Chapter 15

Luna terbangun dipagi hari dan menemukan Landon tertidur dikursi sofa yang tak jauh dari tempat tidurnya. Pria itu akhirnya menemukannya. Merasa gelisah, ia memutuskan mengirim pesan kepada Serena untuk meminta tolong padanya. Luna belum siap menghadapi pria itu, apalagi sampai bertatap muka dengannya.

Dan sekarang Serena dan Landon terlibat perdebatan diluar kamar tempat Luna dirawat. Melalui sela pintu yang terbuka sedikit ia bisa melihat Landon berusaha menahan emosinya. Pria itu menoleh kearahnya dan mereka bertatapan beberapa detik sebelum ia sendiri yang menghindari kontak mata mereka.

"Luna, kau tak perlu khawatir. Landon berjanji akan bersikap baik padamu. Aku akan memberikan waktu untuk kalian berbicara, jika kau merasa tidak nyaman kau bisa hubungi aku." Ucap Serena sembari menatap sepupunya dengan lirikan tajam dan mengancam.

Setelah Serena menutup pintu, ruangan kembali sepi dan Landon duduk disamping tempat tidur Luna sembari menundukkan kepalanya. Begitu juga dengan dirinya yang hanya menatap kedua tangannya yang sejak tadi terasa berkeringat.

"Sudah begitu lama," ucap Landon sembari mencoba menatap wajah Luna. "Kau pasti mengalami kesulitan selama berada disini."

Luna masih tidak sanggup untuk mengangkat wajahnya. "Bagaimana kabarmu?"

"Seperti yang kau lihat, aku sangat sibuk mencari keberadaanmu." Jawab Landon dengan dingin. "Kurasa kau sudah melupakanku. Atau mungkin aku salah paham tentang hubungan kita."

Luna menelan ludahnya dengan susah payah karena merasakan hawa dingin diantara mereka. "Mengapa kau melakukan semua ini? Bukankah kau senang bermain-main saat berhubungan dengan wanita. Seharusnya aku sama seperti wanita-wanita itu."

"Aku sudah menjelaskan alasan aku membohongimu saat itu. Apa kau masih tidak mempercayaiku?" Ucap Landon dengan suara sedikit keras.

"Jangan berteriak padaku." Balas Luna sembari menatap tajam kearah Landon.

Saat itu, Luna bisa melihat bagaimana raut wajah Landon dari dekat. Pria itu terlihat berbeda dari penampilannya saat terakhir kali mereka bertemu. Landon yang sekarang jauh lebih terlihat dewasa dan serius. Gaya berpakaian pria itu juga berubah.

"Kau terlihat seperti saudara kembarmu saat mengenakan pakaian seperti itu." Ucap Luna lagi ketika memperhatikan sosok Landon. "Apakah saat ini kau sudah tidak lagi menjadi tukang bersih-bersih?"

"Luna. Maafkan aku." Landon mengusap wajahnya yang lelah setelah menempuh perjalanan yang sangat lama.

Ada begitu banyak wanita didalam hidup Landon, sehingga ia tidak terbiasa mendapat penolakan. "Aku tidak bisa bersamamu, Landon. Aku tidak berniat untuk menjalin hubungan dengan siapapun karena kondisiku saat ini."

"Aku tidak akan kembali jika tidak bersamamu, Luna." Landon berkata sembari berpindah duduk disofa dan membuka laptopnya.

"Lalu bagaimana dengan pekerjaanmu? Apa kau juga bermain-main dengan masa depanmu?" Sahut Luna pada pria yang begitu keras kepala.

Landon menatap wajah Luna yang terlihat kesal. "Aku bisa bekerja dari mana saja. Dan masa depanku sekarang ada di tanganmu."

"Dasar pria gila." Gumam Luna sembari berbaring membelakangi Landon.

"Aku tergila-gila padamu," Landon membalas perkataan Luna dan mendapati wajahnya dilempari bantal oleh wanita itu.

Landon mengambil bantal yang terjatuh dikakinya dan meletakkannya kembali diatas kepala Luna. "Bukankah kau juga membohongiku tentang penyakitmu, Luna. Apa kau pikir itu bukan sesuatu yang penting bagiku?"

Luna bisa merasakan nafas pria itu ditelinganya ketika pria itu membisikkan kata-kata yang membuat dirinya merasa bersalah. "Untuk itu kita tidak boleh melanjutkan hubungan ini."

...****************...

Sudah seminggu lamanya Landon menemani dan merawatnya dirumah sakit. Pria itu bahkan tidak pernah pergi sedikitpun meninggalkannya. Meski Luna sering menolak ketika pria itu mencoba menyuapkan makanan ke mulutnya, tidak membuat pria itu berhenti begitu saja untuk berusaha bersikap manis.

"Kau benar-benar akan melakukan ini? Ayah dan saudara kembarmu sudah sering menyuruhmu untuk pulang, mengapa kau masih berada disini?" Luna berkata dengan suara sedikit lebih tinggi ketika Landon menggendong ke kursi roda.

Landon tidak menjawab perkataan Luna seperti biasa. Sudah beberapa hari ini, wanita itu menyuruhnya untuk pulang. "Cuaca diluar sangat bagus. Aku akan membawamu berjalan-jalan. Serena berkata kau akan bisa pulang dalam beberapa hari karena kondisimu semakin baik."

"Aku tidak akan kembali. Aku akan berada disini untuk sementara selama proses penyembuhan." Jawab Luna sembari tersenyum ketika melihat anak laki-laki kecil yang dua hari ini bermain bersamanya.

Landon menutupi tubuh Luna dengan selimut karena angin bertiup sedikit kencang. "Aku akan ikut bersamamu. Lagipula tempat yang akan kau tinggali adalah apartemen milik uncle Darren, jadi tidak masalah bagiku."

*Mengapa kau sangat keras kepala?"

"Ini masih belum apa-apa bagiku. Aku bisa bersikap sangat sabar padamu, Luna." Ujar Landon dingin kemudian berpaling ketika merasakan pelukan dikakinya.

"Bisakah Uncle membantuku? Bolaku tersangkut dipohon itu," bocah kecil yang juga salah satu pasien yang memiliki penyakit yang sama dengan Luna menunjuk kearah bolanya yang tersangkut.

Landon mengusap kepala anak itu dan tersenyum. "Tentu saja, Dave. Tunggulah disini dan jagalah Luna. Jangan sampai wanita cantik ini menghilang."

Luna menatap kepergian Landon yang akan mengambil bola milik Dave dengan sedikit cemas akibat mendengar ucapan pria itu beberapa saat lalu. Suaranya yang dingin seolah memastikan dirinya bahwa pria itu tidak akan pernah menyerah.

"Uncle sangat tinggi dan juga keren. Lihatlah bagaimana cara uncle mengambil bola itu. Dia terlihat sangat keren dan semua orang menatap kearahnya." Sahut Dave senang ketika melihat Landon berhasil mengambil kembali bolanya.

"Kau benar, Dave. Pria itu sangat keren dan berhasil membuatku kembali jatuh cinta." Gumam Luna sembari menyentuh kedua pipinya dengan telapak tangan karena merasa malu ketika Landon tersenyum kearahnya.

Ketika pintu tertutup dibelakang mereka, Luna menyerah pada kedekatan wajah mereka saat Landon menggendong dan memindahkan tubuhnya ke tempat tidur. Luna tidak melepas pegangan tangannya di sekeliling leher pria itu.

Mereka saling menatap selama beberapa saat sebelum kedua bibir saling bertaut. Ciuman Landon menuntut lebih banyak dan Luna mengerang ketika bibir pria itu menggigit lehernya. Bibir Landon menelan desahan Luna karena tahu mereka bisa saja ketahuan oleh orang lain yang melewati kamar mereka.

Landon menghentikan ciuman mereka ketika merasakan Luna akan kehabisan nafas. Ia kemudian memperbaiki rambut Luna dan juga pakaian wanita itu. Landon menyentuh bibir Luna yang terlihat membengkak akibat ciumannya.

"Mengapa. Mengapa kau berhenti, Landon?" Tanya Luna dengan nafasnya terengah-engah dan menarik kerah kemeja pria itu dan menempelkan bibir mereka kembali.

Landon menggigit bibir bawah Luna dan menariknya perlahan. "Kita tidak bisa melakukannya disini, Honey. Aku tidak bisa mengontrol diriku jika sudah menyentuh tubuhmu."

"Kalau begitu, cium saja aku tanpa menyentuh tubuhku," ucap Luna dengan wajah memerah.

"Shit. Aku tidak akan berhenti meski kau memaksaku." Sahut Landon sembari mengunci pintu kamar dan menutup tirai jendela.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!