Dalam taksi yang melaju pelan, suasana terasa begitu hening. Erika memandangi jendela dengan pandangan yang kosong, pikirannya penuh kegelisahan yang tak terucapkan. Dari sisi lain, Queen Napak tidak dapat menyembunyikan senyum bahagianya. Matanya berbinar, seolah-olah beban berat telah terangkat dari bahunya karena kini ia tahu bahwa ia akan bebas dari genggam Demon dan Alvarez. Sementara itu, Erina duduk di sudut, badannya gemetar dan keringat dingin bermunculan di dahinya. Setiap kali taksi melewati lorong yang gelap, jantungnya seakan berhenti sejenak, penuh ketakutan atas apa yang mungkin menunggunya setelah turun dari taksi.
Yah, setelah pulang sekolah. Queen dan Erina sengaja mendatangi kantor Alvarez bekerja. Queen akan mulai bekerja keras untuk membuat pria seperti Alvarez menjauh dari wanita jalang nya. Pikirannya sudah bulat, jika Queen akan melakukan apapun untuk bisa terbebas dari jeratan Demon dan Alvarez tentunya.
Queen menoleh ke arah Erina yang saling menautkan jarinya disana, wajahnya dengan seksama menatap kearah luar cendela mobil. "Kenapa lagi tuh bocah? Keliatan banget khawatir? Apa jangan-jangan dia takut gue macam-macam di kantor abangnya," batin Queen.
Hingga dibeberapa menit lamanya, akhirnya mobil yang dikendarai Erina dan Queen berhenti di depan lobby gedung pencakar langit. Queen merasa takjub dibuatnya, ia tak menyangka jika perusahaan keluarga Nandau sepengaruh ini di dalam dunia bisnis pikirnya.
"Lo serius ini kantor Abang lo!" seru Queen menatap sekitar ketika tubuhnya turun bersamaan dengan Erina.
"Iya. Kenapa, gak percaya?" sarkas Erina setelah membayar ongkos taksi.
"Gak tau." Queen menyahut sembari melangkahkan kakinya masuk kedalam perusahaan ND Crop. Lagi dan lagi, ia terpesona dengan gaya arsitekturnya, bahkan ia sangat suka dengan penataan ya g disusun di area resepsionis ND Crop.
"Nona Erina, apa ada yang bisa saya bantu?" tanya seseorang wanita dengan ramah. Wanita itu menunduk hormat ke arah Erina yang dikenal sebagai cucu dari pemilik perusahaan tempatnya bekerja.
"Abang ada?" tanya Erina tanpa basa-basi. Bahkan di wajah itu tak nampak senyuman, terkesan dingin dari pandangan Queen.
"Ada, Nona. Tap..."
Belum usai ucapan resepsionis tersebut, Erina lebih memilih menarik tangan Queen menjauh dari sana. Keduanya masuk kedalam lift yang dikhususkan direktur utama dan petinggi perusahaan. Tidak ada yang boleh masuk kecuali orang-orang penting di ND Crop.
"Geli gue lihat muka lo yang kesannya dingin, Rin. Sumpah, perut gue pengen muntah lihatnya," tukas Queen ketika melihat Erina di mode awal. Menjadi gadis centil dan absurt seperti sebelumnya.
"Ck, Lo harus nyontoh gue, Queen. Jangan lihatin Sisis lembut dan lemah lo di depan pekerja. Biar kagak ngelunjak," terang Erina membenahi bandonya. Bahkan ia mengusap liptint di bibirnya agar terlihat lebih fresh lagi.
Queen berdecih, " Gak perlu, gak lama lagi gue bebas," jelasnya dengan senyuman mengembang.
Erina kembali terdiam mendengar perihal itu, Rasa cemas yang tadinya lenyap kini kembali hadir hanya karena mendengar ucapan kebahagiaan Queen. Ia kembali meneguk ludahnya berkali-kali, berusaha melenyapkan kekhawatiran yang tiba-tiba datang menyeruak.
Klikk...
Pintu lift terbuka, membuat dua gadi cantik yang asih memakai seragam sekolah itu keluar dari dalam sana. "Queen, gue ke toilet sebentar ya! Lo lurus saja kesana, nanti ada pintu navy ada papan namanya bang Alvarez," sergah Erina memegang perutnya yang tiba-tiba saja terasa melilit.
Setelah berucap demikian, Erina berlari ke arah kamar mandi khusus tanpa menunggu ucapan dari Queen. Hingga membuat senyuman yang tadinya merekah seketika menciut dengan gampangnya.
"Sialan, gue ditinggal," umpatnya ketika melihat Queen disana lenyap dari pandangannya.
Tanpa mau menunggu lagi, kaki mungil Queen membawa tubuhnya ke arah dua pintu yang saling berhadapan di lantai paling atas tersebut. Matanya terlihat menelisik setiap abjad yang tergantung di depan pintu ruangan itu.
"Nah, Alvarez... Ihhh ngapain gue sebut nama cowok gila itu." Queen begidik ngeri ketika belum usai membaca nama kepanjangan Alvarez yang tergantung di sana.
Tangan mungil itu mengayun untuk membuka handle pintu. Namun, suara seseorang membuatnya menghentikan aksinya.
"Siapa kamu?" tanyanya dengan langkah lebar menunju ke arah Queen.
"Gue istri ehhh maksudnya gue temen Erina," jelasnya memberitahu.
"Nona Erina kemana? Dan kamu, ngapain disini?" cecarnya menatap sekelilingnya hanya untuk mencari Erina.
"Apaan sih ni orang, bikin gak mood," Batinnya, tangan mungil itu berusaha hendak menggapai handle pintu itu ketika sosok itu sibuk mencari Erina. Queen malas meladeninya, terlebih ia tak mengenalnya.
Ceklekk...
"Aaaa...." Queen berteriak ketika melihat sesuatu yang tak seharusnya di lihatnya oleh matanya yang masih suci.
Brakk...
Tanpa aba-aba, Queen menutupnya kembali ketika dua sejoli yang tengah asyik di dalam sana terkejut dengan apa yang dilakukannya.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments