“Kau sudah kembali,” ucap Ali yang melihat Naya sudah datang dengan wajah kesalnya.
Naya berjalan sedikit gontai kemudian duduk dengan kasar di kursinya setelah sampai di ruangan VVIP mereka.
"Gara-gara Kakak, Naya tadi menabrak Kakak tampan. Mana keras banget lagi Naya nabrak dia, untung dia mau maafin Naya.” Naya segera memuntahkan kekesalannya pada kakaknya.
Gara-gara kakaknya ini, dia tadi hampir saja mendapatkan masalah besar menabrak orang. Naya berpikir sepertinya kakak itu sepertinya orang penting, pasalnya banyak sekali pengawal yang berjaga di sekelilingnya, ada sekitar sepuluh pengawal yang dapat dilihat gadis manis tadi.
Ali mengernyit dalam mendengar amukan adik manisnya ini.
“Apa yang aku lakukan?” tanya Ali kebingungan melihat kekesalan adiknya.
“Kaka tahu, Naya tadi menabrak Kakak yang sangat tampan. Kakak itu pengawalnya sangat banyak ada sekitar sepuluh orang. Dan tadi, pengawalnya kakak tampan itu nahan Naya, Naya udah mau nangis karena nahan pipis. Untung Kakak tampan itu baik, jadi Naya dibebasin gitu aja. Pokoknya ini semua salah Kak Ali!”
Ali sampai harus menutup telinganya mendengar kekesalan adiknya itu. Ia mana tahu jika hal yang ia lakukan tadi akan sampai seperti ini akibatnya.
“Maafkan Kakakmu Naya,” ucap Ali dengan menjewer telingannya sendirian di depan adiknya yang masih terlihat sangat kesal.
Naya masih enggan berbicara, Naya bahkan menghindari tatapan kakaknya. Dia tadi malu sekali, semua orang menatapnya dan ia tadi menjadi pusat perhatian. Ali masih saja terus membujuk adiknya yang masih marah pada dirinya.
“Naya Hey, maafin Kakak. Kamu nggak kasihan sama kakakmu ini hm?”
“Okey, okey Naya maafin, tapi Kakak jangan ngulangin itu lagi. Masa Naya hanya ingin ke toilet harus diantar segala.”
“Iya Naya sayang. Ini nggak akan terulang lagi,” ucap Ali kemudian menarik adiknya ke dalam pelukannya agar amarah adiknya itu bisa sedikit mereda.
“Naya mau pulang,” ucap Naya yang masih berada dalam delapan sang kakak yang memeluknya erat.
“Baiklah kita pulang sekarang.” Ali melepas pelukannya dari adiknya itu, kemudian berdiri menggandeng tangan adiknya keluar dari ruang makan yang mewahnya sangat luar biasa.
Keduanya berjalan dengan langkah serempak keluar dari ruangan yang mewah itu menuju ke mobil mereka tengah terparkir, jangan lupakan dua pengawal yang masih berjaga mengikut di belakang kedua saudara itu.
Atensi Naya harus terpusat pada satu orang ketika mereka melewati pintu lantai VVIP. Atensinya sepenuhnya mengarah ke Louis yang ia sebut kakak tampan. Umur Louis memang sudah menginjak kepala tiga, tapi ketampanannya sanggup menutupi umur pria itu yang sebenarnya.
“Kak, itu Kakak tampan yang tadi Naya tabrak,” ucap Naya dengan menunjuk-nunjuk rombongan Louis dengan antusias.
Ali tanpa ada pilihan lain hanya berbalik melihat ke arah tunjuk Naya. Ali bisa melihat jelas rombongan pria kekar berjas hitam dengan earpiece hitam melekat di telinga mereka. Ditengah rombongan itu, Ali bisa melihat dua orang pria yang ada di tengah rombongan sedang membelakangi mereka.
Ali tak tahu yang mana yang dimaksud Naya antara kedua pria itu karena penampilannya keduanya terlihat sedikit mirip. Dari arah belakang saja, terlihat jelas jika merdeka bukan orang sembarangan. Pakaian formal yang mereka kenakan merupakan mereka-merek ternama dengan harga fantastis.
Banyak sekali tatto yang memenuhi tubuh keduanya. Tatto itu terdiri dari berbagai desain yang beragam, perhatian Ali terpusat dengan tatto ular yang saling melilit melingkar dengan bintang ditengahnya. Bulan hitam memisahkan kepala kedua ular itu yang saling berhadapan. Tatto itu tepat terukir keren di leher Kanan mereka. Sedangkan pengawal lainnya memiliki tatto ular melingkar dengan kepala melebar, terdapat karambit yang terletak tepat di belakang kepala ular itu.
Ali merasa tak asing dengan tatto itu, entah ia pernah melihat tatto seperti itu di mana.
“Kakak kenapa diam saja? Ayo kita pergi!” Teriakan Naya tepat di sampingnya dengan mengguncang tangan Ali berhasil membuyarkan pikiran Ali yang berfokus pada tatto itu.
“Iya, iya kita pulang sekarang.” Ali sekali lagi menggenggam tangan adiknya menuju ke arah mobil mereka sedang terparkir saat ini. Sudahlah, tak akan ada gunanya dia terus memikirkan itu. Tatto tadi pasti bukan hal yang penting, karena jika itu memang hal yang sangat penting pria itu pasti akan langsung mengingat dalam sekali lihat.
Dia sekarang harus fokus pada adiknya yang kekesalannya masih belum juga hilang. Dengan langkah yang berusaha ia sejajar kan dengan langkah kecil adiknya, kedua bersaudara itu segera meninggalkan tempat itu menuju ke kediaman Bimantara.
**✿❀ ❀✿****✿❀ ❀✿**
“Tuan, gadis yang menabrak anda tadi terus-menerus menunjuk anda.” Laporan itu diberikan oleh salah satu pengawal Louis yang tadi memperhatikan baik-baik gerak-gerak gadis itu.
Louis segera berbalik setelah mendapatkan laporan dari pengawalnnya, tapi ia tak melihat gadis itu ada di belakangnya. Yang ia dapatkan hanyalah para pegawai restoran yang membersihkan segala macam kotoran di depan ruangan yang hanya berjarak dua pintu dari ruangan mereka.
“Mana dia?” tanya Louis pada pengawal yang tadi memberi dia laporan.
“Dia sudah pergi Tuan, tadi seorang pria juga bersamanya. Ada dua pengawal yang berada di belakang mereka. Sepertinya tadi itu saudaranya, wajah mereka berdua sangat mirip.” Pengawal tadi kembali memberi laporan begitu tuannya memberi pertanyaan untuknya.
Louis tak berbicara lagi, ia kemudian langsung masuk ke dalam ruang makan VVIP yang sudah disiapkan manager restoran itu untuk mereka.
Hanya ada enam pengawal dan Alex yang mengikuti Louis masuk ke dalam ruangan itu, sedangkan sisanya berjaga di luar ruang makan tersebut.
Mereka tak boleh lengah barang sedikit saja, mereka harus ingat baik-baik, mereka sekarang bukan berada di wilayah Cosa Nostra.
Begitu mereka masuk ke dlaam, yoga orang berkas formal menyambut Louis dengan kepala tertunduk hormat pada penguasa Cosa Nostra.
“Selamat siang Tuan Louis,” ucap ketiga orang itu serentak seraya menunduk hormat pada Louis.
Louis dengan ekspresi datarnya sama sekali tidak memberi reaksi dengan salam mereka dan hanya duduk di kursi yang sudah disiapkan untuknya dengan makanan khas Asia dan western yang sudah dihidangkan dengan rapi diatas meja berlapis marmer yang indah.
“Jelaskan semuanya,” ucap Louis dengan tatapan sangat datar pada ketiga orang itu.
Ketiga orang itu sudah beberapa kali mendengar mengenai kedataran dan kekejaman penguasa Cosa Nostra yang masih saja duduk dengan tenang di hadapan mereka, tapi melihatnya secara langsung ternyata jauh lebih mengerikan dari pada yang mereka dengar.
Louis bahkan hanya duduk dengan tenang di kursinya menatap mereka, tapi entah kenapa mereka merasakan sesak yang luar biasa hebat seolah leher mereka sedang dicekek dengan kuat, intimidasi luar biasa yang diberikan Louis membuat ketiganya tak berani menatap mata tajam itu lebih lama lagi.
Dengan lidah kelu dan ketakutan yang sangat terasa mereka mulai menjelaskan sesuatu yang sudah diminta tuan mereka. Salah satu dari mereka mengeluarkan tablet dan memberikan tablet itu dengan sopan pada Louis.
“Seperti yang sudah saya sampaikan pada Tuan Alex, ada beberapa orang kita yang sekarang mendekap di penjara. Ada sekitar sepuluh orang yang sekarang mendekap di penjara. Dua diantaranya salah satu petinggi yang memegang bagian provinsi dan sisanya hanya orang-orang kita yang hanya melakukan perintah petinggi,” jelas salah satu dari mereka.
“Apa mereka membuka mulut?” tanya Louis dengan menyesap wine yang ada di atas meja marmer itu.
“Belum ada satu pun dari mereka yang membuka mulut Tuan,” jawab salah satu dari ketiganya.
“Teruskan,” kata Louis lagi kembali menginginkan laporan yang lebih rinci.
“Polisi berhasil menyita total sepuluh ribu gram sabu-sabu dan lima ribu gram ganja dari delapan penyelundup kita. Dan untuk dua pemimpin lainnya, polisi berhasil mendapatkan bukti berupa uang palsu dan beberapa telegram yang disimpan di kediaman mereka. Tapi para orang-orang kita yang berhasil menembus pemerintahan, sedang melakukan upaya untuk membebaskan para petinggi, sedangkan untuk penyelundup mereka merelakan diri mereka untuk dipenjara sesuai waktunya. Mereka hanya meminta jaminan keamanan dari pihak kita dan yang pasti tetap bisa mendapatkan uang selama di penjara.” Ketiga orang itu menjelaskan baik-baik apa aja informasi yang sudah mereka dapatkan dari semua penyelidik tanpa ada yang disembunyikan satu pun.
Louis hanya mengangguk datar tanpa berbicara apa-apa dan kembali menyesap wine yang masih berada dalam genggaman kuatnya.
“Kalian tidak menyembunyikan apa pun kan? “ tanya Alex menatap tajam pada ketiga orang itu.
Dengan segera ketiganya menjawab dengan cepat secara serentak, “Kami bersumpah kami tidak menyembunyikan apa pun Tuan.”
“Kalian bisa baca pergi sekarang.”
“Terima kasih banyak Tuan, kami pamit undur diri.”
Setelah ketiganya mendapatkan anggukan setuju dari Louis, dengan kepala tertunduk hormat mereka bertiga meninggalkan ruangan itu dengan keheningan tanpa mengeluarkan suara yang bisa mengganggu ketenangan taun mereka.
Setelah ketiga orang itu keluar, Louis mulai menyantap hidangannya dengan tenang tanpa melakukan pembicaraan apa pun, begitu juga Alex yang makan bersama dengan tuannya dengan tenang tanpa mengeluarkan suara apa pun.
Ada peraturan tak tertulis dalam Cosa Nostra, jika makam bersama tuannya, tak boleh ada pembicaraan apa pun sebelum Louis menghabiskan makanannya dan membersihkan tangannya dari sisa-sisa makanan yang menempel.
Tepat selesai makan, ponsel Alex berbunyi menandakan pesan masuk dari seseorang. Begitu ia membukanya rasa terkejut segera menyapa dari ujuang rambut hingga kakinya, kemudian kembali memasukkan ponselnya begitu Louis berdiri dari duduknya.
**✿❀ ❀✿****✿❀ ❀✿**
Saat ini mereka sudah berada di penthouse yang sudah disediakan khusus untuk tempat tinggal Louis selama berada di Indonesia.
Langkah tegap Louis berhenti tepat di salah satu sofa di living room penthouse itu dengan Alex yang terus setia berdiri di samping tuannya. Sudah tak ada lagi pengawal yang ada diantara mereka saat ini, hanya ada mereka berdua di living room yang begitu luas dengan arsitektur khas bangunan royal family.
“Bagaimana? apakah Valin sudah berhasil mendapatkan data penyerangan kita?” tanya Louis dengan lengan yang menutup matanya. Lelah sekali rasanya hari ini.
“Sudah Tuan, Valin berhasil mendapatkan data penyerangan itu sebelum The Camorra berhasil menerobos pengamanan berlipat ganda data itu. Valin juga sudah memastikan cermat-cermat jika tak ada data kopi yang dibuat pihak The Camorra. Dan soal peretasnya....” Alex berhenti berbicara lalu mengutak-atik tablet dan kemudian memberikan tablet itu pada tuannya.
“Ini adalah data peretasnya Tuan,” ucap Alex kemudian memberikan tablet yang ada di tangannya kepada Louis dengan tetap menunduk hormat.
Louis tanpa mengucapkan apa pun langsung mengambil ahli tablet dari tangan Alex dengan tidak sabar.
Ia sungguh-sungguh sangat penasaran, siapa sebenarnya hacker yang berhasil menembus keaman situs Cosa Nostra dan mengalahkan kecekatan cemerlang Valin yang ia ketahui adalah hacker terhebat yang pernah ia temui.
“Ini…. “ Hanya sedetik keterkejutan nampak di wajah Louis, sedetik kemudian keterkejutan sudah tak terlihat lagi.
Alex yang sedari tadi memerhatikan tuannya juga dibuat terkejut, ini pertama kalinya tuannya menunjukkan ekspresi keterkejutan yang sangat kentara.
Ya, dia juga tak heran, dirinya saja pertama kali mengetahui siapa peretas itu juga merasakan keterkejutan yang tak kalah hebatnya dari pria datar itu. Louis harus geleng-geleng kepala.
“Ya Tuan, orang yang melakukan peretasan data kita adalah wanita yang sama yang menabrak Tuan siang tadi di restoran. Dia adalah Nayaka Kim saudara kandung dari Alikara Kim pemimpin organisasi Dragonfly, salah satu organisasi hacker terbaik di dunia gelap. Nayaka adalah hacker terbaik dari organisasi yang juga sudah sangat besar itu. Menurut data yang dikirimkan Valin ia sekarang sudah berusia dua puluh dua tahun, gadis itu Nayaka Kim sudah berhasil melakukan berbagai peretasan di situs-situs besar mulai dari situs legal hingga ilegal sesuai yang diminta client mereka. Sepertinya dia tidak memeriksa terlebih dahulu setelah berhasil mendapatkan data penyerangan kita, jadi dia tak menyadari jika datanya mempunyai keamanan ganda. The Camorra juga sepertinya akan kembali menemui mereka besok untuk menyuruh gadis itu membuka kunci keamanan ganda. Beruntung Valin berhasil mendapatkannya hari ini.”
Alex menjelaskan semua informasi yang ia dapatkan dari Valin yang sudah bekerja keras tiga hari ini untuk bisa mendapatkan data penyerangan Cosa Nostra kembali. Alexa bahkan bilang selama mereka pergi Valin tak keluar dari ruang data center, Valin memang bisa diandalkan.
“Apa The Camorra akan tetap ke markas Dragonfly?” tanya Louis yang masih menatap lekat foto Nayaka yang tersenyum menatap kamera dengan mengenakan toga kelulusan. Sepertinya foto itu diambil saat kelulusannya.
“Sepertinya mereka sudah menyadari jika kita berhasil merebut kembali data penyerangan dan seluruh organisasi mafia juga mengetahui keberadaan kita di Indonesia karena ini bukan perjalanan tertutup, jadi besar kemungkinan mereka tidak akan membuat perhitungan dengan Dragonfly dalam waktu dekat.”
Senyum jahat menghiasi wajah tampan Louis, wajah datarnya saja sudah sangat menyeramkan dan sekarang senyum jahat merekah sempurna di wajahnya tanpa alasan yang belum diketahui, Alex sampai harus bergidik ngeri menunduk dalam melihat ekspresi horor tuannya.
“Dapatkan Nayaka malam ini juga.” Dengan suara beratnya Louis mengucapkan titahnya dengan wajah datar yang mencekam masih dengan menatap foto Nayaka tanpa beralih menatap foto gadis itu.
Louis benar-benar tak menyangka, wajah polos dan lucu yang dimiliki Nayaka, dibaliknya menyimpan kemampuan luar biasa yang tidak dimiliki oleh siapa pun orang yang pernah Louis kenal, bahkan Valin sekali pun.
Dia sudah bersumpah, apa pun caranya, dia harus berhasil menjadikan gadis itu sebagai orang Cosa Nostra. Merebut Nayaka dari Dragonfly bukanlah hal yang sulit.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments