Hadiah Untukmu

Sudah sebulan Naya bersama dan bergabung dengan Cosa Nostra. Dia sekarang muulai bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan mafia yang dikatakan kejam ini.

Tapi, jujur saja menurutnya dunia mafia tak sekejam itu. Buktinya saja hingga kini dia hanya bekerja di depan laptopnya, tak ada satu orang pun yang bertindak kejam padanya.

Bahkan gadis itu sudah mulai bisa bercengkrama dengan seluruh anggota dan pengawal klan mafia itu. Pembawaannya yang ceria dan periang membuatnya sangat mudah didekati dan juga membuat orang lain nyaman berada di dekatnya.

Senyumnya yang menawan selalu bisa membuat orang di sekitarnya juga merasakan kebahagiaan. Naya saat ini tengah berada di ruangannya dengan Louis juga di sana. Mereka berdua tengah sibuk mengurus keperluan masing-masing untuk rapat evaluasi.

Ini menjadi rapat evaluasi pertama untuk Nayaka. Rapat ini rutin dilakukan sebulan sekali untuk mengetahui perkembangan rencana Cosa Nostra.

Sejak pagi hingga siang ini Naya terus saja berada di depan laptopnya untuk mengurus segala dokumen yang diperlukan untuk rapat kali ini.

Tak semenit dia menoleh ke tempat lain sejak dari empat jam yang lalu. Tanpa dirinya sadari, sekarang dia telah melewatkan makam siangnya, tapi itu sudah dia tak pedulikan lagi.

Rapatnya tinggal sepuluh menit lagi, tepat saat jam makan siang usai dan masih ada beberapa dokumen yang harus gadis itu selesaikan.

“Nayaka apa kau sudah menyelesaikan semuanya?” tanya Louis yang entah sejak kapan berada di depan meja gadis itu.

Nayaka terhenyak mundur dengan kursinya kaget begitu mendengar suara dingin Louis yang dilontarkan untuknya. Dengan wajah kesal gadis itu menatap tajam Louis yang berada tepat di depannya. Percayalah hanya gadis ini satu-satunya yang berani melayangkan tatapan seperti itu pada Louis, tak ada orang lain yang berani bahkan Alex dan Alexa sekali pun.

“Kak Louis! Kakak jangan mengagetkan Naya seperti itu.” Kepala Naya tadi hampir saja terbentur ke tembok jika penyangga kursi yang dia duduki tidak tebal.

“Kau berani mengangkat suara pada saya Nayaka?” tanya Louis dengan suara beratnya. Sebenarnya Louis tak ada masalah jika gadis itu membentaknya. Ingat hanya gadis itu, tapi pasti akan menyenangkan melihat wajah kesal itu menjadi bertambah kesal.

Dan benar saja wajah Naya terlihat kesal sekaligus frustasi, pekerjaannya baru saja selesai dan dia sangat letih. Tapi, tuan tampan di depannya ini malah mempermasalahkan nada bicaranya.

“Bukan begitu maksud Naya Kak Louis, makanya lain kali kalau bicara itu permisi dulu. Biar Naya tidak kaget seperti tadi,” ucap Naya yang berusaha menjelaskan segalanya pada Louis.

“Siapa kau sampai saya harus permisi dulu sebelum bicara padamu?”

“Ya baiklah-baiklah, tidak perlu meminta izin pada Naya. Kak Louis kan bosnya di sini jadi tidak perlu permisi apa pun pada Naya,” ucap Naya dengan kesalnya menatap mata elang milik Louis.

“Kau marah?” tanya Louis lagi dengan satu alis yang terangkat. Entahlah, Louis suka sekali menganggu gadis ini. Dia selalu saja merasa terhibur saat melihat wajah cantik itu terlihat kesal, dia merasa itu… lucu dan… menghibur.

“Astaga, Kakak Louis yang tampan dan baik hati. Naya tidak marah okey, lihat dari sisi mana Naya terlihat marah?” ucap Naya dengan menunjukkan senyum lebarnya yang sangat manis.

“Senyummu terlihat palsu.”

“Hahh!” Naya kemudian menghela napas kasar berusaha membuang jauh-jauh kekesalannya pada penguasa Cosa Nostra yang masih senantiasa berdiri di depannya.

“Sudahlah, sebaiknya kita pergi sekarang. Rapat evaluasi sebentar lagi akan dimulai.” Naya sudah tak memiliki tenaga lagi untuk meladeni ucapan Louis.

Naya kemudian berdiri dari duduknya dengan membawa laptop dan beberapa berkas dengan kedua tangan mugilnya hingga tangan itu sanagat penuh. Lebih baik mereka pergi ke ruang rapat sekarang dari pada harus terus adu mulut seperti ini.

“Kau sudah menyelesaikan semuanya?” tanya Louis pada gadis itu yang mendapat anggukan singkat  Nayaka.

“Iya Kakak tampan, Kak Louis tidak lihat Naya bekerja dari pagi tanpa istirahat gara-gara rapat ini.”

“Baiklah mari kita pergi sekarang.”

Keduanya berjalan beriringan, Louis yang berjalan dengan langkah tegas yang ia sesuaikan dengan langkah kecil Naya dengan mmenampilkan wajah datarnya sepanjang jalan. Sedangkan Nayaka dengan langkah semangat dan senyum cerianya menyapa setiap pengawal dan anggota Cosa Nostra yang berpapasan dengannya.

Senyum tipis sangat tipis disunggingkan Louis melihat tingkah lucu dan senyum manis Nayaka.

Satu bulan bersama memang mebuat hubungan mereka menjadi dekat, Naya yang sering tertidur di ruangan hingga tengah malam karena pekerjaan yang menumpuk dan Louis yang juga selalu jarang kembali ke mansionnya itu selalu bermalam bersama.

Beberapa kali Louis memindahkan Naya yang tertidur ke kamar yang memang disediakan untuknya di ruangan ini jika hati nuraninya mulai berfungsi. Tapi, ya hanya beberapa kali saja.

“Kak Alex! Kak Lexa!” teriak Nayaka kemudian berlari kecil mendatangi kedua kakak-beradik itu, gadis itu tak memedulikan semua mata yang tertuju padanya.

Sedari pagi dia hanya berada di kursinya dan dia belum juga bertemu dengan kedua orang itu sehingga dia menjadi bersemangat begitu melihat Alex dan Alexa berada di ruang rapat.

“Kau jangan berlari seperi ini, jika kau jatuh bagaimana,” ucap Alex dengan mengelus lembut kepala Nayaka.

Tak seperti Alexa yang galak dan juga lumayan datar, Nayaka adalah gadis manis yang ceria dan terbuka pada orang lain.

Itulah yang membuat Alex bisa menjadi lebih halus pada gadis itu, kalian mungkin tak percaya tapi saat Nayaka yang membuat ruangan Louis menjadi seperti taman kanak-kanak menjadi kali terakhir Alex membentak Nayaka.

“Nayaka, kau lihat di sini banyak orang. Jaga sopan santun mu,” ucap Alexa dengan tatapan tajam tapi juga ikut mengelus kepala Nayaka.

“Iya-iya Kak Lexa maaf, Naya kan kangen kalian berdua.”

“Silahkan duduk semuanya.” Suara datar Louis kembali terdengar membuat semua orang yang tadinya sempat riuh kembali tenang.

“Kita mulai rapatnya.” Begitu titah Louis keluar semua orang kemudian mulai memokuskan diri untuk segera menyiapkan pembahasan mereka.

“Kau sanggup melakukan rapat ini Naya? Kau tadi melewatkan makan siang? Kau tidak apa-apa kan?” tanya Alex khawatir pada Nayaka yang berdiri tepat di samping Louis.

“Naya baik-baik saja Kak Alex. Kak Alex tenang saja.”

Sejujurnya banyak sekali anggota yang merasa kebingungan melihat berapa dekatnya Nayaka pada para petinggi Cosa Nostra disaat dia berstatus sebagai tawanan dan angoota baru. Tapi, mereka tak ada keinginan untuk mengulik itu lebih dalam. Tak ayal mereka bisa saja mendapatkan masalah.

✧・゚: *✧・゚:*✧・゚: *✧・゚:*

Rapat yang berlangsung dua jam itu akhirnya selesai juga, semua petinggi dan beberapa anggota Cosa Nostra keluar satu persatu setelah memberi salam hormat pada Louis yang menjadi Tuan mereka.

Setelah melihat hanya tersisa Alex, Alexa, Louis serta dirinya yang ada di ruangan itu, Naya langsung saja membariingkan tubuhnya pada salah satu kursi yang berjejer memutari meja besar. Nayaka memijat-mijat pelan kakinya yang lelah dan mati rasa karena harus berdiri selama dua jam lamanya.

“Kau baik-baik saja Naya?” tanya Alexa yang melihat Naya terus saja memijat kakinya sendiri.

“Naya baik, kaki Naya hanya pegal sedikit saja,” ucap Naya disertai senyum manisnya.

Tiba-tiba seorang pengawal berjalan mendekati Louis dan berbisik di telinga Louis entah apa yang mereka bicara kan dari keempat orang itu tak ada yang mengetahuinya.

“Bawa semuanya kemari.” Hanya itu yang dikatakan Louis setelah pengawal itu berbisik di telinganya. Dengan hormat pengawal itu mengundurkan diri dan kembali pergi meninggalkan mereka bertiga.

Naya, Alex dan Alexa saling tatap-tatapan bertanya apa yang sedang dilakukan Louis saat ini.

Ketiganya mengangkat bahu tak tahu-menahu mengenai apa yang dimaksud Louis pada orang tadi. Mereka akhirnya hanya diam saja dalam hening menunggu Louis sendiri yang memberi tahu mereka.

Tak lama pengawal itu kemudian kembali lagi. Yang membuat mereka terkejut adalah banyaknya paper bag yang dibawa pengawal itu di tangannya.

Pengawal itu kemudian membuka paper bag besar itu mengeluarkan satu persatu makanan yang ada di dalam paper bag dengan tenang.

Setelahnya dia kembali menunduk hormat pada Louis, begitu mendapat anggukan Louis pengawal tersebut akhirnya pergi lagi meninggalkan mereka berempat di ruangan rapat tersebut.

“Apa ini Tuan Louis?” tanya Alex yang tak mengerti mengapa makanan sebanyak ini berada di atas meja ruangan rapat.

“Nayaka,” panggil Louis dengan menatap Nayaka yang juga terlihat bingung.

“Ya Kak?” Begitu mendengar namanya dipanggil, Nayaka akhirnya keluar dari lamunannya mengiyakan panggilan Louis.

“Kau sudah bekerja dengan sangat baik hari ini, laporanmu sangat sempurna untuk orang yang baru pertama kali bekerja. Ini hadiah untukmu karena sudah bekerja keras sampai melewatkan makan siang untuk rapat kali ini.” Louis terus saja berbicara dengan menatap Nayaka dengan tenang.

“Jadi ini semua untuk Naya?” tanya Nayaka dengan menunjuk dirinya sendiri.

“Hmm.” Hanya deheman acuh tak acuh yang diberikan Louis untuk menjawab pertanyaan Nayaka.

“Kak Louis sungguh-sungguh?” tanya Nayaka masih tak percaya.

“Iya Kim Nayaka,” jawab Louis masih enggan menatap Nayaka.

Nayaka kemudian kembali menunjukkan deretan gigi rapihnya dan dengan riangnya menghambur memeluk Louis dari arah samping tanpa merasakan segan sama sekali.

“Terima kasih Kak Louis, Kak Louis ternyata orang yang baik,” ucap Nayaka dengan memeluk erat Louis dari arah samping.

Alex dan Alexa terkejut bukan main melihat Nayaka dengan beraninya memeluk Louis. Mereka yang sudah lama bekerja dengan Louis pun sampai sekarang tak berani menatap Louis, sedangkan gadis ini yang baru satu bulan bergabung dengan Cosa Nostra sudah berani memeluk pemilik Cosa Nostra.

Yang membuat mereka kembali terkejut lagi bukannya menolak pelukan Nayaka, Louis malah menepuk-nepuk lembut lengan Nayaka yang memeluknya erat.

“Sama-sama, makanlah sekarang. Kalau kau sakit banyak orang yang akan kau repotkan,” ucap Louis masih saja menepuk pelan lengan Nayaka. Nayaka pun menurut saja, kemudian melepaskan rengkuhannya masih tetap mempertahankan senyum manisnya.

“Okey, Naya makan sekarang. Tidak apa-apa kan Naya makan di sini?”

“Hmm.”

“Baiklah kalau begitu, selamat makan.” Setelah mengucapkan itu, Nayaka dengan lahap mulai menghabiskan satu persatu makanan yang sudah ditata rapi oleh pengawal tadi di atas meja.

“Kwak Alexwa dan Kwak Alex tidwak ngau mwakan? (Kak Alexa dan Kak Alex tidak mau makan?)” tanya Naya dengan mulut yang dipenuhi makanan membuat suaranya menjadi tak jelas.

“Tidak, kami sudah makan siang tadi sebelum rapat,” jawab Alex yang entah bagaiamana caranya bisa mengerti apa yang dibicarakan Nayaka.

Tanpa bertanya lagi, Nayaka kembali melanjutkan makannya. Sedangkan Alex dan Alexa harus berpikir keras melihat tingkah Tuan mereka yang juga sangat baik pada Nayaka.

Bahkan saat ini, Tuan mereka masih saja terus menatap Nayaka yang makan dengan lahapnya. Dalam keheningan keduanya harus menyimpan pertanyaan di pikiran mereka tanpa bisa dicurahkan.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!