Di malam gelap yang indah Naya dan Kakaknya tengah bersantai di ruang keluarga rumah mereka sambil membaca buku di tangan mereka masing-masing.
Kedua kakak beradik itu terlihat sangat fokus dengan bacaan mereka, mata tajam keduanya tak lepas sedetik pun dari buku yang digenggam jari-jarinya.
Ali juga terlihat sedang berkutat dengan laptop mengurus segala pekerjaannya yang masih menumpuk walau matahari sudah tak menampakkan dirinya lagi. Hening tercipta sangat kentara menghiasi atmosfer di sekitar mereka.
Keheningan yang damai itu harus hilang ketika Naya menutup bukunya dan mulai menggetarkan pita suaranya bertanya pada sang kakak.
“Kak, menurut kakak Naya harus tetap di Indonesia atau Naya ke Korea?” tanya Naya pada kakaknya.
Naya sekarang sangat bingung harus memutuskan untuk tetap di Indonesia atau pergi ke Korea. Ia masih ingat pesan mamanya pada dirinya sewaktu dia masih kecil. Mamanya ingin Naya untuk menetap di Korea, kampung halaman sang Mama ketika Naya besar nanti.
Tapi, ia juga tak ingin berpisah jauh dari kakaknya dalam waktu yang lama. Kakaknya tidak akan mungkin bisa mengikutinya ke negeri gingseng itu karena mempunyai banyak sekali pekerjaan yang harus diurus di Indonesia.
“Terserah padamu Naya, kau ingin tetap di Indonesia atau pergi ke Korea itu adalah pilihanmu. Kakak pasti menyetujui keduanya.” Ali tak mempermasalahkan apa pun pilihan Naya, walau pun anak itu juga tetap di Indonesia ia juga tak akan mempermasalahkannya.
Walau pun ia tahu itu adalah pesan Mama mereka, ia tetap tak akan memaksa Naya. Ali sudah berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak membebankan hal berat apa pun di pundak Naya, ia yang akan mengurus semuanya. Naya harus merasakan kebahagian dan kebebasan selama hidupnya, Ali ingin memberikan semua kebahagiaan untuk adiknya tercinta itu.
Dikecupnya dahi Naya dengan sayang lalu memeluk adiknya itu dengan erat menyalurkan seberapa besar rasa sayang yang dimiliki Ali untuk adiknya itu.
“Kau tidak perlu terburu-buru memikirkan itu, kau baru saja luluh kuliah. Masih ada waktu itu memikirkannya matang-matang, jangan terbebani dengan hal itu. Paham?”
Naya hanya mengangguk mengiyakan semua yang dikatakan kakaknya dan masih saja terus berada di pelukan kakaknya. Namun, pelukan itu harus terlepas saat seorang pengawal menghadap kepada Ali dengan raut wajahnya sedikit ketakutan.
“Permisi Tuan, maaf mengganggu waktunya. Ada seseorang yang ingin menemui anda,” ucap pengawal itu dengan berkali-kali menelan salivanya, terlihat sangat jelas jika pengawal itu sedang sangat ketakutan sekarang.
Ali yang melihat itu, mulai berdiri dan ingin langsung menuju ke depan menemui orang itu, sepertinya mereka bukan orang biasa, pengawalnya bahkan sampai harus ketakutan seperi ini. Sepertinya mereka adalah orang penting.
“Naya kau tunggu di sini, Kakak akan menemui mereka di depan,” ucap Ali dengan mengelus surai indah adiknya dengan sayang.
“Naya ingin ikut,” ucap Naya, kemudian ikut berdiri bersama kakaknya.
“Naya, dengarkan. Sepertinya mereka bukanlah orang sembarangan, ini pasti akan sedikit berbahaya. Lebih baik kau menunggu saja di sini.”
“Tapi Naya mau ikut. Kakak yang dengerin, Naya sekarang sudah besar. Sudah dua puluh dua tahun, Naya sudah bisa menjaga diri. Lagian, Kakak dan pengawal lainnya juga ada di situ. Naya tidak akan kenapa-napa jika hanya untuk menghadirinya, Naya juga ingin mengetahui siapa yang bisa mengganggu orang larut malam begini.”
“Baiklah sepertinya kau tidak akan bisa dilarang, ikut Kakak,” ucap Ali lalu menggenggam tangan adiknya membiarkan adiknya mengikutinya sekarang.
Setelah berjalan beberapa langkah, sampailah mereka di ruang tamu tempat biasanya mereka menyambut relasi dan client mereka saat di mansion.
Ali dan Naya bisa melihat seorang pria dengan tubuh kekar, tinggi dan terdapat luka codet di garis bibirnya sedang duduk dengan tenang menunggu mereka. Naya sepertinya mulai takut begitu melihat wajah menyeramkan pria itu, tapi gadis manis itu tetap berusaha meyakinkan dirinya, bahwa ia tak akan kenapa-napa.
“Kau yakin tetap ingin ikut?” tanya Ali sekali lagi, ia tahu betul adiknya sedang takut sekarang melihat pria bertubuh kekar itu.
“Yakin Kak,” ucap Naya mantap tanpa ada keraguan sama sekali di dalam ucapannya.
Ali tak bertanya lagi, ia kembali menggenggam erat tangan adiknya berjalan ke tempat pria itu tengah duduk menunggu mereka. Kedua saudara itu kemudian duduk di sofa empuk ruang tamu mereka menghadap pada pria itu dengan tatapan biasanya.
“Baiklah Tuan, saya tak ingin basa-basi, anda pasti tahu jam menunjukkan pukul sepuluh. Yang menandakan jikalau sekarang sudah larut malam dan waktunya semua orang beristirahat. Ada urusan mendesak apa anda kemari di larut malam seperti ini?” tanya Ali pada pria itu mencoba bersikap bersahabat. Tak akan ada gunanya jika ia tak bersahabat dengan pria di depannya ini.
“Saya adalah utusan mafia The Camorra, saya harus mengganggu waktu anda malam-malam begini karena ada permintaan mendesak dari Tuan saya, pemimpin The Camorra. Tuan saya telah mengetahui seberapa besar kemampuan kalian dalam melakukan sabotase data dan peretasan. Ia menginginkan hacker terbaik kalian untuk melakukan peretasan data situs mafia Cosa Nostra. Hacker terbaik kalian harus bisa mendapatkan data mengenai wilayah-wilayah penyerangan yang telah dibuat oleh mafia Cosa Nostra. Dan jika bisa lakukan tanpa Cosa Nostra bisa menyadarinya, tapi jika mereka menyadarinya Tuan saya tahu kalian sangat menyembunyikan identitas client kalian.” Pria itu menjelaskan dengan rinci kedatangannya di jam seperti ini pada Ali tanpa basa-basi yang tak perlu.
Ali yang mendengar nama Mafia Cosa Nostra disebut beberapa kali harus menelan salivanya. Seluruh dunia mengetahui seberapa besar dan mengerikannya Mafia Cosa Nostra. Berbagai tindak kriminal telah dilakukan Klan Mafia itu dengan sangat hati-hati Dan rapi. Mereka bahkan mempunyai koneksi sampai ke pemerintahan.Dan sekarang hacker terhebat Dragonfly ditawarkan untuk meretas data mereka, yang tidak lain dan tidak bukan hacker nya adalah adiknya sendiri Naya.
Dan yang sekarang berada di hadapannya adalah utusan dari The Camorra. Walau tak sehebat Dan sebesar Cosa Nostra, The Camorra juga tak bisa disepelekan begitu saja. Ali terdiam begitu lama berusaha menimbang-nimbang keputusannya dengan sangat hati-hati. Apa memang organisasinya sudah sebesar itu sampai utusan klan mafia besar datang ke sini untuk menggunakan jasa organisasinya?
“Anda tenang saja pekerjaan anda akan dibayar dengan upah yang tak main-main,” ucap Pria itu lalu kemudian mengangkat sebuah koper Dan membukanya tepat di hadapan kedua bersaudara itu.
Betapa terkejutnya mereka saat melihat ternyata isi koper besar itu adalah tumpukan uang dollar yang disusun dengan rapi.
“Untuk sekarang kami akan memberikan sepuluh juta dolar kepada anda sebagai bayaran muka. Jika hacker terbaik anda telah berhasil melakukannya, kami akan memberikan empat puluh juta dollar sebagai tambahannya. Apakah anda menerimanya?” tanya pria itu sekali lagi pada Ali.
Ali harus memutar otaknya baik-baik agar tidak mengambil keputusan yang salah. Uang yang ditawarkan tidaklah main-main jika hanya untuk satu jasa saja. Tapi Ali juga tahu, risiko yang mereka tanggung jika menerima tawaran ini sangat-sangatlah besar.
Yang datanya akan mereka retas adalah Mafia Cosa Nostra, jika sampai mereka tertangkap mungkin Dragonfly hanya akan menyisakan nama saja. Dan yang menjadi kekhawatiran terbesar Ali adalah yang akan melakukannya adalah Naya sebagai hacker terbaik Dragonfly, itu pasti akan sangat membahayakan nyawa adiknya.
“Baik, kami menerimanya.” Ali harus terlonjak kaget begitu mendengar persetujuan Naya sedangkan dia masih berusaha mempertimbangkan keputusannya. Sedangkan adiknya itu, ia mengucapkan kalimat itu dengan tanpa ada keraguan sama sekali dari ucapan dan tatapannya.
“Naya, jangan gegabah. Ini bukanlah keputusan yang bisa diambil dalam waktu beberapa menit saja,” ucap Ali berusaha menjelaskan kepada adiknya jika keputusannya itu bisa sangatlah berisiko.
“Tenanglah Kakak. Naya juga sudah mempertimbangkannya, beberapa kali Naya berkeinginan untuk meretas situs besar, tapi belum ada yang memberikan tawaran. Dan sekarang tawarannya sudah Naya dapatkan. Naya sudah berlatih dengan keras untuk melakukan itu tanpa ada yang menyadarinya, Naya pasti bisa melakukannya,” ucap Naya berusaha meyakinkan kakaknya.
“Tapi Naya ini sangat berbahaya, salah sedikit saja nyawamu yang akan jadi ancamannya.”
“Tenang saja Kak, Naya bisa mengatur semuanya. Kakak jugalah yang paling tahu seberapa hebat kemampuan Naya dalam hal ini. Ini kesempatan besar untuk kita lebih melebarkan sayap Dragonfly Kak. ”
Ali sampai harus menghela napas berkali-kali melihat seberapa keras kepalanya adiknya ini, tapi yang Naya katakan juga tak ada yang salah. Ali tahu betul seberapa hebat Naya dalam bidang peretasan, Naya adalah hacker terhebat yang pernah Ali temui selama ini. Dan juga jika mereka berhasil menyelesaikan ini mereka akan bisa mendapatkan uang yang sangat banyak dan akan melebarkan sayap Dragonfly sebagai organisasi hacker terkemuka. Sepertinya Ali tak bisa membantah lagi.
“Baiklah, kami akan menyetujuinya. Kami akan langsung memberikan laporan dan datanya jika kami telah berhasil,” ucap Ali pada pria utusan The Camorra itu.
“Bagus, kalau begitu saya pamit sekarang. Semoga anda bisa memberikan kabar baik,” ucap pria itu sembari berjabat tangan pada Ali sebagai tanda kerja sama. Pria itu kemudian berjalan menjauh keluar dari mansion keluarga mereka.
“Kau yakin kau bisa melakukan ini?”
“Tentu Kakak.”
Ali sampai harus berdecak kagum melihat tatapan Naya yang tidak menunjukkan keraguan apa pun. Hanya ada kepercayaan diri yang dipancarkan dari sorot matanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments