< Bumi. Tahun 3216. Saitama, Jepang >
*ssshhh....zaph!* seorang pria berusia 18 tahun baru saja muncul tepat di depan garasi rumahnya. Gerakannya begitu tiba-tiba hingga dia hampir kehilangan keseimbangan.
"Oh...to. Huff....hampir aja..." ucapnya pelan sambil mengawasi keadaan sekitar, memastikan tidak ada yg melihatnya melakukan hal yang menurutnya konyol ini. Dia baru saja menyelesaikan lari paginya selama satu jam. Sejenak dia melihat pedometer pada pergelangan tangan kirinya, menunjukkan...
"Ha! 200.000 langkah persis! Dan....awh, man!!" serunya girang namun hatinya mencelos ketika melihat kantong di tangan kanannya. Dalam kantong itu dia berencana memamerkan bahwa dia dapat berlari tanpa merusak makanan didalamnya yaitu bubur ayam yang dibelinya dari kota sebelah. Tapi nyatanya, seluruh isi bubur itu sudah tumpah ruah di dalam kantong tersebut.
"Apa yang kau lakukan, Hayate Davis?" ucap seorang wanita paruh baya yang tiba-tiba saja muncul dibalik pagar. Raut mukanya tampak malas melihat anaknya yang tersenyum tercekat, dia memang paling sulit menyembunyikan ekspresi bersalah dari ibunya yang berdarah Amerika tersebut.
****
"Sudah mama bilang, jangan mulai dari makanan masak. Lain kali belilah yang kering-kering. Nanti lambat laun, belilah kue. Bukannya mama larang lho...!" ucap Thea ke anaknya, yang saat ini sudah selesai mandi dan duduk di sofa ruang tengah rumahnya. Hayate tampak memiringkan mukanya sedikit sambil menatap telapak tangannya.
"Tapi bukannya waktuku ga lama lagi, ma? Aku takut kurang berguna nanti di Serenium nanti....?!" ucap Hayate agak mencicit, takut ibunya menjadi sedih. Namun Thea tampak tegar dan tersenyum.
"Kamu nanti mama pastikan ke papamu agar kamu dapat pulang setiap beberapa waktu. Tapi sejujurnya, mama rasa setiap kamu pulang, kamu mungkin melihat mama ga berubah banyak, heh!" sahutnya mengakhiri dengan kebanggaan. Thea berpikir sejauh-jauhnya waktu berputar ketika anaknya berpetualang, dia mungkin kembali ke waktu terakhir dia meninggalkan keluarganya.
Hayate Davis adalah seorang Parahuman dengan kode nama Sprint. Memiliki kemampuan lari jauh diatas rata-rata manusia biasa. Dirinya sudah dilatih oleh ayah-ibunya sejak usia 8 tahun. Saat itu, ayahnya, Servo, telah melihat potensi anak laki-lakinya tersebut. Memang hal ini sudah diantisipasi pasangan tersebut.
Untungnya anak kedua mereka, Kana, yang berusia lima tahun dibawah Hayate, terlahir dengan kemampuan yang lebih mudah dikendalikan. Sehingga Servo dan Thea tak perlu banyak melatih fisiknya.
"Yaaah, pasti gagal ya, nii-chan?!" celetuk seorang gadis yang baru beranjak remaja, baru saja masuk dari pintu depan rumahnya. Dia adalah Kana, seorang anak yang baru saja masuk SMP. Hayate hanya bangkit dan berjalan cepat dan mengacak rambut adiknya tersebut pelan. Thea tampak paham sambil tersenyum.
"Lain kali, nii-chan bawa makanan yang kering-kering dulu ya, soalnya sekarang nii-chan masih kurang stabil larinya.." ucap Hayate lembut. Kana hanya mengangguk manja. Thea menatap agak sedih mengingat anak laki-lakinya akan segera pergi, dia merasa takut Kana sulit melepasnya kelak.
"Kana, pergilah mandi sana. Mama masih mau ngobrol dikit sama kakakmu.." ucapnya santai namun tegas. Kana segera pamit sambil tersenyum sekilas. Maka Hayate pun kembali duduk di sofa, raut wajahnya seketika serius.
"Profesor Einstein dari Kaunsel Waktu memberi kabar. Kepergianmu akan ditunda hingga beberapa bulan ke depan. Tidak secepat perkiraan sebelumnya. Jadi gunakanlah waktumu berlatih sebaik-baiknya, Sprint. Konsultasilah dengan orang-orang di GDI, mungkin mereka punya solusi buatmu" ucap Thea formal. Hayate segera paham maksud ibunya. Dia pun manggut sambil berpikir mendalam.
****
< Bumi. Tahun 70 Sebelum Masehi. Kerajaan Qin Ting, China >
"Haah...sudah beberapa Minggu aku disini. Tiba-tiba saja tak ada kasus menarik. Tampaknya ini waktu yang tepat untuk bereksperimen...hehehe..." monolog seorang Gadis berambut panjang hitam berusia 17 tahun. Saat ini dia sedang berada di pelataran istana kerajaan dinasti Qin.
Pekerjaannya sebagai peracik obat, terkadang mengundang kasus di istana tersebut. Tubuhnya yang pendek dan lincah, membuatnya mudah membantu pihak istana memecahkan kasus-kasus rumit yang berhubungan dengan keracunan ataupun kasus yang tak ada hubungannya dengan racun. Pemecah misteri, terkadang itu panggilannya.
"Mimi!" panggil seseorang dari jauh, ketika dirinya sedang memetik beberapa tanaman herbal di taman istana. Mimi segera memasang raut kesal karena melihat seorang Kasim terkeren di istana memanggilnya. Mimi jelas tak berpendapat sama dengan para kaum hawa di istana tersebut.
"Ada apa, Gao-sama...?" dengan cepat Mimi memasang senyum kaku, bagaimanapun status Gao lebih tinggi darinya. Gao tersenyum simpul sambil memintanya mengikutinya ke ruang kerja.
"Jin, ambilkan surat tadi" suruh Gao ke asisten pribadinya.
"Baik, Tuan Gao!" dengan sigap dia mengambil selembar surat dengan kertas yang sangat bagus dan putih di jaman tersebut. Mimi agak terkesima, karena biasanya perintah hanya ditulis dalam pahatan kayu atau ditulis di selembar perkamen. Tapi ini, menurut firasatnya, bukanlah surat biasa. Gao menyerahkan surat itu ke Mimi.
"Mimi, ini adalah pemindahan kerja sementara. Sebenarnya berat bagi kami melepasmu, tapi karena mereka berjanji takkan lama meminta bantuanmu. Saya tetap bertanya, apakah kamu setuju?" ujar Gao agak prihatin. Mimi membaca surat yang tak terlalu panjang tersebut. Surat itu, menurutnya agak aneh. Tadinya dia melihat huruf yang tidak dia kenal, namun tak lama tulisan di surat tersebut tiba-tiba saja menyesuaikan dengan bahasa yang dia pakai sehari-hari.
Nona Mimi yang terhormat,
Melalui surat ini kami meminta bantuanmu untuk sementara menggantikan Petugas Kesehatan yang akan ditugaskan di.... Luar negeri. Apakah anda keberatan? Jangan khawatir, anda akan kembali ke istana kerajaan seperti tidak pernah pergi. Kami menunggu info dari anda melalui plakat yang terkirim bersama surat ini.
Salam hormat,
Samantha Kron.
"Dari namanya saja aku yakin orang bule. Tapi...apakah Gao-sama akan mengijinkan...?" pikir Mimi bingung. Gao dan Jin berpandangan sejenak, mereka tahu Mimi saat ini sedang mempertimbangkan sesuatu yang kompleks. Untuk mempersingkat waktu, Gao segera menyahut sebelum gadis itu memberi jawaban.
"Kami disini tak keberatan, Mimi. Apalagi orang ini tampaknya dapat memastikan keamananmu, kan? Dan dia bisa membawamu kembali jika sudah selesai kan?" ucapnya. Gao lalu mengangguk ke Jin. Pengawal itu segera membisikkan sesuatu ke Mimi.
"Mereka bilang akan memberimu racun atau herbal apa saja, asal kamu setuju dengan pekerjaan ini..." Mimi tersentak. Hatinya berkecamuk antara tidak setuju, tapi juga tak mau melewatkan kesempatan mengetahui lebih banyak soal racun seluruh dunia! Matanya yang berbinar membuat Gao dan Jin yakin gadis itu setuju. Ada sedikit sekali rasa kehilangan di diri Gao, namun kasim itu lebih mementingkan kebahagiaan gadis tersebut.
"Baiklah, saya setuju pekerjaan sementara tersebut..." celetuk Mimi, sambil menahan senyum.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments