"Eh?" celetuk Makaria kaget. Namun ternyata Mimi menghadang si pemeluk, alhasil gadis kecil itu terjepit diantara Makaria dan pria tersebut.
"Auwhh, apa-apaan sih kamu!" seru Mimi segera mendorong mundur pria itu. Pria itu sudah sembap matanya, kembali ingin maju namun ditahan Neoron. Makaria sendiri bingung dengan tindakan drastis si pria yang belum pernah dia lihat sebelumnya.
"Aneki!!" seru pria tersebut. Neoron segera mendorong pria itu hingga kembali duduk di kursinya.
"Maafkan saya, Nona Ria. Dialah tamu kita, tapi...." ucap Neoron sambil menahan tubuh pria itu.
"Apa kalian bersaudara?" celetuk Harry tiba-tiba. Mulutnya masih makan tapi matanya berpindah dari pemuda itu ke Makaria.
"Erm...aku tak tahu. Dulu aku terlempar ke dimensi lain ketika..." ucap Makaria perlahan duduk di salah satu kursi sambil mengingat-ingat. Sementara Mimi mendelik ke arah pemuda itu.
"Tentu saja Aneki tak ingat....ketika Aneki menghilang, aku masih dalam kandungan Mama Aurel" ucap si pemuda ketus sambil sesegukan, "tapi Papa Heru punya foto Aneki, makanya saya yakin"
Begitu mendengar kedua nama orang tuanya, kegiatan makan Makaria terhenti. Seketika dia baru ingat, beberapa Minggu sebelum dia menghilang, dia ingat ibunya saat itu sedang dalam masa kehamilan.
"Hmm...sebaiknya kita selesaikan makan terlebih dahulu, lalu kita berkumpul di Bridge untuk memperjelas keadaan ini, mengerti Tuan dan Nona?" ucap Neoron. Lalu mereka semua pun makan dalam diam. Osayr sendiri hanya tertegun sejenak mengenai kejadian tadi. Harry sebaliknya tampak santai seolah tak terjadi apa-apa. Berliana dan Ruby saling pandang sejenak, mereka memasang wajah menilai antara Makaria dan Zagreus.
****
< Serenium. Bridge, Pukul 19:45 >
"Saya meminta maaf atas tindakan impulsif tadi. Saya hanya sembrono, tapi tak ada maksud membohongi kru Serenium ataupun SPD. Saya benar-benar seorang Demigod Shapeshifter. Lihat." ucap Zagreus. Dia lalu menutup mata dan hening sejenak. Sedetik kemudian wajah dan rambutnya berubah menjadi Berliana. Lengkap dengan postur fisik Berliana yang agak proporsional. Hanya pakaiannya saja yang tiba-tiba mengetat di bagian pinggul dan dada.
Neoron, Makaria, Mimi dan Harry terkesima. Sementara Osayr yang biasa melihat berbagai jenis makhluk, tak terlalu kaget.
"Waw, kau seperti versi manusia-nya Berliana! Haha..." sahut Harry yang matanya jelalatan ke bagian yang 'enak'. Berliana yang berdiri di belakangnya segera mengetuk keras kepala pria India itu.
*dugh!* "Aduh!" pekik Harry, membuat Mimi, Makaria dan Neoron tertawa. Osayr dan Zagreus sedikit tersenyum. Zagreus lalu mengembalikan penampilannya kembali ke wajah orientalnya semula.
"Reus, bagaimana kabar Papa Mama?" tanya Makaria serius.
"Mereka sehat, Aneki. Hanya sudah agak tua dan Core mereka sudah dipindah-tangankan ke fisik yang lebih muda!" jawab Zagreus santai. Makaria menghela nafas lega.
"Tuan Reus. Bagaimana mekanisme kemampuan anda ini dan apa rencana anda untuk menyelinap ke dimensi itu?" tanya Neoron dengan nada kebapakan. Osayr mendengar dengan serius.
"Tunggu! Reus yang menjalankan Misi dari Osayr? Apa tak berbahaya?" potong Makaria tiba-tiba, bagaimanapun pria itu adik kandungnya, dia merasa berhak melindunginya.
"Aneki tak perlu khawatir, hehe...detil Misi dan pelatihan sudah Reus jalankan. Tante Penelope dan Oma Merry sudah menjelaskan caranya. Dan juga, " Zagreus lalu mengeluarkan dua bilah pisau tajam, "ini dipinjamkan Tante Penelope. Sebagai identitas dan jaga-jaga saja..."
"Ini sangat tajam..." ucap Mimi ketika Zagreus mempersilakan gadis kecil itu meneliti senjata tersebut. Mimi menerawang senjata dengan nama Calypso Stiletto tersebut. Jarinya memang merasakan ketajaman pisau itu. Namun firasatnya dia merasakan hal seperti ada yang hidup dari senjata tersebut.
"Itu senjata dengan properti kutukan" ucap Berliana tiba-tiba. Membuat semua menoleh padanya.
"Senjata ini tercipta dari makhluk hidup yang tak lagi diinginkan oleh ras atau masyarakatnya. Saya pribadi menyarankan, Tuan Reus tidak menggunakannya. Karena properti kutukan ini hanya berpindah ketika pemegang awal meninggal" jelas Berliana.
"Ahh ya, kamu ada disana kan ketika Misi mengambil senjata ini?" tebak Makaria. Berliana mengangguk mengiyakan. Memang saat itu dia adalah pemimpin Robo Maid pada project Symposium. Saat itu tiga orang yang "menyelamatkan" senjata pusaka tersebut. Walau yang mengambilnya hanya satu yaitu Mikazuki Ren. Namun tiga darah individu digunakan saat pengambilan dilakukan, yaitu Penelope, Ren dan Kapten pada project tersebut, Duron.
****
< Dimensi Akhnata, Planet Ghamdira. Bukit Troforrus, Lost Sector >
Seorang wanita berparas cantik sedang menatap kuil yang berada di puncak bukit. Kulitnya yang setengah bersisik memancar merefleksikan cahaya bulan dari Planet tersebut. Dia hanya memakai pakaian ala Kerajaan Bawah Laut, semacam dress putih tanpa ornamen. Rambutnya yang biru muda memancar terang di kegelapan bukit tersebut. Itu karena rambut dan segala aspek di dirinya, bukanlah senormalnya manusia biasa.
Dia berjalan tanpa alas kaki, setiap langkahnya menciptakan gemercik air. Hantu-hantu gentayangan berusaha menyerangnya. Namun percuma saja, pancaran senandung suaranya membuat makhluk-makhluk tersebut terpukul mundur.
Wanita itu terus saja berjalan sambil bersenandung hingga sampai di pintu kuil yang tampak hidup. Anehnya seluruh nadi yang bertengger menutupi pegangan pintu segera menghindari tangan si wanita. Sehingga muncullah pegangan pintu berbordir batu Obsidian.
*ceklek....kraak...krakk....* (bunyi pintu dengan tinggi empat meter membuka)
Kembali si wanita bersenandung, sembari berjalan dia juga menajamkan telinganya. Dia berjalan ke lantai dua kuil tersebut, terus hingga kamar terakhir di ujung koridor. Pintu kamar pun otomatis terbuka kali ini tanpa dia menyentuhnya.
Terlihatlah olehnya sebuah tombak dua mata pisau yang cukup tajam. Wanita itu berjalan mendekat. Dia menghentikan senandungnya, ketika sudah sampai didepan tombak tersebut.
"Kaine...." ucapnya dengan nada sedikit bergetar. Tombak itu tak bergeming ketika dia berusaha mengambilnya. Namun cawan kecil di dekat tombak, membuatnya dapat menebak bahwa dia perlu melakukan "pembayaran".
Dengan satu kukunya, yang tiba-tiba memanjang. Dia baretkan sedikit pada telapak tangannya yang lain. Darah berwarna hijau toska mengalir, dia langsung menitikkan beberapa tetes darahnya ke cawan tersebut.
Patung batu manusia yang memegang erat tombak tersebut tiba-tiba berpendar keemasan selama beberapa detik. Hingga tempat dimana tadi terdapat patung tersebut lenyap. Digantikan tombak dua mata pisau tersebut yang berwarna gradien emas dan perak. Wanita itu mengambil tombak tersebut, dia melihat nama tombak itu:
Kaine's Bident
Wanita itu menutup matanya sebentar, berusaha tegar. Lalu dia pun berbalik keluar dari kamar tersebut. Seperti biasa pada kuil tersebut. Bagi siapa saja yang telah berhasil mengajukan kontrak darah, seluruh rintangan menuju keluar kuil dihentikan. Sehingga saat ini wanita tersebut melangkah keluar kuil dengan wajah tegar serius tanpa bersenandung sama sekali.
Ketika dirinya sudah berjarak sekitar 30 meter dari kuil tersebut. Dia berbalik sejenak menatap kuil tersebut.
"Thank you..." ucapnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments