55
Bab 55 - SAH
56
Bab 56 - Melayang di atas awan
57
Bab 57 - Honeymoon
58
Bab 58 - Oleh-oleh
59
Bab 59 - Layaknya kucing yang diberikan ikan asin
60
Bab 60 - Pemeriksaan
61
Bab 61 - Kebahagiaan itu nyata (END)
62
Cerita baru - Bukan pilihan gila

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!