Keesokan paginya, Mimi memutuskan mengunjungi perpustakaan Serenium. Sepertinya masih jutaan hal yang harus dia pelajari setelah Misi yang kemarin. Ketika tiba di depan ruangan tersebut, sejenak dia ragu. Pintu ruang perpustakaan sejatinya selalu tertutup, namun dia bingung apakah pintu itu digeser atau dibuka.
Baru saja dirinya berkutat dalam pikiran, tangannya tak sengaja menyentuh di panel yang biasanya terdapat grendel pintu. Pintu itu langsung menggeser ke samping dengan bunyi *dzzipp* yang terdengar futuristik. Terperangah, Mimi pun masuk buru-buru. Setelah dia menjauhi pintu sekitar tiga meter, pintu itu kembali menutup.
"Whoa!" celetuk Mimi melihat betapa bersih dan megahnya ruangan itu. Ruangan itu memiliki atap yang tinggi sekitar 3.5 meter, ber-AC tentunya, berjejer rak-rak buku yang terbuat dari kayu jati, menurut tebakannya di satu sisi. Sementara di sisi lain terdapat empat meja persegi panjang cukup untuk duduk enam orang masing-masing. Dan semua meja itu dilengkapi lampu baca yang tertata rapi yang cukup menerangi seluruh area meja.
Tak mau terlalu terlena dengan pemandangan perpustakaan itu, dia segera menelusuri rak-rak buku, yang ternyata sebagian besar berupa smart pamflet. Hanya beberapa yang berbentuk buku bacaan, yaitu herbologi dan sejarah. Buku sejarah pun terbagi dua, ada yang smart pamflet ada yang buku. Akhirnya Mimi mengambil dua buku dan satu smart pamflet sejarah.
****
*ttrrrr....ttrrrr....*
Bunyi treadmill khusus yang sedang digunakan Hayate. Karena dirinya dapat berlari cepat, dia memesan khusus treadmill tersebut sebelum berangkat ke Serenium. Namun hal itu ternyata tak perlu dilakukannya, karena memang treadmill tersebut dapat bekerja bahkan oleh makhluk yang jauh lebih cepat dari Hayate.
"Hah? Siapa lebih cepat dari saya?" tanyanya pada suatu hari ketika sebelum berangkat ke Valendro.
"Dulu ada manusia Cheetah wanita yang memintanya, dari planet khusus binatang humanoid. Dia dan koleganya seorang wanita Singa sering berebutan menggunakannya..." jawab Valendro kala itu.
Sejak itu, Hayate berpikir ada kemungkinan di salah satu Misi Serenium, mungkin ada saatnya dia bertemu ras tersebut. Jantungnya selalu berdegup tak beraturan ketika merasa diluar sana ada yang lebih cepat darinya.
"Hufff...fuuh...fuhh...hhh!" suara Hayate yang menghentikan aktivitas larinya. Dia telah berlari sejauh 200 mil. Perutnya segera keroncongan.
"Anda telah berlari jauh, Tuan Hayate. Silakan pergilah mandi dan ke ruang makan. Saya akan tambahkan makanan kaya glukosa..." ucap Berliana datar dengan senyum tipis mendekati sinis. Dia ingat di masa lalu ada dua Venusian (Manusia dari planet Venus) yang berlibido tinggi setelah melihat manusia semacam Hayate berolahraga. Dirinya berencana memberi sedikit obat pelemahan syahwat agar Hayate tak terlalu "menggila" setelah berolahraga, mengingat terdapat dua wanita di pesawat ini.
"Boleh, asal jangan diluar batas aman dosisnya" begitu kata Merry, sebelum Berliana kembali ditugaskan. Profesor itu setuju karena di project sebelumnya, hampir semua kru-nya berlibido tinggi, membuatnya sakit kepala mengurus kesehatan mereka.
"Berliana, kamu mau buat sarapan ya? Saya juga ya!" seru Makaria datang dari arah kamarnya. Berliana tersenyum.
"Saya akan menyiapkan untuk semua kru" ucapnya. Setelah itu dia segera berlalu menuju dapur. Ruby yang baru saja datang, menyadari kedinginan kata-kata Berliana.
"Apakah anda ingin cemilan, Nona Ria? Selama menunggu sarapan?" ucap Ruby cepat mengubah topik.
"Eh? Oh ya boleh deh, saya laper banget!" mereka berdua bersama menuju ruang makan. Dari jauh Osayr mengamati semua kejadian ini.
"Heh...menarik..."
****
*fwuitt!* Delvie muncul tiba-tiba di meja tempat Mimi membaca.
"Halo, Nona Mimi. Adakah yang bisa saya bantu?"
"Hah! Ya ampun, bikin kaget!" seru Mimi membuat Delvie tertawa tertahan. Dia lalu duduk bersila di meja menunggu respon gadis kecil itu. Sekarang setelah Mimi terbiasa, sebenarnya Delvie semacam peri kecil berwajah cukup cantik. Berbeda jauh dengan majikannya, Duweina, yang bertampang sangar.
"Heemm... Lain kali tolong muncul agak jauh lalu perlahan mendekati saya aja ya, Delvie...?" pinta Mimi, Delvie hanya mengangguk paham.
"Sebenarnya ada banyak hal yang ingin kutanyakan, tapi apa kamu tau banyak soal sejarah di Ring'o'Dawn dan kehidupan sosial berbagai makhluk sejauh ini?" tanya Mimi sedikit ragu.
"Kalau soal sejarah mendetil setiap individu, saya kurang tahu. Tapi kalau kehidupan sosial dan bagaimana masyarakat berbaur, saya bisa ceritakan psikologisnya!" ucap Delvie riang.
Dan mulailah peri itu bercerita bagaimana dahulu Ring'o'Dawn di ubah suai agar manusia Gaia dapat hidup di planet tersebut. Dan segala makhluk yang dulu pernah ditolong dari dimensi lain, oleh project terdahulu. Delvie adalah familiar yang ditemukan oleh Midara, ibu dari Duweina. Midara, sebagai veteran project, tentu bercerita banyak hal mengenai ini.
"Heeeh....jadi hasil persilangan perkawinan sebenarnya bisa terjadi kah?" tanya Mimi penasaran.
"Ah...tidak begitu saja terjadi sih. Saat itu memang ditemukan teknologi perkawinan silang, namun bukan dengan sesama manusia. Melainkan percobaan genetika manusia dengan material yang hanya ada pada planet yang dituju. Nah barulah ketika sudah tak terdapat anomali yang parah, mereka generasi pertama barulah disilangkan dengan manusia Gaia" jelas Delvie. Mimi tampak terkesima dengan perkembangan tersebut.
"Tapi tidak dengan manusia yang dengan kriteria hewan ya. Mereka hanyalah makhluk-makhluk yang tiba dari dimensi lain, lalu ada manusia yang tertarik maka populasi mereka pun tumbuh. Tentu ada beberapa perkawinan dengan makhluk berbeda dimensi tersebut menghasilkan kematian. Tapi itu hanyalah kasus minor, tak banyak terjadi. Kebanyakan tak bermasalah, dengan perkembangan teknologi obat-obatan alternatif saat ini. Membuat manusia cukup kuat beradaptasi dengan gen dari makhluk lain" tambah Delvie.
"Hmm...apakah makhluk berbeda dimensi, termasuk Tuan Osayr...?" tanya Mimi ragu. Delvie segera menaruh jari telunjuknya di bibirnya.
"Jangan pernah sebut hal ini didepannya atau di masa depan. Manusia Elf sangat sensitif soal ini..." ucap Delvie pelan.
"Oh oke...oke..!" sahut Mimi cepat. Dia pun kembali mengobrol banyak hal tentang yang dia baca sejauh ini. Dalam pikirannya, ternyata perkembangan manusia walau lambat, namun benar-benar sangat inovatif. Mimi sempat berpikir apakah otak manusia tidak ada batasan, kecuali peraturan Agama dan Budaya?
"Nona Mimi, dan Delvie. Makanan sudah siap." ucap Ruby dari pintu perpustakaan. Maka mereka berdua pun berlari kecil sambil Mimi masih membawa satu buku herbologi.
Dia dengan cepat meminta ijin Ruby soal ini, namun Robot Maid tersebut hal ini tak perlu meminta ijin kepadanya, karena semua buku dan pamflet akan terdata otomatis siapa yang terakhir membawa dan kapan kembalinya. Seandainya lupa dikembalikan, dirinya dan Berliana akan mengembalikannya ke perpustakaan hanya dengan jentikan jarinya. Lagi, Mimi terkesima dengan betapa efisiennya teknologi Robot tersebut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments