"Hey, kamu sudah berpindah tubuh, Arthemis?" ucap Hermes setelah dia mendapatkan kembali keseimbangan untuk berdiri, "Lalu ini....?"
"Mammon. Ayah suruh saya menjemputmu, ada tugas penting, katanya sih cuma sementara" ucap polisi pria dengan paras oriental namun tegas.
"Mam- oh okay, okay, fiuh. Seb- sebaiknya kita ngobrol di rumah aja. Disini ga bagus buat avatarku..." celetuk Hermes yang memandang ke sekitar jalanan yang tak terlalu ramai, namun masih lingkungan yang mengenal Harry Khan.
Maka mereka bertiga pun kembali ke mobil polisi dan bergegas menuju suatu rumah besar di daerah Bukit Timah. Hermes mengenal rumah ini walaupun Harry tak pernah tahu. Sebelum Harry, Hermes pernah menyatroni fisik lain di kota yang sama untuk mencari petunjuk mengenai ayahnya.
"Sori, jemput kau dengan skenario begini. Ini cara yang paling cepet soalnya" ucap Arthemis, di seragamnya terdapat badge nama Linda binti Arman.
"Iyalah, santai. Untuk tugas dari Tetua Dewa, kita kesampingkan hal pribadi. Betul kan, Mammon?" sahut Hermes ke polisi pria dengan badge nama Brandon McPherson.
"Itu ayah" potong Mammon menunjuk ke seseorang yang berdiri menunggu mereka di teras rumah. Hermes ternganga melihat seorang wanita paruh baya-lah yang dimaksud Mammon.
"Mammon, Arthemis, thanks udah jemput dia. Kalian boleh kembali bertugas." ucap Lucifer yang feminis, membuat Hermes agak merinding ketika dia sudah turun dari mobil polisi.
"Ayo masuk, keponakanku" titah wanita itu, namun langkahnya lebar-lebar tak seperti wanita pada umumnya. Hermes mengikuti, harus diakuinya avatar Lucifer ini sebenarnya wanita yang sangat cantik dan seksi walau, menurut tebakannya, sudah hampir kepala empat. Mereka berjalan menuju ruang tamu yang besar seperti lapangan badminton besarnya.
"Babe Hades udah pindah avatar, avatar yang ini warisin rumah ini buat saya. Jadi disinilah kita sekarang. So! Lo belum tau kenapa dipanggil?" ucap Lucifer duduk bergaya laki-laki dengan kaki terlipat.
"Belum tau, tan- eh, maksud saya, om Lucifer eh...?" jawab Hermes bingung gelagapan.
"Lo panggil gua Tante Lucy aja. Gak apa-apa ini hukuman buat gua udah maen cewe di avatar sebelumnya..." ujar Lucifer santai.
"Jadi, Kaunsel Waktu kontak ke gua. Mereka butuh seseorang yang udah biasa lari. Kerja sampingan sementara. Biasalah. Jadi kalo lo mau, mereka bakal jemput lo di alamat ini. Tenang, ada gaji dan avatar lo bakal balik ke waktu yang sama, jadi seolah lo cuma bilang ortu Harry Khan kalo lo nginep sehari aja di penjara. Paham? Mau ga?" ucap Lucifer mendetil sembari menyerahkan kartu nama dengan alamat sebuah apartemen. Hermes mengambilnya sambil berpikir.
"Mau aja sih. Tapi briefing kerjaannya dulu, Tan. Kali-kali berbahaya kan?" cicit Hermes suaranya mengecil.
"Mck! Segitu lemahnya Hermes sang dewa lari hah?! Anak Zeus!?" seru Lucifer murka, air mukanya masam kecewa sambil hendak memukul pemuda itu.
"Aduh iya iya. Cuma sementara kan? Saya akan coba yang terbaik deh!" ucap Hermes cepat sambil bangkit mundur.
****
< Kembali ke Serenium. Hangar SPD >
"Carilah alamat ini, Tuan Hayate. Mereka membuka sebuah Gym. Anda tinggal lapor ke mereka apabila dirasa latihannya cukup..." ucap Berliana sambil tersenyum memberikan sebuah kartu nama hologram. Hayate hanya mengangguk paham.
"Oh iya, Berliana. Tolong kamar saya jangan ditempati siapapun ya selagi saya berlatih disini? Ada banyak kamar lain kan?" pinta Hayate.
"Masih ada sekitar 30 kamar lain, Tuan. Tak ada masalah" sahut Berliana. Mereka saat ini sudah akan mengantar Hayate keluar Serenium. Tepat di bagian bawah pintu pesawat, berdirilah Sam dan seorang Pria keturunan India, menurut firasat Hayate. Mereka berdua tersenyum menyambut pria itu.
"Hey, Bro. Latihan yang giat. Gue disini cuma tunggu lu balik, oke?" ucap Harry berusaha santai. Dirinya dan Hermes sudah sepakat untuk bertukar-tukar kepribadian tergantung keadaan. Namun untuk hal seperti ini, tentu Harry lebih ahli karena sudah terbiasa menghadapi pelanggannya.
"Thanks, man. Jadi, Tante Sam, saya harus tinggal dimana selama latihan?" tanya Hayate agak ragu. Mengingat dia belum gajian, tentu keuangannya masih tipis walau keluarganya cukup berada ketika di Bumi.
"Jangan khawatir, Hayate, ayahmu sudah mensupply. Dia meminta saya yang atur tempat tinggal yang dekat dengan tempat latihanmu? Gimana?" jawab Sam santai, Hayate mengangguk patuh dan keduanya pun melambaikan tangan ke arah Serenium.
Sementara itu Berliana segera mengantar Harry ke kamarnya.
"Ah Robot Maid memang mengagumkan, bukankah begitu, Hermes?" celetuk Harry dalam pikirannya.
"Ya, tapi jangan macam-macam. Kita disini kerja bukan cari jodoh. Apalagi mengusik Robot....mck!" jawab Hermes lantang.
"Aku cuma berusaha santai walau ini menurutku mungkin tugas-tugasnya berat...." pikir Harry.
****
Pagi berikutnya, Neoron kembali mengumpulkan para Kru di Bridge. Namun kali ini Osayr tampak lebih santai. Dia hanya duduk di sofa terpisah, tapi tidak bergabung dalam diskusi. Harry, Neoron, Makaria dan Mimi-lah yang berdiskusi mengenai filter Misi berikutnya.
"Bagaimana dengan Misi ini?" tanya Makaria menyodorkan Tablet-nya ke meja agar dapat dilihat semua orang.
"Hadiah tak seberapa, tapi menurut saya sih oke, dan sepertinya lebih aman. Bagaimana dengan kamu, Mimi?" ucap Harry santai menoleh ke gadis kecil yang duduk di seberangnya.
"Hmm....aku ikut saja. Toh ini Misi awal kan. Oh ya, pastikan tidak ada keterlibatan yang berarti dari penduduk lokal ya?" sahut Mimi cepat.
"Ini hanya Misi investigasi kebakaran. Jadi saya sarankan Nona Makaria atau Tuan Harry yang mencari tahu informasi dari penduduk lokal, entah secara langsung atau tak langsung" ucap Neoron mempertimbangkan.
"Kalau soal itu, sebaiknya diperiksa saja data populasi penduduk yang tinggal di daerah terdampak kasus kan?" usul Makaria. Harry mengangguk paham. Neoron segera memeriksa data Misi lebih lanjut.
[Misi: Investigasi Kebakaran di Gudang Makanan]
[Lokasi: Dimensi Yong Nu. Tahun 1125, Kota Zhai Ru]
[Tingkat Kesulitan: Mudah]
[Hadiah: Setara 15,000 USD atau 120 Tael Emas atau 8,000 Elfina dan Kartu Debit Multi-Dimensi untuk masing-masing kru yang terlibat]
"Sebentar, kok sepertinya bahasa mereka..." celetuk Mimi.
"Ya, ini adalah dimensi di Kota yang berbudaya seperti tempat asal Nona Mimi" ucap Neoron tersenyum.
"Oh...tampaknya saya tak bisa terlibat dalam komunikasi dengan penduduk lokal, kalo seperti ini kan?" ucap Harry agak kecewa.
"Kamu nanti kita kasi banyak waktu mencari tahu di tekape, Harry. Biar saya dan Mimi yang negosiasi dengan penduduk setempat" usul Makaria cepat, Harry hanya ber-Oh ria.
"Aku akan membantu kalian. Hanya untuk pengawasan. Kali-kali diantara kalian bertiga dalam bahaya kan?" sahut Osayr tiba-tiba.
"Apa yang anda butuhkan, Tuan Osayr?" tanya Neoron tersenyum senang pria Elf itu ada sedikit inisiatif.
"Aku hanya butuh Bowgun atau Busur Panah, apabila tak keberatan?" ucap Osayr serius. Neoron lalu mengangguk ke Berliana.
"Silakan lewat sini, Tuan dan Nona!" seru Berliana mengajak tak hanya Osayr, tapi juga semua kru.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments