Chapter 19

"Bagaimana kabar Luna?" Tanya Lauren kepada sahabatnya yang sejak kedatanganya terlihat sibuk. "Landon terlihat sangat kacau dan juga menjengkelkan beberapa hari ini. Orang-orang yang bekerja dengannya sering mengajukan keluhan akan sikapnya."

Jennifer memandang wajah Lauren dan tahu apa yang wanita itu inginkan. "Mereka sudah putus dan Luna yang menginginkannya. Aku rasa Luna akhirnya sadar bahwa ponakanmu itu seorang playboy."

"Aku setuju akan hal itu. Tapi Luna adalah satu-satunya wanita yang membuat Landon berubah dan juga menjadi gila karena mencari keberadaannya." Lauren berkata sembari tertawa. "Setelah menemukan Luna, mereka putus begitu saja. Aku rasa Landon akan menjadi lebih gila lagi. Tidak ada yang bisa menghentikan kegilaan pria itu kecuali Luna."

Jennifer menghentikan gerakan tangannya dan meletakkan dokumen yang sedang ia kerjakan diatas meja dengan suara keras. "Katakan apa maumu, Lau. Apa yang kau inginkan dari Luna?"

"Aku ingin kau ikut denganku untuk menangani proyek baru kita yang ada diluar negeri. Posisimu saat ini berikan pada Luna." Ujar Lauren terus terang dan membuat Jennifer menatap tajam padanya.

"Apa kau gila? Mereka akan sering bertemu dan Landon akan lebih menindas Luna yang posisinya tepat berada dibawah pria itu. Seperti yang sering kau lakukan padaku." Jennifer berkata sembari menunjuk wajah Lauren untuk sekedar mengingatkan hari-hari pertama mereka bekerja bersama dulu. "Aku tidak ingin Luna lebih tersakiti."

Lauren beranjak berdiri dihadapan Jennifer dengan wajah mengancam. "Apa kau pikir dengan kau meninggalkan Luna sendirian dirumah membuat dia baik-baik saja? Kau yang akan menyakitinya." Teriak Lauren kesal. "Sebaiknya kau ikuti saranku, Jenny."

Setelah meneriakinya, Lauren pergi meninggalkan ruangan dengan membanting pintu. Mengapa dia begitu marah? Seharusnya aku yang berteriak padanya, batin Jennifer. Kemudian ia kembali mengerjakan dokumen yang akan dikirim pada Landon, pria yang menggantikan posisi Lauren di Bennington foundation.

Sore harinya ketika Jennifer kembali kerumah, ia mendatangi Luna dikamarnya dengan membawa cemilan dan teh untuk mereka berdua. "Apakah kau baik-baik saja? Kau terlihat pucat."

"Aku baru saja bermimpi buruk karena tertidur hingga sore. Apakah Mom akan kembali ke yayasan malam nanti?" Tanya Luna begitu mereka berpindah duduk dibalkon yang ada dikamarnya.

Jennifer menganggukkan kepala sembari menyeruput tehnya. "Masih banyak pekerjaan yang harus aku selesaikan sebelum aku keluar negeri." Jennifer menatap wajah Luna yang terkejut. "Apakah kau tidak ingin mencoba bekerja, Luna?"

"Mom ingin aku bekerja?"

"Aku hanya tidak ingin kau kesepian dirumah setiap harinya. Kau bisa bekerja di Bennington foundation menggantikan aku. Aku berencana mengikuti Lauren untuk pengembangan proyek baru kami yang ada diluar negeri." Ujar Jennifer mengikuti saran Lauren padanya. "Kau bisa menolaknya. Aku tidak akan memaksamu."

Terlalu tercengang untuk bergerak, Luna mencoba memikirkan tentang dirinya yang akan bekerja dan bertemu orang-orang. "Apakah Mom yakin aku bisa melakukannya?"

"Tentu saja aku yakin kau bisa. Kau sangat cerdas seperti ayahmu dan memiliki otak ibumu. Tidak seperti aku yang sering melakukan kesalahan." Balas Jennifer dan menyesal telah membicarakan dua orang yang sangat dibencinya itu. "Aku tidak bermaksud menyebut mereka. Aku hanya sangat yakin pada kemampuanmu."

Berusaha menyembunyikan rasa sakit hatinya, Luna tersenyum dan menyetujui saran ibunya. "Kalau begitu, aku akan berusaha melakukannya dengan baik."

"Baiklah, Luna. Aku senang kau mengambil keputusan ini. Aku akan mengajarimu banyak hal yang harus kau kerjakan nantinya. Kita bisa memulainya besok kalau kau tidak keberatan." Sahut Jennifer sembari memeluk tubuh Luna.

...****************...

Tiba-tiba diserang rasa letih, Landon melepas dasi dan juga kacamatanya. Memandang langit malam yang sudah mulai terang benderang akibat cahaya lampu kota yang dinyalakan, ia mengingat Luna dan merindukan wanita itu.

Landon tidak pernah mengenal wanita yang begitu mencintainya tapi juga begitu ingin menjauhinya. Masih merasa sakit akibat sikap Luna padanya, Landon memutuskan mengirim sesuatu kepada wanita itu.

Landon memiliki masa lalu yang sering berkencan dengan banyak wanita, minum-minum, dan juga balapan liar. Tapi dirinya membatasi hubungan yang lebih intim dan tidak melakukan hubungan seks dengan wanita-wanita yang ia kencani.

Meski begitu rumor yang selalu muncul tentang dirinya selalu mengenai hal-hal yang bersifat sebaliknya. Sejak dulu ia tak pernah peduli akan semua rumor tentang dirinya. Akan tapi saat ini, setelah berhubungan dengan Luna. Ia sangat membenci semua rumor yang negatif mengenai dirinya akan diketahui oleh wanita itu.

Bersandar kebelakang melemaskan otot lehernya yang kaku, Landon tersenyum menyadari bahwa seorang Luna berhasil membuat hidupnya jungkir balik. Mungkin benar apa yang sering dikatakan keluarganya, pada akhirnya ia mendapatkan karma.

masih memandang langit, Landon mengingat sensasi yang ditimbulkan Luna padanya. Landon sangat ingin bercinta dengan wanita itu tanpa berpikir panjang dan membuat wanita itu kelelahan hingga sulit untuk bangun dari tempat tidurnya.

Setelah itu, Landon mengingat sewaktu amarahnya bangkit kembali akibat penolakan wanita itu padanya. Memutuskan hubungan mereka dengan begitu mudahnya, seolah perjuangan dirinya untuk menemukan keberadaan wanita itu hanyalah angin lalu.

Penolakan adalah suatu hal yang sangat menyakitkan dan juga penghinaan baginya. Ia bertekad membuat wanita itu mengejarnya hingga bertekuk lutut kembali padanya. Hah, benar-benar sangat menggelikan jika sampai itu terjadi. Luna tidak akan mungkin melakukan hal itu padanya, batin Landon.

Sambil berdiri, Landon menyampirkan jas di bahunya dan meninggalkan perusahaan. Ia memutuskan turun melalui lift karyawan untuk menyapa beberapa orang yang dekat dengannya saat ia menjadi sukarelawan dulu. Kedua kalinya kalah bertaruh dengan ibunya, membuat Landon ditugaskan kembali ditempat ini, tapi dengan posisi yang berbeda.

Landon tersenyum ketika melihat pria tua yang bekerja sebagai cleaning service sedang membersihkan lantai. "Hai, Uncle. Bukankah ini sudah sangat larut untuk kau bekerja?"

Pria tua itu menoleh dan tersenyum mengetahui siapa yang sedang berbicara dengannya. "Aku bukan dirimu, yang bisa pulang dengan bebas," balasnya. "Bukankah ini waktunya untuk berkencan? Anak muda tampan sepertimu jangan menghabiskan waktu hanya untuk bekerja."

"Apakah kau memiliki wanita cantik untuk kau kenalkan padaku, Uncle?" Landon bertanya sembari menyodorkan segelas kopi yang sengaja ia beli untuk pria itu.

Mereka berdua akhirnya duduk dikursi yang merupakan tempat karyawan untuk beristirahat. "Terima kasih untuk kopinya." Ucapnya ketika menerima secangkir kopi dari tangan Landon. "Kopi ini sangat enak, tapi aku tidak akan sanggup untuk membelinya."

"Biarkan aku yang membelikannya untukmu. Uncle hanya perlu menikmatinya." Jawab Landon sembari tersenyum.

"Kau pria yang baik dan juga pekerja keras. Tapi beberapa hari ini aku mendengar omongan tentang dirimu. Kau sangat mudah marah dan juga sering berteriak pada karyawan mu. Apakah terjadi sesuatu pada wanita yang kau sukai?" Tanya pria tua itu dengan sangat hati-hati. "Aku tidak suka mendengar gosip tentang dirimu."

Meletakkan gelas kopinya, Landon menatap langit untuk kesekian kalinya malam ini. "Dia memutuskan hubungannya denganku."

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!