Di meja makan, semua keluarga Nandau berkumpul dimeja makan seperti biasanya. Tak ada suara hanya dentingan sendok dan garpu saling bertubrukan.
"Good morning epribadeh," teriakan melengking dari pintu utama, disusul tubuh kecil mungil yang melangkahkan kakinya dengan balutan seragam yang sama dengan seragam yang di pakai Queen sekarang.
Mata Queen melotot sempurna setelah wajah pemilik suara cempreng itu muncul dan terlihat di indera penglihatannya. "Erina," Beonya.
Queen hendak bangkit dari duduknya hanya karena kedatangan sahabatnya, Erina. Namun, mendengar suara Demon, membuatnya mengurungkan niatnya bingung.
Queen nampak kebingungan disana ketika melihat interaksi dari Erina dan Demon. Sahabatnya terkesan biasanya saja menghadapi Demon, bahkan terkesan apa adanya tanpa jaim.
"Queen, dia juga cucu Kakek dan satu sekolahan denganmu. Kakek pikir kalian saling kenal, bukan!" ujar Demon menatap Erina yang cengengesan dan Queen dengan kebingungannya.
"Iya, Kek." Queen menyahut dengan suara lirihnya, berbeda dengan Queen yang biasanya. Mungkinkah karena dalam lingkup keluarga Nandau, gadis cantik jelita itu merubah kepribadiannya hanya di depan keluarga sang suami?.
"Awas kau, Erina. Tunggu pembalasanku nanti," gumam Queen dalam hati.
Sejauh ini, Queen tak tau menau dengan marga Erina yang sesungguhnya. Ia hanya tau jika keluarganya orang kaya dan sangat disegani. Tapi sekarang semuanya terkuak, Erina menutupi latar belakangnya. Bahkan, Queen berpikir jika gadis itu sudah tau dengan perjodohan gila ini sebelumnya tanpa diberi tau.
"Alva, anterin dulu mereka, baru kamu ke kantor," titah Demon yang tak bisa di ganggu gugat. "Kamu mendengarnya, Alva. Kenapa kamu melihat istrimu seperti itu?" tanya Demon dengan wajah penuh menelisik.
Alvarez yang mendengarnya dibuat kelagapan, namun sebisa mungkin ia masih menunjukkan wibawanya di depan Queen tentunya.
"Tidak. Hanya saja ak..."
"Dia itu terpesona lihat Queen, Pa. Lihatlah menantu kita cantik sekali." potong Arta menggoda Alvarez dengan gamblang. "Papa tau gak! Tadi aku mel..."
"No, Bunda. Aku pamit berangkat sekolah." Queen nampak terburu-buru setelah tau kemana ranah pembicaraan Arta selanjutnya. Ia tak mau mendengarnya, hingga ia berusaha pergi lebih dulu hanya karena takut menjadi bulan-bulanan Arta dan Demon tentunya.
Erina dan Alvarez juga mengikuti Queen yang terlebih dulu pergi. Gadis itu terkesan ketakutan, tapi sanggup membuat Demon, Arta dan Arsen terhibur dengan tingkahnya.
"Dia itu malu ya! Masa langsung lari kayak di kejar setan," celetuk Arta menggelengkan kepalanya dengan perlahan.
"Jangan mengganggunya, Bun. Yang ada mereka bakalan malu-malu kucing kalau kamu ketahuan ngintip lagi," tegur Arsen pada Arta, istrinya .
Yah, tadi Arta memang sengaja mengintip di depan pintu kamar Alvarez. Hingga satu jam bahkan punggung terasa kaku saking lamanya berdiri. Namum, semua rasa penasarannya seketika lenyap ketika mendengar barang-barang jatuh dari dalam kamar Alvarez. Hingga membuatnya ketakutan dengan tingkah Alvarez yang terkesan grasak-grusuk menjalankan ibadah yang sesungguhnya.
"Tapi Bunda penasaran, Pa. Mereka itu di jodohkan dan sok gak mau. Tapi tadi pagi kayaknya si Alva deh yang gak bisa," ujar Arta menerawang hal di beberapa menit tadi.
"Gak bisa apanya?" Tanya Arsen.
"Gak bisa nahan dan gak sabaran," jelas Arta terkekeh geli melihat mata Queen yang berbeda ketika dirinya datang dan berada di depan pintu kamarnya.
"Doakan saja, semoga Alva tidak lagi melakukan rutinitas gilanya dengan para jalang- jalang itu" seru Demon, tanpa sepengetahuan Alvarez, pria tua renta itu sengaja mengirimkan untuk memata-matai kelakuan buruk seorang Alvarez.
"Bunda yakin. Gak lama lagi, si Alva kayaknya yang bakalan bucin berlebihan."
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments