Dengan berjalan mengendap-endap dengan highheels berada di tangannya seperti biasa. Queen terus saja melangkahkan kakinya layaknya maling yang hendak mencuri barang berharga di kediaman Sinklair. Sepi dan sunyi, hal itulah yang di lihat oleh mata Queen hingga membuatnya menghembuskan nafasnya dengan lega. "Untungnya Kakek tidur," serunya dengan mengusap dadanya berulang kali.
Dengan cahaya temaram, kaki Queen hendak menaiki anak tangga. Tapi ia urungkan ketika tiba-tiba lampu menyala dengan terang.
ctekk...
"Dari mana saja kamu?" suara bass itu membuat Queen meneguk ludahnya dengan kasar. Keringat dingin tiba-tiba luruh di dahi mulusnya tanpa permisi.
Dengan gerakan pelan, wajah cantik itu menoleh ke arah sumber suara. Matanya membulat ketika mendapati Kakeknya berada disana dengan tatapan yang begitu tak bersahabat.
"Ka-kek!" suara tercekat seakan bibirnya sulit untuk terbuka.
"Dari mana kamu?" Tanyanya lagi dengan penuh penekanan.
"Ak-ku dari rumah teman, Kek," dalihnya. Mana mungkin ia berbicara jujur pada si Kakek pikir Queen.
Mata Arsha memicing, "selarut ini!"
"Iy-a."
"Apa kamu ingat perintah Kakek setelah kamu selesai makan?" tanyanya sembari berjalan pelan dengan bantuan tongkatnya. "Jawab, Queen?" sentaknya.
Queen terjingkat kaget mendengar bentakan yang ditujukan Arsha. Baru pertama kalinya pria tua itu memarahinya disertai bentakan.
"Maafkan queen, Kek. Queen ngaku salah," seru Queen, tubuhnya meluruh sembari memegang kaki Arsha dengan kuat. "Queen janji gak bakal ulangi," tambahnya, terdengar suara penuh penyesalan yang dikeluarkan Queen untuk Arsha.
"Kenapa kamu bohongi kakek, Queen? Kamu itu anak gadis, tidak baik keluyuran malam-malam seperti ini. Berbahaya," tegasnya. Sorot matanya tersirat kelegaan ketika cucunya salam keadaan baik-baik saja. Sedari tadi, ia merasakan kecemasan yang kuat biasa setelah Raina memberitahunya. Awalnya Arsha tak percaya, tapi ketika melihat sendiri kamar Queen kosong barulah rasa cemas seketika menggerogoti hatinya. "Jawab kakek, Queen. kamu dari mana?" tanyanya lagi.
"Ak-ku dari bar, Kek." Suara lirih itu begitu menyakitkan untuk Arsha. Tubuhnya tiba-tiba mundur perlahan sembari memegang dadanya dengan kuat.
"Kakek." panggilnya sembari berusaha menangkap tubuh Arsha agar tak terjatuh. "Kek, aku memang ke bar. Tapi aku berani bersumpah kalau aku tidak mabok ataupun melakukan hal negatif lainya. Aku hanya ingin menghilangkan stres ku saja, Kek," jelas Queen dengan nada gemetar. Tanpa sadar air matanya luruh di pipi mulus itu.
"Apa salah kakek padamu, Queen? kenapa kamu berbuat seperti itu?" tanyanya ada nada putus asa dari pria tua renta tersebut.
Queen tak menjawab pertanyaan Arsha, ia berusaha membawa tubuh tua itu agar duduk di sofa seperti sebelumnya.
"Kakek tolong jangan salahkan diri Kakek lagi, Queen minta maaf karena udah bikin Kakek kecewa. Dan Queen janji gak bakalan balik kesana lagi demi Kakek," terangnya berusaha meyakinkan Arsha.
Arsha menggeleng, "Kakek sudah tidak percaya padamu," timpalnya dengan sorot mata lurus kedepan. Percayalah, Queen yang melihat hal itu merasa tersakiti. Di dunia ini hanya Kakeknya yang begitu besar rasa cinta dan kasih sayang untuknya selain almarhum Mamanya.
"Kek, maafin queen. Queen harus gimana lagi bisa bikin Kakek percaya sama aku," lirihnya, ada rasa frustasi ketika sang kakak tak mempercayai lagi. Ia berpikir, Kakeknya akan angkat tangan atas dirinya setelah ini.
"Ikuti mau Kakek dan Kakek akan memaafkan kesalahanmu," jelasnya, wajah Arsha menoleh ke arah Queen yang sudah di banjiri air mata.
"Iya, Kek. Queen janji bakalan nurut sama Kakek," sahutnya tanpa pikir panjang.
"Besok malam temani Kakek, jangan banyak alasan ataupun menolak. Karena itu jalan satu-satunya agar Kakek memaafkan mu," jelasnya. Pria itu berdiri meninggalkan Queen yang mengembangkan senyumannya disana. Hatinya lega ketika Arsha tak memberatkan dirinya atas maaf yang berusaha di dapatkannya.
"Nih gara-gara ulet itu. Aku yakin dia mau ambil muka biar kakek pindah haluan. Dasar stres, belum cukup ambil Papa bahkan kasih sayangnya. Sekarang berusaha pepetin Kakek gue. Jangan harap bisa," gumam Queen meluruhkan punggungnya dengan bersandar di sofa. "Untung Kakek gak minim pemikirannya," tambahnya.
"Kasian banget ya! Abis di marahin," ejek Riana yang muncul di balik tembok.
Tak ada reaksi dari Queen, gadis itu memutar bola matanya malas ketika mendengar suara yang membuatnya muak. "Dih, bahagia! Lo pikir bisa menang adepin gue," sarkas Queen tanpa melihat kearah lawan bicaranya.
"Iya dong, sebentar lagi kakek bakalan sayang sama gue dan acuin lo. Udah kebukti kan kalau gue selalu di atas lo, termasuk bokap lo aja lebih care sama gue," serunya, terlihat senyuman pongah dan penuh kemenangan di wajah itu. "Dan yah, jangan lupain Nando. Bukannya dia waktu deket sama lo malah nyeleweng ke gue. Itu tandanya gue lebih segalanya dari lo, Upik Abu," jelasnya dengan senyuman sinisnya ke arah Queen.
Queen berdecih, "terus gue harus bilang wow gitu. Muka pas-pasan aja udah belagu. mending lo gedein buah cerry lo itu biar Nando gak ngelirik buah melon gue," sarkasnya, gadis cantik itu berlalu dari sana meninggalkan Riana yang mulai emosi karena ucapan Queen.
"Sialan, dasar Queen gila," ingin sekali ia berteriak. Namun, semuanya hanya angan semata karena ia takut terdengar oleh Arsha.
Ia menunduk dengan mata menatap ke arah dadanya, kepunyanya memang tak sebesar milik Queen. Ia merasa insecure sedari dulu ketika berhadapan dengan Queen di sekolahnya. Tapi rasa insecure itu tiba-tiba lenyap ketika Mamanya menikah dengan Papa Queen. Dunianya seakan cerah, hingga ia berusaha menandingi apapun yang Queen miliki termasuk kecantikannya.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments
💞Dormon💙💙💙
Mantap Queen👍👍👍
2025-01-06
0