Makaria dan Sam

"Ah..kloning kake-maksudku papa Kak Wein?" celetuk Valendro sambil membetulkan. Wajahnya antara tersenyum tak enak hati, namun juga ngeri.

"Apa? Apa lo belom kasi nama?" tanya Duweina bingung sambil mengaduk kuah berlendirnya.

"Ah itu, tante Sam butuh waktu lebih untuk merekap sistem AI robot itu... Jadi aku juga tak tau...fisik robot itu sudah siap sih..." ucap Valendro gugup. Dalam hatinya, sebenarnya saat ini robot itu sudah siap dijalankan. Hanya saja, pemuda itu tak yakin segalanya berjalan lancar.

Dia menyeruput minumnya sambil berpikir. Sementara Duweina tampak sudah selesai makan, wanita itu kini menikmati makanan penutup berupa es campur hijau toska. Yang Valendro yakin dia akan keracunan kalau memintanya.

****

Seorang gadis berusia dua puluhan sedang jogging di jalanan komplek perumahan. Dirinya telah tiba di Ring'o'Dawn sekitar seminggu sebelumnya, dia ingat sekali betapa kagum dirinya dengan planet tersebut. Sedikit mengingatkan dirinya akan planet di dimensi asalnya. Ya, Makaria adalah gadis setengah manusia setengah dewa.

Planet tempat tinggalnya sekarang memiliki sistem atmosfer yang tekanan frekuensinya lebih berat dari planet asalnya. Namun Makaria tak mengeluh. Walau hanya sementara, dia malah merasa tertantang ketika seminggu berada disini.

"Nona Ria, anda telah jogging sembilan ribu tujuh ratus langkah pagi ini. Anda boleh kembali ke rumah sekarang" sahut AI yang disematkan pada earpiece-nya. Samantha lah yang menyarankan itu, karena dia harus memonitor kesehatan Makaria dengan mendetil. Ria pun mengakui dia sudah mulai lelah.

"Aku akan membeli pesanan Sam dulu, Ara" sahut Ria teringat ketika sedang berjalan menuju rumahnya. Untunglah rumah Sam searah dengan warung kecil favourit Sam. Sekitar lima menit kemudian, tibalah dia di sebuah warung sederhana, namun dari pandangan Ria terkesan futuristik.

"Hai Ria! Apa kamu mengambil titipan Sam?" seru seorang pria berkulit merah namun lebih pendek dari Makaria.

"Hey, Thedorus. Ya kau taulah menu kesukaan Sam..." balas Ria sambil nyengir meringis, lalu mengalihkan pandangan ke ponselnya berpura-pura membaca berita. Thedorus hanya merem sejenak dan segera bergerak memilih makanan yg biasa dibeli Sam. Sudah biasa baginya para wanita merasa risih padanya. Selain pendek fisiknya, dia juga agak kurus. Sesuatu yang agak tak lumrah sebagai seorang penduduk Ring'o'Dawn yang kebanyakan berperawakan kekar dan tinggi.

Ria tidak risih, dia hanya mengingat ucapan Sam. Bahwa Thedorus agak baperan orangnya. Sekitar 10 menit pesanan Ria sudah dipacking bergaya futuristik. Setelah Ria memeriksa pesanan tersebut, Thedorus pun dengan tersenyum menjentikkan jarinya, packing tersebut segera memipih bentuknya dan terlipat sehingga memudahkan Ria membawanya.

"Thanks, Thed. Hey, jangan lupa minggu depan juga ya!" seru Ria tersenyum nyengir sambil berlalu. Thedorus hanya mengangguk sambil tersenyum tipis. Dia tahu wali gadis tersebut memang selalu berlangganan seminggu sekali.

"Nona Ria, jadwal keberangkatan anda di akademi akan terjadi dalam waktu beberapa minggu ke depan, apakah anda ingin saya atur alarm agar tidak terlupa?" sahut Ara di earpiece Makaria.

"Boleh, Ara. Tapi rahasiakan ini dari Sam ya! Aku tak ingin dikira suka lupa, pleasee!!" ucap Makaria antara pelan dan memohon sambil kakinya terus melangkah pulang.

"Dimengerti, Nona" sahut Ara datar. Sejenak Makaria berharap AI-nya itu dapat ditransfer ke tubuh fisik. Dalam hati dia akan menanyakan hal ini ke Sam sesampainya di rumah.

****

"Begitu...? Sangat disayangkan, tapi apa boleh buat..." ucap seorang wanita berambut pirang ponytail di meja kerjanya. Dirinya sedang menerima panggilan telepon, hanya saja dia saat ini hanya menggunakan perangkat kecil di telinganya. Wajahnya yang tirus dan cantik masih belum tersapu dari usianya yang sebenarnya sudah mencapai hampir 50 tahun.

Samantha Kron, nama wanita itu, adalah mantan seorang penjelajah waktu. Dirinya dipertemukan dengan kapten yang dia dan ibunya kagumi saat dia masih berusia 16 tahun. Sejak sang kapten pensiun, dia pun melanjutkan karirnya di Kaunsel Waktu sebagai pengawas sekaligus pengamat utama.

"Tidak, biarkan saja dulu dia di masanya. Saya tak mau ada unsur paksaan untuk perekrutan kali ini" ujarnya di telepon dengan nada agak tegas. Tak lama, dia menyentuhkan jari tengahnya ke perangkat kecil di telinganya, tanda mengakhiri sambungan. Di hadapannya terpampang monitor yang menampilkan wajah seorang gadis muda oriental. Gadis itu tak lebih dari 15 tahun menurut data yang ditampilkan.

"Hmmm....masih perlu paramedic nih. Dimana ya...?!" pikir Sam agak gusar.

*Ding*.....*buff...*

Semangkok makanan tiba-tiba saja muncul, agak jauh dari jangkauan meja Sam yang cukup besar. Mungkin agar terhindar dari tersenggol. Sam tersenyum memandang makanan itu, karena tak lama seseorang membuka pintu ruang kerjanya.

"Ehehe... Sengaja kuletakkan agak jauh, gak apa-apa kan, kak?" ucap Makaria sambil mengintip di dekat pintu. Sam hanya melambai tangan menyuruhnya masuk sambil tersenyum. Dia mengembalikan tampilan layar monitornya ke mode Screensaver. Dia beranjak dari kursinya dan membawa makanan itu ke meja sofa agar Makaria ikut menemaninya.

"Bagaimana, kak Sam, sejauh ini?" tanya Makaria pelan, karena takut mengganggu aktifitas makan Sam. Namun Sam tampak tak peduli dan mulai berpikir jawaban untuk gadis asuhnya itu.

"Perekrutan berjalan agak tersendat, Ria. Tapi tak masalah. Valendro bilang, dia juga masih ragu dengan fungsional kapal serta kaptennya. Kau tahu kan, kapten kapalnya akan dipimpin seorang Android robot?" sahut Sam tenang sambil mengunyah pelan makanan "aneh"nya.

"Oh iya, saya dengar. Tapi apakah bijak? Terus, perekrutan itu, emangnya udah berapa orang?" tanya Ria penasaran.

"Nah, sisi bijaknya itu yang masih diteliti lebih lanjut. Valendro tak mau buru-buru. Perekrutan, sejauh ini sudah empat orang, termasuk kamu!" jawab Sam santai, "sebenarnya tiga sih...satu agak sulit dicarikan waktu yang tepat untuk dipanggil..." tambahnya dengan cepat setelah dia melihat mimik cerah wajah Makaria.

"Hee...oh..." ucap Ria agak down mendengar kabar itu.

"Santai. Kamu bisa mengunjungi kolega kamu kok, selama kakak masih berkutat dengan perekrutan, heh..." sahut Sam menenangkan. Dia lalu beranjak dari sofanya untuk mengambil Tablet PC-nya. Setelah menggeser-geser sejenak, barulah dia menyodorkannya ke Makaria.

"Hmm? Manusia parasit? Dan satu lagi.... Seorang Elf?" ucap Ria mengernyit dalam keningnya sambil melirik tak percaya ke Sam. Sam membalas tatapannya dengan senyum tipis beraura kejam. Makaria bergidik sejenak,

"M-maksudku... Mereka berdua cowo kan, masa saya sendiri yang cew-" cepat-cepat dia mengalihkan topik agar dia tak dituduh meremehkan kemampuan koleganya. Memang gender agak bermasalah menurutnya dalam hati. Karena walau Makaria memiliki kekuatan demi-humannya. Dia ragu koleganya manusia normal.

"Tenang! Justru itulah aku lagi cari alternatif kolega ke empatmu, doakan saja wanita...!" sahut Sam malas, lalu beranjak dari sofanya setelah dia selesai makan dan membuang sisanya di lubang otomatis yang terbuka di meja sofanya. Makaria menelan ludah, tercekat ngeri.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!