"Mom." Luna menatap ibunya dengan pandangan memohon.
"Apa yang terjadi? Aku dengar kau tidak ingin bertemu dengan siapapun kecuali aku." Jennifer bertanya sembari duduk dikursi yang tak jauh dari tempat tidur Luna.
Luna menganggukkan kepalanya ragu-ragu dan berharap permintaannya kali ini akan dituruti. "Bisakah aku ikut pulang bersama Mom? Aku ingin tinggal bersamamu, jika Mom mengizinkan."
Jennifer tidak tampak terkejut dan juga tidak ingin terlihat tidak peduli. "Bagaimana dengan pria yang bersamamu? Bukankah kau memutuskan untuk hidup bersamanya? Daripada itu, apa kau tahu asal usul pria itu?"
"Landon adalah salah satu anak dari Bennington bersaudara dan saat aku bertemu dengannya, dia sedang dihukum," ujar Luna dengan suara yang hampir tidak terdengar.
"Apa kau sudah tidak tertarik lagi pada pria itu?" Jennifer merasakannya, bahwa telah terjadi sesuatu antara mereka berdua. "Kau tak perlu menjawabnya, aku tidak sedang ikut campur dengan hubungan kalian."
Luna diam dan hanya menatap jemarinya yang saling bertaut. "Apakah Mom mengizinkan aku untuk kembali ke rumah?" Ia memperhatikan gerak gerik ibunya dan tahu wanita itu tidak terlalu suka dengan kepulangannya.
Mulut Jennifer tidak bergerak dan mungkin saja Luna berpikir ibunya akan mengeluarkan kalimat menyakitkan lagi. Ia cukup sering mendengar kalimat yang membuatnya sakit hati, meskipun sering ia abaikan.
"Aku akan menyuruh Mona untuk datang membereskan barang-barangmu. Aku tidak tahu apa dirimu sudah diijinkan pulang oleh dokter atau tidak." Jennifer berkata sembari bangkit berdiri. "Aku akan menanyakan hal ini pada dokter yang menanganimu."
Setelah kepergian ibunya, ia menatap pintu yang kembali terbuka dan pria yang ia hindari selama beberapa hari ini masuk dengan membawa rangkaian bunga mawar berwarna merah muda. Luna mempelajari pria yang berjalan kearahnya dengan hati-hati dan yakin pria itu sudah lama berdiri diluar.
"Aku membawakan bunga kesukaanmu." Ujar Landon sembari duduk disamping Luna. "Apa kau masih tidak ingin berbicara denganku?"
"Kau pasti sudah mendengar pembicaraan antara aku dan ibuku. Aku ingin kembali bersamanya dan kuharap kau tidak lagi datang untuk mencariku." Luna berkata dengan perasaannya yang terluka.
Luna hanya ingin Landon pergi dari hidupnya sejauh mungkin agar ia bisa menghilangkan rasa sukanya pada pria itu. Sebelum ia menyerah pada perasaannya dan mengabaikan kesalahan pria itu lagi.
"Apa yang kau inginkan dariku, Luna? Apa kau ingin aku berlutut dan memohon ampun padamu?" Landon bangkit berdiri dan berusaha menahan emosinya akibat perkataan Luna beberapa saat lalu.
Luna menengadahkan kepalanya menatap Landon yang saat ini sedang berusaha bersikap tenang. "Aku hanya ingin fokus pada kesehatanku dan tidak ingin menjalin hubungan dengan siapapun."
"Kau bisa terus melakukan apapun yang kau inginkan, dan kesehatanmu adalah prioritasku, Luna. Aku tidak ingin terjadi sesuatu padamu." Ucap Landon.
Luna sudah menduga akan seperti ini sikap Landon padanya. "Kau tidak perlu bersusah payah untuk merawatku, Landon. Ibuku sudah bersamaku sekian lama karena sakitku ini."
Mata pria itu berubah gelap dan sedang berusaha menahan emosinya ketika pandangan Luna tertuju pada kepalan tangannya. Seolah mengatakan bahwa tidak akan semudah itu untuk bisa kabur darinya.
"Bukankah sudah aku jelaskan kesalahpahaman malam itu padamu? Apa yang masih membuatmu marah? Katakan apa yang harus aku lakukan agar kita bisa kembali seperti dulu lagi." Landon berkata sembari menunggu.
...****************...
Beberapa jam kemudian Landon masih terlihat duduk diam dikursi sembari menatap wanita yang sedang membereskan barang-barangnya. Mona terlihat sedikit gugup karena suasana terlihat canggung antara sepasang kekasih yang sedang bertengkar.
"Saya akan membawa barang-barang anda ke mobil dan mengambil kursi roda untuk anda. Apakah Nona memerlukan sesuatu?" Tanya Mona sambil membawa tas berisi barang-barangnya di kedua tangan.
Luna menoleh kearah Landon yang menatapnya dengan raut wajah sedih. "Bisakah kau membelikan aku minuman dikafe yang ada diseberang rumah sakit?"
"Tentu, Nona." Jawab Mona sembari berlalu pergi.
"Aku ingin mengucapkan terima kasih karena kau sudah merawatku selama beberapa hari ini." Ucap Luna kepada Landon.
Ini sangat menyakitkan baginya untuk mengatakan kata-kata perpisahan, mengingat mereka sudah melewati hampir sebulan bersama. Luna sadar, meskipun dengan suara bergetar ia tetap harus melakukan ini. "Aku harap kau-
"Apa semua ini hanya permainan bagimu?" Landon memotong ucapan Luna sembari berjalan kearahnya. "Apa usahaku selama ini mencari keberadaanmu hanya kau anggap angin lalu? Landon menyentuh wajah Luna dan mencium bibir wanita itu dengan cepat dan kuat. "Hari ini aku akan membiarkanmu pergi, tapi besok kau harus bersiap karena aku akan datang setiap hari sampai aku bosan padamu."
Landon menyapukan bibirnya didagu Luna dan menatap mata yang sudah berkaca-kaca. "Bersenang-senanglah." Menarik dirinya dari tubuh Luna, Landon berbalik dan meninggalkannya.
Tidak mungkin kembali ke masa lalu, dimana Landon yang ia temui pertama kalinya sangatlah sederhana. Rasa bersalah membanjirnya dan membuat dirinya tak berdaya. Keputusan ini baik untuk mereka berdua meski pria itu tidak bisa menerimanya dengan mudah.
"Nona, apakah anda baik-baik saja?" Tanya Mona yang sudah kembali dengan membawa kursi roda dan juga minuman yang ia pesan.
Luna tersenyum kecil sembari menyeka air matanya. "Aku baik-baik saja, Mona. Terima kasih untuk minumannya."
Hal pertama yang Luna lihat begitu ia memasuki rumah ibunya adalah kesunyian. Seperti biasa, ibunya tidak pernah berada dirumah untuk waktu yang lama. Dinding kamarnya sudah berganti dengan cat berwarna biru pucat dengan perpaduan warna yang lebih terang disetiap sudutnya.
Terlalu sunyi, pikir Luna. Tidak ada tanda-tanda kehidupan dirumah ini. Bahkan alunan musik yang selalu ia dengar ketika tinggal bersama Landon diapartemen pria itu merupakan hal yang indah untuk menemani hari-harinya. Sambil menggeleng, Luna mencoba menghilangkan Landon dari ingatannya.
Luna mendudukkan dirinya di kasur yang empuk dan menyentuh permukaan tempat tidurnya yang lembut dan berbau parfum yang begitu dikenalinya sejak ia kecil. Merasa lelah, ia mencoba berbaring dan tertidur hingga sore hari.
"ini salahmu, gadis kecil. Berulangkali aku katakan padamu, bahwa kau seharusnya tidak lahir ke dunia ini." suara itu kembali terdengar didalam tidurnya, seolah mengingatkan dirinya lagi akan masa kecil dulu.
Luna membuka mata dan berusaha bernafas dengan benar. Ia seperti tercekik dan nyaris kehabisan nafas jika sampai ia tidak bisa bangun dari mimpi buruknya. Luna menekan tombol yang ada disamping tempat tidurnya untuk memanggil seseorang.
"Mona, bisakah kau." Luna berkata ketika mengira yang membuka pintu kamarnya adalah wanita yang melayaninya. "Mom? Dimana Mona?"
Jennifer masuk dengan membawa cemilan dan juga dua cangkir teh untuk mereka berdua. "Mona sudah kembali sejak siang tadi. Dia hanya akan melayanimu dipagi hari, karena nenenk wanita itu sedang sakit."
"Apa kau masih bermimpi buruk?" tanya ibunya lagi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 22 Episodes
Comments