Bab 2 Gara-gara jogetan.

"Ayok, Queen. Lo harus bisa lupain masalah lo, kita joget dan happy -happy malam ini," teriak Avida dengan suara tujuh oktavnya. Pasalnya sekarang keempatnya berada di sebuah bar besar, dengan dentuman musik DJ yang terus saja mengalun dahsyat di indera pendengarannya.

"Kalian aja deh, gue nanti nyusul," sahut Queen sembari meneguk jus yang di pesannya. Yah, hanya segelas jus bukan minuman yang memabukkan seperti para teman-temannya, ia masih waras akan hal itu. Jika semuanya tepar, lalu siapa yang akan membantunya nanti jika tidak ada yang sadar. Bisa-bisa keempat gadis itu akan menjadi santapan Om-om penghuni bar ini.

Dan Queen masih memikirkan Arsha, pria tua itu nanti akan tau jika dirinya keluar dan mabuk-mabukan. Mengingat pria tua itu, Queen merasa gelisah, ia takut jika Rania sampai nekat memberikan rekaman itu pada Kakeknya. "Tidak mungkin, lagipula Kakek tidak akan percaya begitu saja," gumamnya meyakinkan diri.

Queen menghembuskan nafasnya dengan kasar, tatapannya beralih ke arah ketiga teman-temannya. "Mungkin gabung aja biar otak gue kagak ribet sama ulet itu," timpalnya, ia melangkahkan kaki jenjangnya kearah lantai menari.

Semua mata melihat ke arah Queen ketika gadis itu mulai beraksi. Wajah cantik dengan tubuh sintal itu sangat mahir berjoget hingga membuat lawan jenisnya mulai terangsang. Dress dengan tali spageti hingga menampakkan leher bahkan belahan dadanya, ditambah dengan penutup paha yang hanya sejengkal. Sungguh, Queen saat ini menjadi sorotan utama di bar itu.

"Joget terus, Queen. Lupain masalah lo," teriak Amel yang juga ikut heboh dengan tariannya.

Tak ada jawaban dari Queen, gadis itu terlalu fokus pada jogetan nya hingga tak menyadari sorot mata tajam terlampau menusuk melihat ke arahnya.

"Siapa dia? kenapa gue gak pernah melihatnya?" tanya seseorang pria yang berada di lantai VIP. Ia bisa melihat dengan jelas tempat yang tengah berjoget ramai itu dari skat kaca besar. Pria itu masih mengenakan kemeja yang ditekuk hingga sikunya. Urat tangannya begitu tercetak jelas disana. Bahkan ia tanpa sadar mendorong tubuh wanita yang sedari tadi duduk di pangkuannya.

"Perfect ini mah, gue mau tidurin dia sebulan full kalau mau," sarkas Arkana ketika melihat kearah pandang Alvarez.

"Otak lo selakangan mulu, Ar. Kuping gue gedek dengerinnya," sungut Erdio sembari memukul pelan bahu Arkana.

Arkana berdecih, "kayak lo kagak aja, Er. Lo pikir hidup tanpa selakangan enak apa!" Sarkasnya.

"Tergantung siapa yang menjalaninya. Kalau lo ya gitu-gitu aja." Sahut Erdio.

Alvarez merasa terganggu dengan ocehan kedua temannya di tambah rayuan wanita malam itu yang membuatnya risih malam ini. "Gue bakalan dapetin dia malam ini," ujar Alvarez hendak berdiri, meninggalkan dua temannya dan wanita panggilan itu. "Dan untukmu, aku akan transfer nanti," jelasnya.

Langkah penuh wibawa dilayangkan Alvarez ke arah lantai joget disana. Yah, tepatnya ke arah Queen yang masih aktif berjoget tanpa lelah.

"Lo yakin si Varez bisa dapetin cewek itu!" seru Eldio menunjuk ke arah Alvarez yang ikut menari di sebelah Queen.

"Yakin sih, lo kan tau gimana pesona Varez. Siapapun bisa dia dapetin dengan mudah. Kita lihat aja dari sini, gue yakin Varez bisa seret tuh cewek ke kamar," timpalnya dengan penuh percaya diri.

Berbeda dengan Alvarez yang masih setia berjoget disana, tubuhnya dengan sengaja menyentuh kulit mulus Queen ketika gadis itu tak menyadarinya.

"Siapa dia? tampan sekali," bisik Adiva ketika ia menyadari kehadiran Alvarez yang terus saja mepet pada Queen.

Erina melihat ke arah mata Adiva memandang, matanya membulat ketika tau siapa pria yang tengah mendekati salah satu temannya.

"Dia Tuan Alvarez Giordano Nandau, pria kaya yang memiliki kejayaan tertinggi di negara bahkan mancanegara," jelas Erina. "Mungkin dia mabuk, Div. Dia itu terkenal kejam, mana mungkin mau disini bahkan berjoget dengan orang ramai seperti ini," imbuhnya.

Adiva hanya manggut-manggut mendengarnya, meskipun suara DJ begitu menggema. Namun, ia masih mengerti dengan perkataan-perkataan yang dilontarkan Erina padanya.

Srieek...

"Akhh___ apa yang lo lakuin?" pekik Queen ketika tiba-tiba pinggangnya ditarik hingga membuat tubuhnya terbalik dan menabrak dada bidang seseorang.

Yah, yang melakukan itu adalah Alvarez. Pria yang sedari tadi sudah berancang-ancang menaklukkan Queen.

Cuppp...

Tanpa di duga, Alvarez mendaratkan sebuah ciuman pada bibir Queen tanpa permisi. Bukan hanya menempel saja, bahkan Alvarez memberikan sedikit lumatan lembut pada bibir ranumnya.

Dengan kasar, Queen mendorong dada Alvarez dengan kasar. "Lo gila huh?" suara itu bertubrukan dengan suara musik dj hingga tak ada yang tau jika Queen tengah memakai seseorang disana.

Bibir Alvarez tersungging senyuman tampangnya, ibu jarinya mengusap lembut bibir Queen yang basah karena ulahnya. "Bibir sangat manis," hanya itu yang di dengar oleh Queen ketika pria yang tak sekalipun di kenalnya itu memeluknya bahkan menciumnya.

Plakkk...

"Bangsat," umpat Queen setelah menampar Alvarez , ia tak suka harga diriku di injak-injak apalagi yang dilakukan oleh pria itu di depan umum. Meskipun tak ada yang menghiraukannya, Namun, Queen tidak bisa mentolerir hal semacam itu.

Wajah Alvarez menoleh kesamping setelah mendapatkan hadiah tak mengenakkan dari Queen. Tangannya terkepal erat dengan tonjolan di leher yang mulai kelihatan di mata Queen.

"Lo..."

"Kita pergi yuk!" ajak Erina dengan setengah sadar. Ia menggeret Queen agar mengikuti langkahnya ketika melihat wajah Alvarez menampakkan raut emosi yang mendalam.

"Ngapain lo bawa gue pergi sih, Rin. Gue mau kasih pelajaran tuh orang," tegas Queen hendak masuk lagi ke dalam bar, Namun, langkahnya terhenti ketika melihat Adiva dan Amel juga ikut keluar dari dalam bar.

"Kita pulang saja, Queen. Gue rasa kita udah gak aman ada di dalam," ucap Amel dengan memijit pelipisnya.

Queen memicingkan matanya ke arah ketiganya, "kalian itu mabok, gak perlu nasehatin gue yang masih waras ini," paparnya tanpa rasa takut sekalipun.

"Gue masih waras, Queen. Kita pulang saja," tegas Amel kembali menyeret Queen agar mau mengikuti langkahnya. Walaupun berat, Amel dan yang lainnya berusaha sekuat tenaga. Jika mereka membiarkan Queen masuk lagi, mereka takut jika pria yang di tampar Queen akan membuat perhitungan pada gadis cantik itu.

Lebih baik pergi dari pada gue puyeng dan nambah puyeng batin Amel.

"Gue gak terima harga diri gue diinjak-injak gini. Kalian dengar tidak!" Teriaknya ketika tak ada yang mendengarnya sama sekali. "Kalian budek!" sarkasnya.

Ketiganya tetap sama , tak ada yang menjawab celotehan Queen yang sudah seperti toa masjid.

Bersambung...

Terpopuler

Comments

💞Dormon💙💙💙

💞Dormon💙💙💙

Hayoloh Alva syukurin. Main sosor ajaa kayak bebek

2025-01-06

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!