Chapter 14

"Aku sudah menemukan wanita yang kau cari." Emma berkata begitu ia sudah berada didalam mobil milik Landon.

"Berikan alamatnya, Emma." ucap Landon tidak sabaran.

Emma menatap wajah Landon yang ia sukai itu selama beberapa saat. "Untuk apa? Wanita itu akan segera mati. Meski dia telah berhasil melakukan operasi, itu sangat beresiko dan ia tidak akan bertahan lama."

Wajah Landon berubah merah karena menahan amarah. "Apa yang kau katakan. Bukankah itu ucapan yang sangat kejam yang diucapkan oleh dokter sepertimu."

"Aku berkata sejujurnya dan kau harus tahu apa yang akan terjadi pada hubungan kalian dimasa depan." Ujar Emma dengan suara keras.

Landon menggenggam kemudi dengan kuat dan berusaha tidak memukul wanita disampingnya. "Berikan alamatnya dan keluar dari mobilku."

"Kau akan menyesal sudah menolakku, Landon." Emma berkata sembari membanting pintu mobil dengan kencang.

Sambil memukul setir mobil Landon mengumpat dengan keras ketika membaca alamat yang diberikan Emma padanya. Jauh lebih baik menjauhi wanita cantik, cerdas dan licik seperti Emma. Wanita seperti Emma tidak akan menangis atau merasa tersakiti dengan penolakannya. Sebaliknya wanita itu akan berteriak marah pada siapapun yang mengganggu ketenangannya.

Landon menghubungi Antonio dan menyuruh asistennya itu untuk menyiapakan pesawat pribadi keluarganya menuju Rusia, dimana Luna bersembunyi selama ini. "Akhirnya aku menemukanmu, Luna." Gumam Landon sembari menyalakan mobilnya menuju perusahaan.

Luna telah menyakit Landon dengan sangat besar. Pria itu bahkan memiliki dendam hingga hampir membenci wanita cantik itu jika saja ia tidak mengetahui bahwa Luna sedang sakit parah dan sedang menjalani pengobatan.

"Bukankah kita sudah sepakat akan ke Rusia dua hari sebelum pernikahan Lucy. Mengapa kau sudah meminta Antonio untuk menyiapkan pesawat untukmu ke Rusia?" Sahut Leander melalui sambungan telepon begitu ia sudah tiba di perusahaan.

Landon menyalakan pengeras suara dan meletakkan ponselnya dimeja. "Aku memiliki sesuatu yang sangat penting."

"Jangan membuat masalah yang akan membuat Mommy membencimu lagi, Landon." Ujar Leander lagi kemudian memutuskan panggilan mereka.

"Sepertinya ini akan menjadi masalah yang sangat besar bagi hidupku." Gumam Landon sembari mengacak-acak rambutnya.

Landon kembali memusatkan perhatiannya pada berkas-berkas yang menumpuk diatas meja kerjanya. Ia harus menyelesaikan setidaknya sebagian tugasnya agar bisa meninggalkan perusahaan untuk waktu yang sedikit lebih lama. Setidaknya butuh waktu untuk bisa membujuk Luna untuk kembali bersamanya.

Landon tidak seperti saudara kembarnya yang selalu konsisten akan tugas-tugasnya. Meski begitu ia sudah berusaha bertanggung jawab pada perusahaan yang diberikan padanya. Mengingat bagaimana para pemegang saham menolak dirinya menduduki posisinya yang sekarang, Landon tersenyum bangga ketika mereka semua mengakuinya setelah membuktikan dengan membuat keuntungan perusahaan naik hampir delapan puluh lima persen.

"Apakah kau membatalkan janji untuk bertemu dengan klien besok?" Sahut Louise dari ambang pintu.

Landon sudah menduga bahwa ayahnya akan sangat marah karena klien tersebut sangatlah penting bagi perusahaan mereka. "Aku sudah meminta Antonio untuk menemani mereka berkeliling. Bukankah mereka hanya ingin melihat-lihat resort yang baru saja selesai pembangunannya."

"Kau tahu bukan itu alasan mereka datang kesini. Putrinya ingin kau yang menemani mereka." Louise berkata sembari mendudukkan dirinya dikursi sofa yang ada diruang kerja putranya.

Landon mengangkat kepalanya dan menatap wajah ayahnya. "Apakah Daddy berusaha menjodohkan aku dengan wanita manja itu? Aku akan melaporkan Daddy pada Mommy."

Louise tertawa dan membayangkan bagaimana Julia akan memarahinya dengan suara lembutnya itu.

...****************...

Serena membuka jendela dikamar tidur Luna dan memperbaiki selimut wanita cantik itu. "Bagaimana tidurmu?"

"Aku tidur nyenyak berkat dirimu, Rena." Ucap Luna dengan tersenyum. "Apa kau tahu dimana ibuku?"

"Ibumu sedang sarapan bersama ibuku di cafe bawah rumah sakit. Apa kau ingin makan sesuatu?" Serena duduk disamping Luna dan memijat telapak tangan wanita itu.

Luna menggelengkan kepalanya dan menatap sosok Serena. Selama menjalani pengobatan disini Serena sangat baik dan lembut. Dengan tubuh mungilnya, Serena merupakan dokter yang disegani dirumah sakit ini. Memiliki tunangan keturunan bangsawan dan kaya raya tidak membuat Serena menjadi wanita yang sombong untuk bergaul dengan orang-orang dari kelas bawah.

"Aku senang sudah melewati semua ini. Aku berharap bisa menjalani kehidupan seperti yang lain." Luna berkata sembari menoleh kearah pintu yang terbuka.

Jennifer dan Lyana masuk bersamaan dengan bunyi ponsel milik Serena. "Aku akan meninggalkanmu bersama mereka. Jangan lupa untuk menghubungiku jika kau merasakan sesuatu."

Jennifer duduk dikursi menggantikan Serena, sementara aunty Lyana keluar bersama putrinya meninggalkan mereka berdua. Luna tersenyum memandang wajah ibunya dan meraih jemari wanita itu. "Mom terlihat lelah."

Bahkan jika ia harus berbohong pada dirinya sendiri dan tidak ingin menerima fakta bahwa wanita yang sedang menggenggam tangannya ini bukanlah ibu kandungnya, Ia bisa merasakan kadang-kadang ada sekali dua kali tatapan benci ibunya mengarah padanya.

Lauren masuk dan membuka bekal makanan yang sengaja ia bawa untuk mereka. "Kau terlihat seperti orang mati." Sahut Lauren ketika melihat raut wajah Jennifer.

"Thank you, Lau. Aku butuh kopi." Jennifer berkata sembari bangkit dari duduknya dan berjalan keluar.

"Ibumu wanita yang baik meski sikap dinginnya sangat menjengkelkan." Sahut Lauren sembari mencium kening Luna dengan lembut.

"Semua wanita akan bersikap menjengkelkan jika harus membesarkan anak dari selingkuhan suaminya." Gumam Luna dengan suara bergetar. "Aku salah satu anak yang beruntung karena Mom tidak membuangku, meski aku memiliki penyakit mematikan."

Lauren memeluk tubuh Luna yang mulai menangis. "Kau tidak bersalah. Saat kau lahir aku ada bersamanya dan ibumu menangis ketika memelukmu untuk pertama kalinya. Dia membenci ayahmu dan juga wanita yang melahirkanmu. Tapi dia tidak membencimu, Luna. Kau adalah satu-satunya yang membuat ia bertahan untuk melanjutkan hidup."

"Mom selalu menjaga jarak denganku dan kami sangat jarang berkomunikasi layaknya seorang anak dan ibunya. Aku sering melihat bagaimana Aunty Lyana begitu hangat dan lembut ketika bertemu putri-putrinya." Ucap Luna pelan sembari mengusap sisa airmata.

"Dia hanya mencemaskan dirimu, Luna. Ibumu tidak tahu harus bersikap bagaimana disaat kau merasa kesakitan. Dia takut terjadi apa-apa padamu dan membuatmu meninggalkan dirinya sendirian." Ujar Lauren sambil membantu Luna berbaring kembali.

"Tidurlah. Aku akan mencari ibumu, untuk membawanya kembali kesini. Kau bisa menekan tombol ini jika membutuhkan bantuan. Aku akan segera kembali." Lanjut Lauren lagi.

Setelah kepergian Aunty Lauren kamar menjadi sepi dan hanya terdengar bunyi suara dari monitor miliknya. Rasa kantuk datang setelah efek dari obat yang ia minum memaksanya menutup mata. Sebelum itu ia merasakan kedatangan seseorang yang begitu familiar menyentuh pipinya dan juga mencium keningnya lembut.

Luna mencium aroma parfum yang ia rindukan dan sadar dirinya sedang bermimpi.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!