Bab 16 - Teh Chamomile 2

Hari demi hari berlalu, Gama semakin gencar mendekati Naomi, bahkan pria itu tidak segan menggoda Naomi di depan pelayan yang lain.

Hal itu semakin membuat Hana murka, dia yang sudah susah payah menarik perhatian Gama sejak dulu, bahkan dia sudah menyerahkan kehormatannya. Tapi saat ini, Gama justru tertarik dengan janda yang baru dikenal belum lama ini?

Hal itu melukai harga dirinya!

Hana mencegat Naomi yang membawa nampan berisi secangkir teh di atasnya. "Mau kau bawa ke mana teh itu?" tanyanya dengan judas.

"Kamar Tuan Gama."

Jika di depan orang lain, Naomi masih memanggil Gama dengan sebutan "Tuan", bagaimanapun Gama tetap atasannya di sini.

"Biar aku saja!" kata Hana, wanita itu menarik nampan yang di bawa Naomi.

"Apa-apaan sih, Mbak!"

Untung saja Naomi memegang nampan itu dengan kuat, sehingga cangkirnya tidak jatuh. Meskipun tehnya sedikit tumpah di atas nampan.

"Biar aku saja yang mengantarnya ke kamar!" geram Hana, tangannya masih memegang nampan di sisi lainnya.

Naomi mengerutkan alisnya, "Lah! Aku yang disuruh Tuan kok, kenapa jadi Mbak Hana yang mau?"

"Udahlah, gak usah banyak omong! Lepas tangan kamu!" perintah Hana garang.

Jika sudah begini Hana pasti tidak akan mengalah, karena Naomi lebih waras jadinya dia melepaskan nampan tersebut.

Senyum Hana mengembang saat nampan sudah berada di tangannya, "Udah sana kamu pergi! Jangan naik ke atas!" peringatnya dengan galak.

"Bentar, Mbak!" seru Naomi menghentikan langkah Hana.

Tanpa permisi, Naomi mengambil cangkir teh di atas nampan dan membawanya menjauh dari Hana.

"Tolong bikinin teh baru buat Tuan Gama ya, Mbak. Kayaknya yang ini udah dingin," ucapnya lalu dengan cepat menuju dapur dan menuang teh yang masih panas itu ke wastafel.

Saat pulang dari kantor Gama meminta teh chamomile padanya, dan menyuruhnya membawanya ke kamar.

Naomi menahan tawanya saat melihat Hana yang sudah ke dapur. Kali ini dia menang lagi karena berhasil membodohi seniornya itu. Dia tau, Gama bisa membedakan teh buatannya dengan orang lain.

10 menit kemudian!

Tok! Tok! Tok!

Hana mengetuk pintu Gama dengan susah payah, karena tangan satunya memegang nampan dengan teh yang masih mengepulkan asap panas.

Ceklek!

"Aku tadi menyuruhmu langsung ma--"

Ucapan Gama terhenti saat melihat siapa yang berdiri di depan pintu kamarnya. "Kenapa kau bisa di sini? Di mana Naomi?" tanyanya dengan datar.

"Naomi sedang di panggil Bibi Sarah. Jadi aku yang membawa tehmu kemari," balas Hana dengan senyum manisnya.

Tanpa bertanya lebih, Gama mengambil cangkir teh yang di bawa Hana. "Kembali ke tempatmu," usirnya.

Tapi Hana dengan cepat memegang lengan Gama saat pria itu hendak masuk kamarnya lagi. "Ada yang ingin aku bicarakan," ucapnya.

"Besok saja!"

Mendapat penolakan itu Hana tidak mundur, "Tidak bisa! Ini sangat penting."

"Ini tentang Naomi," tambah Hana, hal itu membuat Gama menjadi penasaran.

"Masuk."

Hana memekik kegirangan di dalam hati, dia mengekori Gama yang sudah terlebih dulu masuk kamar.

"Apa hal penting itu," ujar Gama saat keduanya sudah duduk di sofa yang ada di kamarnya.

Sebenarnya dia malas dengan Hana yang selalu mencari kesempatan, tapi dia juga penasaran.

"Masih ada banyak waktu, kenapa buru-buru," balas Hana dengan manja.

Gama sudah menduga hal ini, "Keluar jika kau hanya ingin bermain-main," ucapnya dengan dingin.

Hana berdecih, "Aku memang ingin bermain-bermain denganmu, sudah lama kita tidak bermain bersama."

Ekpresi Gama semakin gelap, "Keluar sekarang!"

"Baiklah, baiklah. Aku akan bercerita," jawab Hana dengan cepat.

"Kemarin Naomi menemui mantan suaminya," ungkap wanita itu.

Gama yang mendengar hal tersebut mengeraskan rahangnya. "Saat kamu pergi bekerja, pria itu datang kemari. Entah kebetulan atau tidak Naomi sedang berbincang dengan satpam di depan, akhirnya mereka berdua bertemu dan mengobrol," lanjut Hana.

"Mereka berbicara lama sekali, bahkan mereka juga berpelukan."

Ucapan Hana membangkitkan emosi di dalam diri Gama. Tanpa sadar dia mengepalkan tangannya dengan kuat. "Kau dengar apa yang mereka bicarakan?" tanyanya.

Hana mengangguk cepat, "Pria itu mengatakan jika dia rindu Naomi, dan Naomi pun juga merindukan mantan suaminya itu. Jika tidak salah dengar, pria itu akan membawa Naomi pergi dari sini," jawab Hana dengan tenang.

Hana tersenyum miring saat melihat Gama yang sudah terpedaya dengan cerita karangannya. "Minum dulu," ucapnya sembari menyodorkan cangkir teh kepada Gama.

Gama yang sudah merasakan tenggorokannya kering langsung saja menerima cangkir itu dan meminum tehnya yang sudah hangat.

Kernyitan tipis muncul di dahinya, "Kau yang membuat teh ini?"

Pasalnya, rasa teh yang sekarang dia minum berbeda jauh dengan teh yang biasa di seduh oleh Naomi. Lidahnya tidak bisa dibohongi.

Hana menggeleng, "Bukan. Naomi yang membuatnya," bohongnya. Dia masih belum tau jika Gama bisa membedakan teh buatan Naomi dengan yang lain.

"Jangan berbohong padaku! Aku tau ini bukan teh buatan Naomi!"

Hana berdecak sebal, hanya teh saja di permasalahkan. Teh ya teh, memangnya apa yang membedakan? Aneh.

"Memang buatanku," akhirnya Hana mengaku. Kenapa lama? batin wanita itu.

Gama langsung menaruh cangkir tersebut ke atas meja, entah kenapa sekarang dia merasa gerah. Padahal dia baru saja selesai mandi, dan AC dikamarnya sudah menyala sedari tadi.

Sial!

Melihat Gama yang kini wajahnya memerah, Hana tersenyum puas. Akhirnya obat perangsang yang ia campurkan di teh itu beraksi.

"Kau keluarlah dari kamarku!" perintah Gama dengan menahan rasa sesak di tubuhnya.

Hana tentu saja tidak menurutinya, wanita itu berdiri dari duduknya dan duduk di pangkuan Gama. "Aku akan membantumu," ucapanya seduktif. Jemarinya sudah bermain-main di atas dada Gama yang tidak mengenakan sehelai benangpun.

"Ini pasti ulahmu, kan? Dasar jalang!" umpat Gama. Rasa panas di tubuhnya semakin menjalar, sentuhan Hana membuatnya semakin tak berdaya. Dia butuh wadah untuk melampiaskan gairahnya ini.

"Mari bersenang-senang sampai pagi, sayang," kata Hana dengan penuh semangat. Inilah yang dia nantikan selama ini, berbagi peluh kenikmatan bersama orang yang ia cintai.

Jangan salahkan Naomi yang menyuruh Hana membuat teh baru, memang pada dasarnya Hana sudah merencanakan hal ini. Sepertinya rasa cintanya sudah berubah menjadi obsesi.

Bersambung

Terimakasih sudah membaca 🤗

Episodes
1 Bab 1 - Suami yang tega menjual istrinya sendiri
2 Bab 2 - Kediaman Bara Maharaja
3 Bab 3 - Tuan Muda Maharaja
4 Bab 4 - Teh Chamomile
5 Bab 5 - Kolam renang
6 Bab 6 - Pelajaran untuk Clara
7 Bab 7 - Kamar Gama
8 Bab 8 - Jam tangan
9 Bab 9 - Secangkir teh dan obrolan tengah malam
10 Bab 10 - Sifat asli
11 Bab 11 - Makan malam dan taman
12 Bab 12 - Pertemuan
13 Bab 13 - Pertikaian
14 Bab 14 - Tamu
15 Bab 15 - Sebuah ungkapan
16 Bab 16 - Teh Chamomile 2
17 Bab 17 - Tidak tahan
18 Bab 18 - Ajakan ke kantor
19 Bab 19 - Kekeliruan
20 Bab 20 - Baikan
21 Bab 21 - Sakit
22 Bab 22 - Kantor
23 Bab 23 - Kejadian di ruangan Gama
24 Bab 24 - Tidur di kamar yang sama
25 Bab 25 - Cerita masa lalu dan panggilan video
26 Bab 26 - Keraguan yang mendalam
27 Bab 27 - "Kau percaya aku menyukaimu?"
28 Bab 28 - Datangnya pelayan baru
29 Bab 29 - "Hanya ingin"
30 Bab 30 - Mas dan Adek
31 Bab 31 - "Dia kekasih saya"
32 Bab 32 - Trending 1
33 Bab 33 - Ungkapan yang tidak direncanakan
34 Bab 34 - Terlalu takut
35 Bab 35 - Memikirkan apa yang perlu dipikirkan
36 Bab 36 - Sebuah penawaran
37 Bab 37 - Apa yang akan kau lakukan untuk melindungiku?
38 Bab 38 - Penjelasan tentang Kakak dan Adik
39 Bab 39 - "Demi kebaikan kita"
40 Bab 40 - Sama-sama gila
41 Bab 41 - Taman Bermain
42 Bab 42 - Kisah lama yang terulang kembali
43 Bab 43 - Hadiah : Semoga kau selalu mengingatku
44 Bab 44 - Tempat baru
45 Bab 45 - Perubahan
46 Bab 46 - Bertemu
47 Bab 47 - Mengikis rasa "dingin"
48 Bab 48 - Tidak ada yang perlu ditakutkan
49 Bab 49 - Lega
50 Bab 50 - Mari hidup dengan bahagia
51 Bab 51 - Terima kasih sudah menerimaku dengan baik
52 Bab 52 - Berita hangat
53 Bab 53 - H-1 Pernikahan
54 Bab 54 - Semuanya akan baik-baik saja
55 Bab 55 - SAH
56 Bab 56 - Melayang di atas awan
57 Bab 57 - Honeymoon
58 Bab 58 - Oleh-oleh
59 Bab 59 - Layaknya kucing yang diberikan ikan asin
60 Bab 60 - Pemeriksaan
61 Bab 61 - Kebahagiaan itu nyata (END)
62 Cerita baru - Bukan pilihan gila
Episodes

Updated 62 Episodes

1
Bab 1 - Suami yang tega menjual istrinya sendiri
2
Bab 2 - Kediaman Bara Maharaja
3
Bab 3 - Tuan Muda Maharaja
4
Bab 4 - Teh Chamomile
5
Bab 5 - Kolam renang
6
Bab 6 - Pelajaran untuk Clara
7
Bab 7 - Kamar Gama
8
Bab 8 - Jam tangan
9
Bab 9 - Secangkir teh dan obrolan tengah malam
10
Bab 10 - Sifat asli
11
Bab 11 - Makan malam dan taman
12
Bab 12 - Pertemuan
13
Bab 13 - Pertikaian
14
Bab 14 - Tamu
15
Bab 15 - Sebuah ungkapan
16
Bab 16 - Teh Chamomile 2
17
Bab 17 - Tidak tahan
18
Bab 18 - Ajakan ke kantor
19
Bab 19 - Kekeliruan
20
Bab 20 - Baikan
21
Bab 21 - Sakit
22
Bab 22 - Kantor
23
Bab 23 - Kejadian di ruangan Gama
24
Bab 24 - Tidur di kamar yang sama
25
Bab 25 - Cerita masa lalu dan panggilan video
26
Bab 26 - Keraguan yang mendalam
27
Bab 27 - "Kau percaya aku menyukaimu?"
28
Bab 28 - Datangnya pelayan baru
29
Bab 29 - "Hanya ingin"
30
Bab 30 - Mas dan Adek
31
Bab 31 - "Dia kekasih saya"
32
Bab 32 - Trending 1
33
Bab 33 - Ungkapan yang tidak direncanakan
34
Bab 34 - Terlalu takut
35
Bab 35 - Memikirkan apa yang perlu dipikirkan
36
Bab 36 - Sebuah penawaran
37
Bab 37 - Apa yang akan kau lakukan untuk melindungiku?
38
Bab 38 - Penjelasan tentang Kakak dan Adik
39
Bab 39 - "Demi kebaikan kita"
40
Bab 40 - Sama-sama gila
41
Bab 41 - Taman Bermain
42
Bab 42 - Kisah lama yang terulang kembali
43
Bab 43 - Hadiah : Semoga kau selalu mengingatku
44
Bab 44 - Tempat baru
45
Bab 45 - Perubahan
46
Bab 46 - Bertemu
47
Bab 47 - Mengikis rasa "dingin"
48
Bab 48 - Tidak ada yang perlu ditakutkan
49
Bab 49 - Lega
50
Bab 50 - Mari hidup dengan bahagia
51
Bab 51 - Terima kasih sudah menerimaku dengan baik
52
Bab 52 - Berita hangat
53
Bab 53 - H-1 Pernikahan
54
Bab 54 - Semuanya akan baik-baik saja
55
Bab 55 - SAH
56
Bab 56 - Melayang di atas awan
57
Bab 57 - Honeymoon
58
Bab 58 - Oleh-oleh
59
Bab 59 - Layaknya kucing yang diberikan ikan asin
60
Bab 60 - Pemeriksaan
61
Bab 61 - Kebahagiaan itu nyata (END)
62
Cerita baru - Bukan pilihan gila

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!