Di markas tenang Cosa Nostra, Louis, Alex dan Alexa masih sedang berada di ruangan rapat. Baru saja mereka selesai melakukan rapat dengan orang-orang mereka yang ada di pemerintahan. Ini bukanlah rapat yang berarti, hanya beberapa evaluasi dengan sedikit permainan darah yang dilakukan Louis pada tikus-tikus yang sangat suka menyelinap diam-diam.
Saat ketiganya masih fokus dengan beberapa dokumen yang dibaca, tiba-tiba ada seorang pengawal yang mengetuk ruangan mereka dengan terburu-buru.
“permisi Tuan,” ucap pengawal itu dengan kepala tertunduk takut-takut untuk mengucapkan pesan yang harus disampaikannya pada ketiga petinggi Cosa Nostra yang sedang menatapnya sekarang.
“Katakanlah apa yang mau kau katakan. Kau tidak akan datang ke sini dengan tergesa-gesa jika hanya untuk menjadi patung bodoh di hadapan kami. Jangan buang waktu Tuan Louis, cepat katakan apa yang ingin kau katakan,” ucap Alexa dengan wajah kesalnya itu.
“Sistem cyber kita berhasil diretas Tuan,” ucap Pengawal itu kemudian menunduk dalam dengan ketakutan luar biasa yang menyerayanginya, menunggu seperti apa respon tuannya nantinya.
Prang! Suara gucci bunga yang dijatuhkan hingga hancur berkeping-keping begitu memekakkan telinga. Louis lah yang memecahkan gucci bunga itu dengan kasar. Pengawal itu benar-benar sudah sangat ketakutan, keringat dingin memenuhi seluruh tubuhnya begitu mendengar suara pecahan kaca yang sangat menyakiti Indra pendengaran.
Alex dan Alexa tanpa diminta langsung berdiri tertunduk di hadapan tuan mereka itu. Entah apa lagi yang akan dilakukan tuan mereka sekarang karena kesalahan yang dilakukan orang-orang mereka ini.
“Apa yang kalian lakukan ha? Sampai keamanan kita bisa diretas oleh orang lain?” Pertanyaan itu dilontarkan oleh Louis dengan suara beratnya. Siapa pun yang mendengar suara mengerikan itu pasti akan langsung merasakan ketakutan di seluruh bagian tubuhnya tanpa terkecuali.
Pengawal itu tidak bisa lagi menjawab, ia hanya bisa menunduk ketakutan tanpa berani mengangkat kepalanya barang sedikit saja. Ia bersumpah ia sama sekali tak bisa menjawab pertanyaan tuannya.
Lidahnya keluh seolah lumpuh. Ia tidak bisa mengatakan apa-apa di hadapan para petinggi Cosa Nostra ini. Mulutnya seolah direkatkan dengan perekat yang sangat kuat, mulutnya tidak bisa terbuka untuk menjelaskan seperti apa kondisi saat ini pada Louis.
“Apa kalian juga merekrut orang bisu?” tanya Louis masih dengan suara beratnya kepada kedua tangan kanan yang sangat ia percayai.
Alexa langsung mengangkat kepalanya dan mulai menjauh dari Louis ke arah pengawal yang masih terdiam bisu, berdiri dengan kegugupan tak terelakkan. Tamparan keras didaratkan di pipi pengawal itu hingga sudut bibirnya mengeluarkan darah dan ia terpental kuat di lantai marmer dingin ruang rapat.
“Kau ditanya dengan Tuan Louis bajingan. Kenapa kau dari tadi hanya diam saja?” Alexa bertanya dengan tatapan nyalangya pada pengawal yang masih tak berkutik, memilih diam saja sampai akhir.
“Maafkan saya Nona dan Tuan, kami sudah berusaha. T-ta-tapi kali i-i-ni lawan kami s-sa-sangat kuat," kata pengawal itu dengan terbata-bata seolah ada kerikil yang menyendat sumber suaranya.
“Sudahlah, kita langsung pergi mengeceknya saja.” Louis tanpa bicara apa pun lagi langsung melangkahkan kakinya lebar-lebar ke arah ruang Cyber Security markas besar Cosa Nostra.
Kedua tangan kanan Louis pun tanpa berkata apa pun lagi. Mereka hanya mengikuti dengan langkah pasti tepat di belakang Tuan mereka.
“Menurut Kakak siapa yang berhasil meretas sistem keamanan kita?” tanya Alexa pada Alex dengan berbisik mendekat ke kakaknya, takut-takut Louis mendengar. Bisa saja mereka akan berujung dengan makian dan siksaan dari Tuan mereka yang masih berjalan dengan langkah lebar menuju ke Cyber Security Cosa Nostra.
“Tidak tahu, yang pasti orang itu sangat hebat karena berhasil meretas situs data Cosa Nostra. Kau jangan bicara lagi, kita ikuti saja ke mana Tuan Louis pergi.”
Alexa akhirnya tak berbicara lagi. Mereka hanya terus membuntuti dengan setia langkah Tuan mereka hingga tiba di ruang Cyber Security Cosa Nostra.
Suara tapakan sepatu pank topel pria tampan itu terdengar di seluruh ruangan yang dipenuhi dengan teknologi canggih dan terbaik dunia. Bak sihir yang mengerikan. begitu mendengar suara hentakan sepatu itu, semua orang yang berada di ruangan tersebut langsung tertunduk takut. Tidak ada yang berani mengangkat kepalanya, kecuali satu orang pria yang masih begitu fokus di depan layar komputernya.
Sepertinya, pria itu tak menyadari kedatangan Louis sehingga masih saja fokus dengan komputernya. Dengan langkah lebar, Louis mulai mendekat ke tempat lelaki yang masih saja fokus dengan layar komputer diikuti dengan Alex dan Alexa yang setia di belakang tuan mereka.
“Valin,” panggil Louis pada pria yang masih saja terus berkutat dengan komputernya.
Setelah namanya dipanggil oleh Louis, pria itu langsung berhenti melakukan aktivitasnya dan dengan kegugupan yang kentara dari gelagatnya, perlahan demi perlahan mulai mengangkat kepala menengadah ke atas.
Belum sedetik ia mengangkat kepalanya, kembali ia tundukkan kepalanya dan langsung bertekuk lutut di hadapan sang tuan tanpa berani lagi mengangkat kepala.
“Valin, apa semua ini? Saya pikir kau tidak berada di sini sehingga peretas bisa menembus situs Cosa Nostra, tapi ternyata hingga sekarang kau masih sibuk dengan komputer canggih itu.” Louis berucap dengan suara beratnya, pandangan pria itu tertunduk menghadap pemimpin cybersecurity Cosa Nostra. Ketahuilah, Louis tak pernah sekalipun membentak. Tapi, suara beratnya itu mampu memberikan intimidasi sangat kuat kepada siapa pun lawan bicaranya.
“Maafkan saya Tuan Louis, saya juga tak menyangka hal ini akan terjadi. Hacker yang melakukan peretasan tadi, bukanlah hacker biasa. Kemampuan sehebat itu baru pertama kali saya dapatkan, dia bahkan tadi hampir berhasil melakukan peretasan diam-diam tanpa ada yang menyadari hal itu. Tapi kami berhasil mencegahnya,” ucap Valin dengan kepala tertunduk.
Sejujurnya lidahnya sangat keluh untuk bisa mengatakan apa pun. Tapi jika didiamkan tanpa jawaban, tuannya ini pasti akan semakin marah.
“Tapi dia tidak berhasil mencuri satu pun data kita kan?” tanya Alexa pada Valin yang masih saja bertekuk lutut dengan kepala tertunduk di hadapan Louis.
Valin diam saja tanpa bisa bicara apa pun. Entah bagaimana caranya dia memberitahukan tuannya jika rencana yang telah disusun oleh Cosa Nostra selama bertahun-tahun berhasil dicuri oleh peretasan itu dalam waktu beberapa jam saja.
“Jawab Valin, kau jangan diam saja,” ucap Alex yang mulai angkat bicara melihat kebungkaman hacker terbaik mereka.
“Maaf yang sebesar-besarnya Tuan, peretas itu berhasil mencuri data rencana penyerangan kita,” kata Valin dengan kepala yang semakin tertunduk dalam, ketakutan dan kegelisahan segera menyerayangi intuisinya tanpa diminta.
Tidak sampai sedetik setelah Valin mengatakan itu, komputer dan layar monitor yang ada di samping Valin dibanting habis-habisan oleh Louis. Vas bunga yang terletak di atas meja dilemparkan ke arah Valin hingga hancur berkeping-keping.
Kepala pria malang itu sudah dipenuhi darah segar dan beberapa potongan kecil keramik yang menempel di dagingnya, Louis lah yang melakukan itu semua. Namun, Valin masih saja enggan mengangkat kepala. Ia masih tetap tertunduk, semua orang yang ada di sana pun juga sama.
Dengan gerakan perlahan Louis memegang kuat rahang Valin. Pria itu mulai mengangkat pandangan Valin agar mau menatapnya. Kesakitan yang dirasakan Valin di rahangnya harus tergantikan dengan ketakutan luar biasa dari tatapan yang diberikan Louis untuknya. Valin bersumpah jika tatapan itu adalah senjata tajam, maka dalam sekali tebas orang itu akan tercincang hingga lebur, benar-benar sangat tajam dan mengintimidasi.
“Kau memasang keamanan ganda di dalam datanya, kan?” tanya Louis masih dengan suara beratnya.
“Ia Tuan.”
“Dapatkan kembali data itu bagaimana pun caranya sebelum mereka bisa membobol keamanan ganda datanya dan cari tahu siapa sebenarnya yang sudah berani meretas situs kita. Cari dia sampai dapat. Dan ya, Jika sampai data itu benar-benar sudah berada di tangan musuh kita, kau tahu betul apa yang akan saya lakukan padamu Valin. Kau paham?” Louis berbicara dengan suara yang semakin berat dan tatapan yang semakin tajam.
“Saya mengerti Tuan Louis.” Louis langsung saja melepas cengkraman kuatnya dari rahang Valin. Dengan langkah tegasnya, ia mulai berjalan meninggalkan ruangan itu.
Alex pun juga mengikuti tuannya, sedangkan Alexa sebelum pergi mengikuti Louis ia mengucapkan beberapa kalimat pada Valin.
“Dapatkan data itu kembali Valin, jika tidak maka aku pastikan kau hanya akan tinggal nama.” Setelah mengatakan itu Alexa kemudian menyusul kakaknya dan Louis, entah mereka akan pergi ke mana Louis sajalah yang bisa memutuskan.
***
Kini, ketiga orang itu sedang berada di ruangan Louis. Pria itu sekarang tengah mengambil sebatang cerutu dan dengan korek apinya membakar batang tembakau itu, kemudian menghisap dan menghembuskannya dengan gerakan perlahan.
Pikiran Louis dipenuhi dengan masalah peretasan data. Ia benar-benar sangat penasaran siapa sebenarnya yang bisa menembus cyber security situs mereka dan berhasil mengalahkan Valin.
Louis benar-benar dibuat penasaran, ia memilih Valin menjadi ketua cyber security Cosa Nostra bukan tanpa alasan. Kemampuan Valin sangatlah luar biasa hebat, tak pernah sekali pun ia melihat orang yang sehebat Valin dalam peretasan dan perlindungan data. Tapi, pria yang ia kira kemampuannya sangatlah luar biasa berhasil dikalahkan.
Entah seberapa hebat orang yang berhasil meretas situs mereka. Alex dan Alexa dari tadi hanya diam saja tanpa mengatakan apa-apa lagi, mereka akan menunggu hingga Louis angkat suara baru lah mereka nanti akan menjawab. Louis berada di kondisi yang tidak baik sekarang, mereka harus berhati-hati agar tidak membuat kesalahan.
“Alex, jelaskan jadwalku minggu ini,” ucap Louis tanpa menatap Alex sama sekali. Cerutu itu masih saja digenggamnya di tangan kanan.
“Minggu ini anda dijadwalkan ke Indonesia Tuan, ada beberapa orang-orang kita yang sudah ditangkap oleh intelijen mereka. Anda harus ke sana untuk melihat kondisi negara itu dan potensi Indonesia untuk menerbangkan sayap Cosa Nostra lebih luas lagi.” Dengan cermat Alex memberikan penjelasan pada tuannya itu.
“Baiklah, saya mengerti. Siapkan keberangkatan ku besok pagi. Alexa bawa setidaknya tiga wanita di mansion saya nanti malam. Saya mau ketiga-tiganya adalah pelacur, taruh mereka di kamar tamu. Apa kau paham?”
“Paham Tuan.”
Setelah mendapatkan anggukan dari kedua tangan kanannya Louis mulai berjalan keluar meninggalkan markas besar Cosa Nostra masih diikuti oleh kedua Alex dan Alexa. Mereka menunduk memberi hormat sebelum akhirnya sopir membukakan pintu untuk Louis masuk ke dalam mobil mewahnya meninggalkan pekarangan markas besar itu.
Alexa terus saja menatap mobil tuannya lamat-lamat, tak terasa tangan kekar dari Alex menyapu lembut punggung sang adik.
“Kakak, kenapa aku harus jatuh cinta pada Tuan Louis? Sakit sekali rasanya Kak, setiap dia memintaku untuk membawa wanita ke Mansionnya," ucap Alexa pada sang kakak.
Sedangkan Alex masih terus mengusap lembut punggung Alexa. ia berharap adiknya itu diberi kekuatan untuk menghadapi kelakuan Tuan mereka. Ia tahu Alexa mencintai Louis sejak pertama mereka bertemu.
Alexa yang tidak suka pertumpahan darah dan luka-luka dengan beraninya masuk ke dalam dunia mafia yang kejam dan penuh dengan kekerasan. Dari itu, Alex tahu jika adiknya itu tertarik dengan Louis. Sepuluh tahun adiknya terus memendam perasaan yang tak terbalas itu, Alex pun tak tahu bagaimana cara menanggapi perasaan adiknya seperti apa. Ia hanya bisa menenangkan wanita itu, dengan mengusap punggungnya seperti saat ini.
“Kau harus kuat Lexa, ini pilihanmu jatuh hati pada pria dingin dan kejam seperti Tuan Louis. Sudahlah, sekarang kita lakukan perintah Tuan Louis, ayo.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments