Bab 20 - Baikan

Dua belah bibir yang menyatu itu semakin lama semakin menuntut. Ruang kerja yang awalnya sunyi kini terisi suara lenguhan dan decakan akibat perbuatan keduanya.

Naomi memukul bahu Gama beberapa kali karena pria itu semakin beringas menghisap bibirnya. Gama yang paham dengan kode itu, akhirnya melepaskan ciumannya dan berhasil meninggalkan saliva panjang dari bibir keduanya.

Tentu saja ini bukan ciuman pertama Noami, tapi dia masih payah mengimbangi gaya ciuman dari tuan mudanya.

Gama menarik kepala Naomi dan menyatukan dahinya, "Maaf," gumamnya.

Naomi menggeleng kecil, "Aku yang seharusnya meminta maaf. Maaf jika perkataanku tempo hari sudah kelewatan."

Gama menjauhkan dahinya dan memegang kedua bahu Naomi dengan sayang. "Mulai sekarang aku akan lebih mengerti posisimu," katanya dengan sungguh-sungguh.

Seorang Gama yang sudah meniduri banyak wanita tiba-tiba menjadi lunak kepada wanita seperti Naomi. Pria yang bahkan tidak pernah mengucapkan kata maaf, saat ini kata itu terucap jelas dari bibirnya.

Naomi tersenyum mendengarnya, dia masih cukup terkejut dengan perlakuan Gama yang tiba-tiba menciumnya tadi. Aduh, pipinya kembali memerah.

"Kenapa Mas tidur di sini?" tanyanya untuk menutupi salah tingkahnya.

Gama menghela napas lelah, "Tidak mungkin aku tidur satu kasur dengan wanita itu," balasnya. Jawaban yang membuat Naomi ingin tertawa keras.

"Bukankah itu tujuan Mas Gama membawanya pulang? Biar bisa tidurin dia, kan?"

Naomi mengatakan kalimat itu dengan wajah santai, tapi Gama merasa tertohok mendengarnya. Seburuk itukah dia?

Melihat air wajah Gama yang berubah, Naomi menjadi gelagapan. "Maaf, maaf! Bukan seperti itu maksudku. Maksudku...hanya--"

"Tak apa, kau mengatakan itu karena sudah tau kebiasaan burukku," sela Gama di iringi senyum tipis.

Rasa bersalah menghampiri Naomi, sepertinya dia kembali salah bicara. Mereka baru saja berbaikan, dia tidak ingin Gama membangun tembok dingin lagi.

"Ayo ikut aku ke kamar," ajak Gama. Dia menarik tangan Naomi dan menautkan telapak tangannya. Naomi tidak menolak dan menyamakan langkahnya dengan Gama.

Sampai kamar, wanita yang di bawa Gama masih tertidur pulas. Sepertinya dia terlalu banyak memasukkan dosis obat tidur.

Gama berdiri di samping kasur dengan Naomi yang masih ia genggam erat tangannya. "Bangun! Woy! Bangun!"

Naomi melotot kaget, bisa-bisanya pria itu membangunkan orang seperti itu, tidak ada lembut-lembutnya sama sekali!

"Woy Jalang! Bangun!"

Gama menepuk-nepuk pipi wanita itu dengan cukup keras, sangat tidak berperikemanusiaan bagi Naomi.

Wanita itu mengerang dan membuka kedua matanya perlahan. Wajahnya masih terlihat sangat mengantuk, mulutnya menguap lebar, masih belum sadar sepenuhnya.

Gama melepaskan tangan Naomi dan berbicara tanpa suara agar Naomi tetap diam di tempat. Pria itu berjalan cepat menuju meja kecil yang ada di samping sofa.

Naomi memperhatikan wanita itu dengan lamat. Masih terlihat sangat cantik meskipun ada bekas liur di sudut kanan bibirnya.

Gama sudah kembali dengan membawa dompet di tangannya, dia membuka dompet itu dan mengambil berlembar-lembar uang berwarna merah.

"Pulanglah! Tugasmu sudah selesai," ucapnya dengan melempar uang itu ke atas kasur.

Naomi kembali melotot, ternyata seperti ini cara Gama memperlakukan wanita. Di beri uang setelah selesai di pakai, ya memang seperti itu pekerjaan seorang jalang.

Wanita yang di bawa Gama itu akhirnya sadar sepenuhnya, dia mendudukkan tubuhnya dan menatap Gama kesal. "Kau membawaku kemari tapi tidak menyentuhku, cih!"

"Diamlah! Itu bayaranmu, segera pergi dari sini," perintah Gama dengan nada datar. Sangat berbeda saat berbicara dengan Naomi.

Wanita itu menatap uang di depannya dengan senyum cerah. Memangnya siapa yang tidak senang saat baru bangun tidur langsung melihat uang berwarna merah yang tidak sedikit jumlahnya?

"Tak apa jika kau tidak memakaiku, yang penting kau membayarku," ucapnya dengan tangan yang sibuk menata dan menghitung uang di depannya. Wanita itu benar-benar tidak peduli dengan sekitarnya.

"Tolong ganti sepreiku, aku ingin ke kamar mandi dulu," ucap Gama yang langsung mendapatkan anggukan dari Naomi.

Wanita itu sudah selesai menyusun uangnya dan merapikan penampilannya, setelahnya dia keluar dari kamar Gama, benar-benar tidak melirik Naomi sama sekali.

Naomi sendiri mulai menarik seprei dan bungkus bantal guling, dia tidak sadar bahwa Gama sudah keluar dari kamar mandi dan menatapnya dengan senyuman.

Gama berjalan sangat pelan agar Naomi tidak menyadari kehadirannya. Hap! Gama memeluk Naomi dari belakang dan menyandarkan kepalanya di ceruk leher Naomi.

"Mas!" pekiknya Naomi kaget.

"Gimana kalau aku nikahin kamu aja? Kamu cocok banget jadi istriku," kata Gama dengan mengusaknya wajahnya di leher Naomi.

Naomi tersedak ludahnya sendiri, dengan cepat ia menyikut perut Gama. "Omongannya, Mas!"

"Kenapa? Kalau aku mau kamu yang jadi istriku gimana? Mau kan?"

Gama ini memang tidak bisa di tebak, bisa-biasanya dia membicarakan hal yang begitu sakral sesantai dan dalam posisi seperti ini.

"Lepas dulu, Mas! Ini gak bakalan selesai," balas Naomi mengalihkan pembicaraan.

Dengan berat hati Gama melepaskan pelukannya dan menyingkir ke dekat nakas. Matanya mengikuti kemana pun Naomi bergerak, soal ucapannya tadi dia juga tidak mengerti. Tiba-tiba saja mulutnya mengucapkan kalimat itu.

"Selesai," ucap Naomi setelah menghabiskan waktu 15 menit untuk mengganti dan membereskan seprei kotor.

Jam sudah menunjukkan pukul 7 pagi, tapi Gama justru naik ke atas kasurnya. "Mas gak kerja?" tanya Naomi.

Bukannya menjawab dia malah menepuk space kosong di sampingnya. Naomi menatapnya bingung, tetapi dia tetap duduk di sisi kasur.

"Sudah 3 hari aku tidak bisa tidur nyenyak. Temani aku tidur ya?" pinta pria itu yang sudah membaringkan tubuhnya.

Tiga hari tidur di ruang kerja tanpa berbaring membuat tubuhnya sakit semua. Jika dipikir kembali itu juga salahnya sendiri.

"Mas gak kerja?" ulang Naomi karena belum mendapatkan jawaban yang ia inginkan.

Gama menggeleng, "Aku ambil cuti, mau tidur aja," jawabnya dengan santai.

Di dalam hati Naomi mengumpat, memang beda pemikiran seorang pewaris tunggal. "Ya udah kalau gitu," ujarnya.

"Temani sampai tidur," pinta Gama dengan tatapan memohon, dia menyuruh Naomi berbaring di sampingnya.

Naomi melihat jam yang menggantung di dinding. Masih ada waktu, batinnya. Akhirnya dia membaringkan tubuhnya di samping Gama. "Cuma sampai tidur ya, Mas. Aku harus kerja," katanya.

Gama mengangguk dan membawa Naomi ke dalam dekapannya. "Aku suka bau kamu," ucap pria itu.

Setengah jam kemudian Gama sudah benar-benar masuk ke alam mimpi, dengan Naomi yang senantiasa mengelus punggungnya. Akhirnya Naomi bisa keluar dari kamar untuk melakukan pekerjaannya.

Bersambung

Terima kasih sudah membaca 🤗

Episodes
1 Bab 1 - Suami yang tega menjual istrinya sendiri
2 Bab 2 - Kediaman Bara Maharaja
3 Bab 3 - Tuan Muda Maharaja
4 Bab 4 - Teh Chamomile
5 Bab 5 - Kolam renang
6 Bab 6 - Pelajaran untuk Clara
7 Bab 7 - Kamar Gama
8 Bab 8 - Jam tangan
9 Bab 9 - Secangkir teh dan obrolan tengah malam
10 Bab 10 - Sifat asli
11 Bab 11 - Makan malam dan taman
12 Bab 12 - Pertemuan
13 Bab 13 - Pertikaian
14 Bab 14 - Tamu
15 Bab 15 - Sebuah ungkapan
16 Bab 16 - Teh Chamomile 2
17 Bab 17 - Tidak tahan
18 Bab 18 - Ajakan ke kantor
19 Bab 19 - Kekeliruan
20 Bab 20 - Baikan
21 Bab 21 - Sakit
22 Bab 22 - Kantor
23 Bab 23 - Kejadian di ruangan Gama
24 Bab 24 - Tidur di kamar yang sama
25 Bab 25 - Cerita masa lalu dan panggilan video
26 Bab 26 - Keraguan yang mendalam
27 Bab 27 - "Kau percaya aku menyukaimu?"
28 Bab 28 - Datangnya pelayan baru
29 Bab 29 - "Hanya ingin"
30 Bab 30 - Mas dan Adek
31 Bab 31 - "Dia kekasih saya"
32 Bab 32 - Trending 1
33 Bab 33 - Ungkapan yang tidak direncanakan
34 Bab 34 - Terlalu takut
35 Bab 35 - Memikirkan apa yang perlu dipikirkan
36 Bab 36 - Sebuah penawaran
37 Bab 37 - Apa yang akan kau lakukan untuk melindungiku?
38 Bab 38 - Penjelasan tentang Kakak dan Adik
39 Bab 39 - "Demi kebaikan kita"
40 Bab 40 - Sama-sama gila
41 Bab 41 - Taman Bermain
42 Bab 42 - Kisah lama yang terulang kembali
43 Bab 43 - Hadiah : Semoga kau selalu mengingatku
44 Bab 44 - Tempat baru
45 Bab 45 - Perubahan
46 Bab 46 - Bertemu
47 Bab 47 - Mengikis rasa "dingin"
48 Bab 48 - Tidak ada yang perlu ditakutkan
49 Bab 49 - Lega
50 Bab 50 - Mari hidup dengan bahagia
51 Bab 51 - Terima kasih sudah menerimaku dengan baik
52 Bab 52 - Berita hangat
53 Bab 53 - H-1 Pernikahan
54 Bab 54 - Semuanya akan baik-baik saja
55 Bab 55 - SAH
56 Bab 56 - Melayang di atas awan
57 Bab 57 - Honeymoon
58 Bab 58 - Oleh-oleh
59 Bab 59 - Layaknya kucing yang diberikan ikan asin
60 Bab 60 - Pemeriksaan
61 Bab 61 - Kebahagiaan itu nyata (END)
62 Cerita baru - Bukan pilihan gila
Episodes

Updated 62 Episodes

1
Bab 1 - Suami yang tega menjual istrinya sendiri
2
Bab 2 - Kediaman Bara Maharaja
3
Bab 3 - Tuan Muda Maharaja
4
Bab 4 - Teh Chamomile
5
Bab 5 - Kolam renang
6
Bab 6 - Pelajaran untuk Clara
7
Bab 7 - Kamar Gama
8
Bab 8 - Jam tangan
9
Bab 9 - Secangkir teh dan obrolan tengah malam
10
Bab 10 - Sifat asli
11
Bab 11 - Makan malam dan taman
12
Bab 12 - Pertemuan
13
Bab 13 - Pertikaian
14
Bab 14 - Tamu
15
Bab 15 - Sebuah ungkapan
16
Bab 16 - Teh Chamomile 2
17
Bab 17 - Tidak tahan
18
Bab 18 - Ajakan ke kantor
19
Bab 19 - Kekeliruan
20
Bab 20 - Baikan
21
Bab 21 - Sakit
22
Bab 22 - Kantor
23
Bab 23 - Kejadian di ruangan Gama
24
Bab 24 - Tidur di kamar yang sama
25
Bab 25 - Cerita masa lalu dan panggilan video
26
Bab 26 - Keraguan yang mendalam
27
Bab 27 - "Kau percaya aku menyukaimu?"
28
Bab 28 - Datangnya pelayan baru
29
Bab 29 - "Hanya ingin"
30
Bab 30 - Mas dan Adek
31
Bab 31 - "Dia kekasih saya"
32
Bab 32 - Trending 1
33
Bab 33 - Ungkapan yang tidak direncanakan
34
Bab 34 - Terlalu takut
35
Bab 35 - Memikirkan apa yang perlu dipikirkan
36
Bab 36 - Sebuah penawaran
37
Bab 37 - Apa yang akan kau lakukan untuk melindungiku?
38
Bab 38 - Penjelasan tentang Kakak dan Adik
39
Bab 39 - "Demi kebaikan kita"
40
Bab 40 - Sama-sama gila
41
Bab 41 - Taman Bermain
42
Bab 42 - Kisah lama yang terulang kembali
43
Bab 43 - Hadiah : Semoga kau selalu mengingatku
44
Bab 44 - Tempat baru
45
Bab 45 - Perubahan
46
Bab 46 - Bertemu
47
Bab 47 - Mengikis rasa "dingin"
48
Bab 48 - Tidak ada yang perlu ditakutkan
49
Bab 49 - Lega
50
Bab 50 - Mari hidup dengan bahagia
51
Bab 51 - Terima kasih sudah menerimaku dengan baik
52
Bab 52 - Berita hangat
53
Bab 53 - H-1 Pernikahan
54
Bab 54 - Semuanya akan baik-baik saja
55
Bab 55 - SAH
56
Bab 56 - Melayang di atas awan
57
Bab 57 - Honeymoon
58
Bab 58 - Oleh-oleh
59
Bab 59 - Layaknya kucing yang diberikan ikan asin
60
Bab 60 - Pemeriksaan
61
Bab 61 - Kebahagiaan itu nyata (END)
62
Cerita baru - Bukan pilihan gila

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!