Sejak kepulangannya dari perusahaan Alvarez. Queen terus saja diam dengan pikiran yang berkecamuk. Tak ada yang tahu jika gadis itu tengah gelisah, bahkan makan malam pun ia banyak diam dan hanya menyahut jika ditanya.
"Nak, Kamu kenapa?" tanya Demon ketika melihat wajah Queen seperti tengah menghadapi masalah yang sangat besar. Ditambah lagi, gadis itu masih diam tak menyahuti ucapan Demon, pria tua renta itu yakin jika ada yang tengah di sembunyikan cucu menantunya. "Queen, apa yang kamu pikirkan?" tanyanya lagi ketika tak ada jawaban dari Queen.
"Eh, kakek. Aku tidak apa-apa," sahutnya berusaha menetralkan deru jantungnya yang gugup hanya karena ketahuan melamun. "Kakek kenapa kesini? Ada yang Kakek butuhkan!" tanya Queen.
"Tidak, Kakek tadi melihatmu dari sana," tunjuk Demon ke arah jendela kamarnya. "Dan melihat kamu duduk sendirian disini. Ada apa hmm? apa kamu tidak betah tinggal disini?" tanya Demon memastikan.
Queen menggelengkan kepalanya dengan cepat, tidak membenarkan apa yang dikatakan Demon padanya. "Tidak, Kek. Mana mungkin Queen tidak betah di istana ini," tukas Queen tersenyum, menampakkan gigi putih yang berjejer rapi disana.
"Begitu! Lalu, kenapa? apa kamu merindukan Arsya, Kakekmu?" tanya Demon dengan dahi yang sudah mengerut.
"Pilih aman aja deh." gumam Queen dalam hatinya. Di detik kemudian, ia menganggukkan kepalanya antusias. Niatnya hanya ingin Demon mempercayai apa yang diucapkannya. "Iya Kek, aku merindukan Kakek." jawabnya, jangan lupakan Queen memasang wajah sendu di wajah cantiknya.
"Kalau begitu ajak suamimu, Nak. Kakek izinkan kalian tinggal bersama Arsya malam ini, ingat hanya malam ini," seru Demon membuat mata Queen membulat sempurna. Mendengar nama suami saja, Queen sudah dilanda keterkejutan. Apalagi harus bersama lagi dengan pria itu, sudah pasti pria yang berstatus suaminya itu kan meminta jawaban yang dilayangkannya tadi.
"Aku kesini buat menghindar. Ya kali sekarang harus bareng lagi," batinnya menangis meratapi nasibnya.
"Sepertinya tidak perlu deh, Kek. Aku akan kesana sendirian." Queen berusaha agar Demon tak mencurigai keputusannya yang tak mau bersama dengan Alvarez.
"Tidak." sahutnya dengan cepat. "Kakek tidak mengizinkannya, kamu harus kesana bersama suamimu." Demon berucap dengan tegas, bahkan sorot matanya memperlihatkan bahwa ucapan pria itu tak bisa di ganggu gugat lagi.
Queen tak bisa berkata-kata lagi, tenggorakannya terasa tercekat untuk bersuara kembali. "Ya Tuhan, apalagi ini!" gumamnya.
Ingin rasanya Queen menangis sekencang-kencangnya. Namun, ia sadar jika cengeng bukanlah salah satu sifatnya. Ia berusaha kuat mengatasinya walaupun semua tak semudah yang di bayangkan.
"Alva, kemarilah." Suara bass Demon membuat jantung Queen berdetak tak karuan. Ia tak ingin menoleh dan melihat siapa yang di panggil Demon, Queen sangat yakin jika pria yang tak ingin ditemuinya adalah seseorang yang tengah dipanggil Demon untuk mendekat. Gadis itu sangat paham dengan panggilan yang ditujukan pria tua itu untuk cucu kesayangannya.
"Ada apa, Kek?" tanya Alvarez yang sudah berdiri di depan Demon, dan tentunya di depan Queen juga yang sudah melihat kearah lain.
"Pergilah ke rumah Queen. Tinggallah disana malam ini, Biarkan cucu cantik kakek ini bisa mengobati rasa rindunya pada Arsya," titahnya dengan tatapan penuh perintah ke arah Alvarez.
Tatapan Alvarez bergulir ke arah Queen yang masih asyik dengan dunianya. Seperti raganya tak nampak di mata Queen, hingga membuatnya enggan melihat ke arahnya.
"Baik, Kek." suara itu membuat Queen semakin ketar-ketir dibuatnya. Ia meremat jari- jemarinya sendiri agar rasa gugupnya lenyap tanpa sisa.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments