"Ah ya, Tan- eh Kak, Ci, Bu...err?!" Hayate bingung bagaimana memanggil wanita itu, karena menurut usia yang diinfokan Berliana harusnya sudah ratusan tahun, karena dia seorang Venusian. Tapi penampilannya seperti wanita usia 35an!
"Ja elah lu, panggil gue Tante Esgina aja deh. Jangan panggil gue Nek ye" sahut Esgina sambil mendelik. Hayate nyengir sejenak.
"Ah ga mungkinlah, Tan. Tante masih awet muda!" ucapnya jujur. Esgina segera mendekap kepala Hayate ke dadanya yang besar, sambil mengucek rambut pemuda itu.
"Ih elu, nyari keenakan dalam kejujuran ea? Hehe...tapi gue suka! Ayo! Berliana udah kasi info soal lu. Lu latihan disini!" ajak Esgina santai membawa pemuda itu ke suatu ruangan di belakang gym tersebut. Sementara itu Hayate sebenarnya senang merasakan dada wanita itu, tapi dia tak menyangka wanita itu begitu kuat mendekapnya hingga dia merasa agak tercekik.
Dahulu dia mengira tak ada yang lebih brutal tenaganya daripada ibunya, Thea Davis. Seorang mantan kepala kepolisian di Los Angeles. Ibunya melatih fisik pemuda itu, sementara ayahnya, Servo, lebih mengajari sopan santun.
"Nah disini, lu jangan kaget ye, ini memang udah sedikit disulap pake teknologi pembesaran dimensi..." ucap Esgina tiba-tiba sambil membuka sebuah pintu kayu. Namun pemandangan didalamnya membuat Hayate ternganga lebar.
Mereka masuk ke ruangan seperti versi mini dari air terjun Niagara di Amerika, lengkap dengan jembatan dan segala aspeknya. Hayate menebak ruangan itu mungkin, ada kali 30-40 hektar luasnya.
"Whuat the freck...?!" hanya kalimat itu yang bisa dia ucapkan, ketika Esgina melepasnya dan membiarkan pemuda itu menikmati pemandangan alam luas namun buatan tersebut.
****
< Serenium >
Mimi terperangah melihat sebuah kartu dan uang jaman kerajaannya. Sejenak dia bingung bagaimana dia menggunakannya.
"Kartu ini dapat dikonversikan menjadi uang juga kalau anda mau, Nona Mimi. Tapi saya sarankan untuk saat ini simpan saja dulu. Paling tidak sampai anda selesai bertugas disini" Neoron memberi saran ketika para kru yang terlibat Misi berkumpul di Bridge.
"Hmm...sebenarnya saya berharap bisa membelanjakannya sedikit. Rasanya aneh hanya pegang uang, namun tidak digunakan. Mengingat semua fasilitas sudah lengkap di pesawat ini...." gumam Mimi lebih ke diri sendiri.
"Eh tapi kamu boleh koq, Mi, minta waktu libur sesekali. Nanti kutemani deh!" sahut Makaria bersemangat. Makaria sudah terbiasa dengan hadiahnya. Dia segera memasukkan 90% hadiah uangnya ke kartu debit antar dimensi tersebut.
"Nona Ria benar. Ada kalanya kalian boleh request singgah di planet dari dimensi yang tidak ada Misi. Asalkan! Tidak semua berbarengan ya..." ucap Neoron sambil tersenyum.
"Kapten, bisa ngobrol sebentar...?" ucap Osayr tiba-tiba. Membuat Neoron tertegun sejenak.
"Tentu, Tuan. Ada masalah?" ucap Neoron sambil mengikuti Osayr ke satu sudut di Bridge. Osayr tampak sedikit gelisah, sementara kru lain sudah bergerak meninggalkan Bridge.
"Err...itu... Apakah aku boleh request mengunjungi dimensi tertentu yang...saya tak yakin yang lain mau ikut...?" ucapnya agak terbata. Neoron hanya terkejut sedikit, namun dia tetap berusaha tenang.
"Apakah dimensi yang anda cari adalah sesuatu yang berbahaya bagi manusia..?" tanya Neoron pelan namun tegas.
"Ah soal itu. Kurasa sih tidak, tapi....hmm, beri aku waktu berpikir!" jawab Osayr cepat, lalu dia pun segera meninggalkan bridge dengan kepala tertunduk. Satu mata Neoron menaik, dia sedikit curiga. Namun dia akan memberi pria Elf itu waktu untuk berpikir.
Sementara itu Neoron pun segera menuju komputer Bridge untuk mengirim laporan mengenai Misi mereka yang sudah selesai.
****
Ruby berjalan berpatroli dari koridor ke koridor lain. Dia ditugaskan Neoron dan Berliana melakukan itu sekaligus membiasakan diri dengan keadaan dalam pesawat yang mungkin hal baru bagi dirinya.
*Brugg!* terdengar suara seperti sesuatu yang jatuh, tak jauh dari posisinya. Ternyata asal suara dari laboratorium herbologi. Dengan cepat Ruby mendatangi ruangan itu, benar saja, ternyata Mimi pingsan di dalamnya!
"Nona Mimi? Nona?" sahut Ruby sambil menampar kecil muka gadis kecil itu. Terlihat di mulut Mimi ada bekas cairan, yang kalau Ruby tak salah cium, sepertinya Mimi tak sengaja meminum zat beralkohol. Dengan cepat Ruby mengubah satu jari telunjuknya menjadi sebuah jarum. Didalam dirinya terdapat segala jenis cairan keselamatan, yang selalu ada di kotak P3K. Dengan cepat dia menusuk bagian lengan atas Mimi untuk memasukkan cairan pemompa jantung.
"Herghh! Ah! Maaf, kenap- brrrph...!!" Mimi tersadar dan langsung muntah ke sisi lain tubuhnya. Ruby menepuk dan memijat tengkuk gadis itu, hingga Mimi berasa lega.
"Apa yang tadi anda lakukan, Nona?" tanya Ruby dengan wajah khawatir. Mimi merasa bersalah, dia lalu nyengir.
"Ketika aku masih bekerja di kerajaan, aku bekerja sebagai pemeriksa racun. Banyak jenis racun sudah kucoba, tapi ternyata tanaman ini, tak kusangka setelah kumasak dan kucoba beberapa tetes. Efeknya...yah..hehe.." ucap Mimi menunjuk kelopak bunga biru yang sudah lemas berada di dalam gelas lab. Satu tangannya menggaruk kepalanya sambil mukanya menunjukkan meminta maaf.
"Ahh...tanaman wolfsbane ini tidak bisa dikonsumsi begitu saja, Nona...." ucap Ruby setelah meneliti gelas lab tersebut, "...tapi, seingat saya, Kak Berliana memiliki resep obat-obatan alternatif yang membutuhkan tanaman beracun ini. Anda bisa menanyakan hal ini nanti kepadanya, kan?" tambahnya dengan nada memohon agar gadis kecil itu tidak sembarangan bereksperimen.
"Oh! Sudah ada resep yang butuh tanaman ini?! Asik! Baiklah nanti saya tanyakan!" seru Mimi antusias. Dia segera bangkit dan keluar dari ruangan tersebut. Ruby, dengan tangannya yang lain, segera menjentikkan jarinya. Bagian depan pintu Lab Herbologi kini terdapat garis kuning terputus-putus dengan tulisan "Sedang Dibersihkan" supaya tak ada yang masuk.
Segera Ruby pergi mencari alat kebersihan di dapur. Tak berapa lama, dia telah kembali bersama botol kaleng khusus bertuliskan "Pembersih Enzym" serta sebuah Robot Pembersih Lantai. Segera dia menyemprotkan cairan itu di seluruh area lantai yang terkena muntahan.
Ruby memeriksa waktu di ingatannya. Sekitar tiga menit kemudian seluruh muntahan mengeras bak styroform, dia menyalakan Robot Pembersih tadi. Sebelum mulai membersih, Ruby terlebih dahulu menyentuh alat tersebut, mengakses fungsi sistemnya untuk menyuruh Robot itu kelak kembali ke dapur sendiri. Sementara Ruby kembali melanjutkan patrolinya.
****
Di dalam kamar, Osayr tampak sedang memegang sebuah foto. Wajahnya tampak antara cemas namun juga sedih.
"Haah....haruskah aku mencarimu? Tapi bisakah pesawat ini mencarimu...?" ucapnya galau. Foto itu adalah foto dirinya bersama seorang wanita berkulit biru gelap, bertanduk di kepalanya serta rambut berwarna pink cerah, wajah wanita itu garang namun manis. Wanita itu tampak senang berfoto dengan Osayr. Area belakang foto tersebut adalah hutan dimana dahulu Osayr tinggal ketika dia masih di kampung Elf-nya.
"Dimana kamu, Qarinah...?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments