< Kota Saleem. Tahun 668. Al-Falitah st. >
"Wow..." celetuk Mimi terkagum, namun Makaria segera menarik tangan gadis itu ke balik salah satu tembok jalanan.
"Sstt!" desis Makaria. Mimi mengangguk paham, dia pun menutup mulutnya. Mereka berdua melihat berbagai jenis ras humanoid, tak hanya manusia, melainkan ada ras lain. Namun mereka semua mengenakan pakaian dengan satu budaya yang serba tertutup.
"Makhluk apa mereka itu...?" pikir Mimi bingung. Lain dengan Makaria yang sudah terbiasa melihat ras lain di dimensi asalnya.
Setelah serombongan makhluk berbagai jenis itu menjauh, kedua gadis itu jongkok di lantai untuk merekap kembali apa kata Kapten mereka.
"Ingat, carilah berita dalam bentuk apapun. Gunakan alat transmograf ini untuk menyamarkan wajah kalian. Misi kalian saat ini hanyalah membantu penduduk lokal memecahkan misteri, bukan mencari seseorang untuk ditangkap, paham?" begitu penjelasan akhir Neoron sebelum mereka tiba di kota ini.
"Berita ya? Sepertinya kita perlu menyamar untuk men-" usul Makaria.
"Jangan, kak! Gunakan alat ini hanya saat kita berkomunikasi dengan penduduk lokal saja. Sekarang sebaiknya kita cari tahu dulu media apa yang mereka gunakan di tempat ini" sanggah Mimi cepat. Makaria berpikir sejenak, dia berpikir ada benarnya juga.
"Ayo, kak. Kita lihat-lihat dulu dari jauh aktivitas mereka..." ujar Mimi. Sebenarnya mereka beruntung hari sudah sore di kota tersebut, memudahkan mereka untuk bersembunyi. Makaria dan Mimi memutuskan memisahkan diri untuk mempersingkat waktu. Alat komunikasi sudah diberikan sebelumnya oleh Neoron, hanya saja kewaspadaan tetap dibutuhkan. Makaria mengingatkan Mimi agar selalu memegang alat transmograf, sehingga apabila ketahuan dengan cepat gadis itu dapat merubah rupanya.
****
< Bridge Serenium >
"Bagaimana keadaan disana, Neoron?" tanya Valendro melalui video call di komputer Bridge.
"Dua gadis itu, anda tau maksud saya kan, mereka sedang eksplorasi di dimensi Auvuria, dimensi sederhana dengan tiga planet mengitari mataharinya. Mereka berada di salah satu planet dalam kota bernama Saleem, Profesor Valen" jawab Neoron detil.
Pengetahuan Valendro mengenai berbagai dimensi realita cukup luas. Dirinya berpikir sejenak. Mengirim dua wanita dalam misi rasanya kurang aman menurutnya.
"Neoron, tolong kirim familiar itu. Setidaknya apabila dua gadis itu dalam masalah, dia bisa membantu sedikit..." usul Valendro sambil memberi isyarat dengan matanya. Neoron segera memahami maksud atasannya tersebut dan mengangguk.
< Kembali ke POV Mimi dan Makaria >
"Hmm...mereka sepertinya menggunakan koran sebagai media. Sudah kuduga...." pikir Mimi setelah dia mengobservasi sebuah kafe bernuansa jadul di seberang jalan. Di kafe tersebut terdapat satu manusia tua sedang membaca koran, sementara kopi yang dipesannya dibiarkan dihinggapi satu dua serangga.
Baru Mimi mencurigai orang tua itu kenapa tidak menghalau serangga tersebut, namun ternyata orang itu melakukannya. Sepertinya berita yang dilihat orang itu cukup membuatnya lupa akan kopinya. Mimi menekan tombol transmografnya, segera dari sudut pandang penduduk lokal, dia hanyalah seorang pria bergaya funky. Mimi mendekati orang tua itu hanya sekedar melihat koran yang dibacanya.
"BIARAWAN HILANG TANPA SEBAB, POLISI SEDANG MENGUSUT LEBIH LANJUT"
Begitu judul yang terpampang besar pada koran tersebut. Hal ini tentu karena pil yang Mimi makan, sehingga dia bisa membacanya. Karena sepintas sebelum dia melihatnya, koran tersebut hanya bertuliskan aksara yang dia tak pernah lihat sebelumnya.
Sekitar 10 menit kemudian, Mimi lega bertemu kembali dengan Makaria di tempat yang mereka telah tentukan sebelumnya.
"Sepertinya kasus ini cukup besar, kak. Saya lihat koran yang mereka baca..." ucap Mimi ingin menjelaskan.
"Mimi, kita laporkan saja hal ini ke Neoron. Dan menunggu apa aksi kelanjutannya ya?" potong Makaria sambil tersenyum. Mimi hanya menggaruk lucu rambutnya dan mengangguk paham. Dia sebenarnya gatal ingin menginvestigasi, ketika di kerajaan, dia dipercaya menyelesaikan beberapa kasus. Namun itu karena memang bukan pekerjaan utamanya disana. Dia dipercaya karena memang satu-satunya disana yang mampu menganalisa kasus.
Tapi disini, dia kini bekerja sebagai salah satu investigator, dan di dunia yang sama sekali asing baginya! Dia tak mau bertindak gegabah ketika bekerja disini kecuali kalau mereka memang buntu.
"Apa! Mereka menghilang karena terdapat pemujaan menyimpang?" seru Neoron agak berbisik namun dapat didengar Mimi. Nah, benar kan, tentu saja karena limitasi keadaan dan gerak, ada beberapa informasi yang dia belum tahu. Untungnya dia tak bandel bersuara tadi, pikir Mimi dalam hati. Sementara Makaria menunggu aksi selanjutnya dari Kapten mereka.
"Kalian kembalilah ke pesawat, ada seseorang yang akan menjemput kalian di titik yang saya tandakan di pamflet anda, Nona Ria. Tetap waspadalah!" jawab Neoron sopan namun tegas, lalu panggilan pun terputus. Di pamfletnya, Makaria melihat titik baru sekitar satu kilometer dari tempat mereka bersembunyi saat ini. Sejenak Mimi melupakan kegusarannya tidak bisa menginvestigasi. Dia kini lebih tertarik dengan alat kotak pipih yang dipegang Makaria.
"Nanti kuajarkan ya ketika kita sudah kembali ke pesawat, hehe..." ucap Makaria senang dengan antusiasme Mimi kepada banyak hal. Mereka pun segera melanjutkan perjalanan, tetap dengan waspada dan dibawah samaran transmograf mereka masing-masing.
< Lima belas menit kemudian >
Mereka berdua telah tiba di titik yang ditentukan, tapi mereka tak melihat siapa-siapa disana. Namun tak lama,
"Salam, Nona Ria dan Nona Mimi! Saya Delvie, familiar Nona Duweina!". Sebuah cahaya kecil, atau tepatnya seorang peri kecil mendekati mereka. Peri itu berambut pendek, bertubuh langsing dengan sayap seperti kupu-kupu berwarna kuning cerah.
"Oh ya ampun, makhluk apa lagi ini?!" celetuk Mimi antara riang dan kaget.
"Kagetnya nanti saja ya, Mi! Delvie, bisakah kamu menunjukkan jalan aman ke titik teleportasi Serenium?" sahut Makaria cepat.
"Tentu, Nona! Mari ikuti saya!" seru Delvie cepat dan segera melayang lambat agar gadis-gadis itu dapat mengimbanginya.
****
Sepuluh menit kemudian, mereka telah kembali ke pesawat. Di Bridge, Mimi langsung rebahan di salah satu sofa. Walau perjalanan tadi singkat, namun melelahkan dari segi mental, menurutnya. Berbeda dengan Makaria yang masih energik dan saat ini dia berdiskusi seru dengan Neoron.
"Untunglah kalian berdua cepat meninggalkan kota itu. Menurut data intel SPD mengenai kota tersebut, tampaknya terdapat gas halusinogen tersebar di beberapa titik di kota tersebut. Profesor Valendro meminta saya mengirim Delvie untuk mengarahkan kalian menjauhi titik-titik gas tersebut!" ucap Neoron dengan wajah muram.
"Jangan khawatir, Kapten. Bukan salah anda, tapi gerak cepat SPD sudah sebagai bantuan setimpal-lah dengan bahaya yang kami terima, heheh. Lagipula, " Makaria lalu mengerling ke arah Mimi, "...gadis itu juga menikmati perjalanan tadi"
Makaria dan Neoron tersenyum melihat Mimi yang kelelahan tertidur di sofa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments