Malamnya party paginya berbagi

Naya dan Ali saat ini saat ini sedang berada di markas Dragonfly dengan seluruh anggota Dragonfly ada di sana. Mereka saat ini tengah merayakan keberhasilan mereka meretas situs Mafia Cosa Nostra. Mereka pun sudah mendapatkan uang empat puluh juta dollar mereka.

Wine, cocktails, soda dan suara keras dari musik memenuhi aula markas Dragonfly yang dijadikan tempat pesta mereka sekarang ini. Semua orang bersenang-senang dengan tubuh berlenggak-lenggok dan alkohol di genggaman mereka. Lampu warna-warni berkedip-kedip menimbulkan efek pergantian warna yang kontras di tengah dentuman musik yang keras, benar-benar pesta meriah.

Naya dan Ali saat ini sedang duduk dengan tenang di sofa yang ada di ruangan itu mengamati aktifitas pesta meriah yang dilakukan oleh seluruh anggota mereka dengan wine yang bertengger cantik di tangan mereka. Dengan gerakan perlahan penguasa Dragonfly bersaudara itu mulai menyesap lembut wine mereka dengan gerakan layaknya Nona dan Tuan muda. Jangan lupakan, mereka memang adalah seorang Nona dan Tuan muda.

“Kak, bagaimana jika besok kita berkunjung ke panti asuhan yayasan orang tua kita dahulu dan setelahnya makan siang di restoran yang sering kita kunjungi bersama Mama dan Papah,” ucap Naya menatap kakaknya dengan tatapan khasnya yang terlihat lugu dan polos.

Ali yang melihat tatapan Naya berpikir siapa pun yang melihat tatapan itu tidak akan bisa menyangka jika saudarinya ini adalah seorang hacker kelas kakap yang punya kemampuan luar biasa. Ali akhirnya menatap lalu tersenyum lembut pada Naya sang adik.

“Malamnya party dan paginya berbagi, sungguh luar biasa,” ucap Ali kembali menyerap winenya.

“Ya apa masalahnya? Setidaknya dosa kita akan tertutupi dengan kebaikan itu.”

“Ya baiklah, itu bukan ide yang buruk. Kita akan ke panti asahan besok sesuai keinginan mu sayangku,” ucap Ali kemudian dengan sayang mengecup lembut pelipis adiknya yang sangat manis itu.

“Kak, apa Naya nggak bisa balik sekarang? Naya sudah lelah dan mengantuk. Naya sudah rindu dengan kasur Naya.”

“Tidak bisa Naya, kau bintangnya malam ini. Kita melakukan pesta ini karena keberhasilanmu dan kau ingin pergi saat pestanya belum selesai? Kau serius Naya?”

“Iya-iya, Naya akan tetap di sini,” ucap Naya dengan kekesalan yang sengat kentara menghiasi rautnya.

Naya memang bukanlah orang yang menyukai pesta seperti ini, ia bahkan membencinya. Ia benci dengan suara keras musik yang memekakkan telinga, aroma alkohol yang menyengat menyesakkan indra penciumannya, dan suara keras orang-orang yang bersenang-senang dengan tubuh yang dilenggak-lenggokan dengan gerakan sensual yang bisa saja menimbulkan nafsu birahi.

Tapi, ia tetap saja bertahan demi menghormati seluruh anggota Dragonfly yang menyiapkan pesta ini khusus untuknya, ia tahu betul ia tak boleh mengecewakan orang-orang yang sudah bekerja kera suntuk menyenangkan nya. Itu bukanlah hal yang benar jika ia lakukan.

Pesta itu baru selesai tepat jam tiga pagi, semua orang tak ada yang kembali ke rumah mereka. Mereka semua menginap di markas Dragonfly tanpa ada niat untuk kembali ke rumah mereka dalam keadaan berantakan seperi sekarang ini. Ali pun sudah setengah mabuk sekarang karena terus saja menyesap wine tanpa henti, rasa manis yang ditawarkan dari alkohol itu memang tak bisa terelakkan.

Tapi Naya mampu menahannya, satu hal yang harus diketahui tentang Naya. Walau pun gadis manis itu tak menyukai alkohol sama sekali, tapi toleransi alkoholnya sangatlah tinggi. Sekarang ini saja, disaat semua orang sudah terkapar dan berjalan sempoyongan gadis itu masih bisa berdiri tegap dengan kesadaran sepenuhnya atas raga dan jiwanya.

Dengan kepala yang sudah digelengkan beberapa kali demi mempertahankan kesadarannya, Ali menghampiri adiknya yang masih saja duduk manis tanpa ada niat untuk bangkit melakukan pesta bersama mereka.

“Kita tidak akan pulang hari ini Naya, kau lebih baik masuk ke dalam kamarmu yang ada di lantai tiga sekarang. Biar kakak yang menghandle di sini,” ucap Ali dengan mengusap lembut rambut indah adiknya itu.

“Baiklah Kak,” ucap Naya dengan kepala yang ia anggukan, mengerti dengan apa yang dimaksud kakaknya. Tak akan aman jika mereka pulang ke mansion dengan keadaan seperti ini.

“Good girl, naiklah sekarang.” Sebelum Naya naik ke lantai atas, Ali kembali mencium lembut kening adiknya menyalurkan rasa sayang yang ia punya untuk adiknya itu, satu-satunya keluarga yang dimilikinya saat ini.

Ia berjanji pada dirinya sendiri jika ia pasti akan berusaha menjaga adiknya ini baik-baik, kekhawatiran entah kenapa kembali menyeruak masuk ke dalam jiwanya begitu mengingat jika situs yang adiknya retas adalah milik mafia Cosa Nostra, hatinya hingga saat ini tak bisa tenang dan selalu saja mengingat hal itu.

Beberapa kali perasaannya tak nyaman, kegelisahan terus saja menghampiri hatinya.

“Kakak?” Naya kebingungan melihat kakaknya hanya diam saja menatapnya selepas mencium lembut keningnya. Apa sebenarnya yang dipikirkan kakaknya ini?

“Ah, kau masuklah sekarang, selamat malam.”

“Selamat malam juga Kak.”

Setelah mengatakan itu Naya kemudian mulai menjauh melangkahkan kakinya menapaki anak tangga satu persatu menuju ke kamar yang telah disediakan untuknya di markas itu. Suasana tenang yang menyelimuti kamar sunyi, sudah tak ada lagi suara berisik musik dan teriakan orang-orang yang kegirangan menikmati pesta.

Tak perlu waktu yang lama akhirnya gadis manis itu terlelap menuju alam mimpi indahnya yang dipenuhi mimpi dan imajinasi pikirannya.

˚。⋆୨୧˚ ˚୨୧⋆。˚ ⋆⋆ ˚。⋆୨୧˚ ˚୨୧⋆。˚ ⋆

“Kita sudah sampai Naya.” Kalimat itu diucapkan Ali ketika mereka sudah berada tepat di depan rumah panti asuhan yayasan yang pernah didanai oleh orang tua mereka.

Sewaktu Papah dan Mama kedua saudara itu masih hidup, mereka sangat sering diajak ke sini hanya untuk sekedar berkunjung dan bermain dengan anak-anak yang ada di sini. Tak terasa buliran bening lolos sempurna dari kelompok cantik gadis manis itu.

“Naya hei, why you crying? Jika kau tidak ingin ke sini, kita bisa langsung pergi saja. Kakak hanya akan memberi salam pada ibu panti.”

Ali kemudian mengusap lembut air mata adiknya itu dan memeluknya erat. Adiknya ini memang memiliki hati selembut sutra, mengingat tentang orang tua mereka Naya pasti akan terus merasakan kesedihan yang mendalam. Dirasa Naya yang sudah tenang, Ali pun kembali melerai pelukan mereka dan menangkup wajah adiknya itu dengan Jemari-jemari lebarnya.

“Naya ingin tetap turun Kak, Naya bisa. Naya sangat ingin bermain dengan semua anak-anak di sini,” ucap Naya yang masih saja keras kepala ingin turun dan menyapa semua anak panti.

Ali juga tak melarang lagi, sifat keras kepala adiknya sudah sangat melekat. Akan sangat sulit melarang semua keinginannya, entah dari mana sifat keras kepala ini berasal. Tanpa menunggu lagi kedua orang itu pun kemudian turun dari mobil mereka diikuti oleh dua pengawal yang senantiasa berjaga di dekat mereka.

Langkah mereka perlahan demi perlahan mereka langkahkan menuju area panti asuhan yang cukup besar itu. Dengan sedikit berlari, Naya mulai mendekat ke pekarangan panti asuhan itu yang sudah dipenuhi para anak-anak yang bermain dengan riang, senyum ceria mereka benar-benar menjadi hiburan untuk Naya yang melihatnya.

“Naya hati-hati, jangan lari-lari!” teriak kakaknya yang melihat tingkah menggemaskan adiknya itu yang bisa saja membuatnya jatuh begitu saja.

Naya layaknya orang tuli tak mempedulikan perkataan kakaknya sama sekali dan terus saja berlari kecil menuju ke tempat anak-anak kecil itu tengah tertawa riang.

“Teman-teman, Kakak Naya datang!” Teriakan itu bersalah dari salah satu anak laki-laki yang melihat Naya yang sedang menuju mereka saat ini.

“Kakak Naya!” Begitu mendengar suara teman mereka tadi, mereka semua langsung saja berbalik dan benar saja Kakak Naya mereka kini tengah berlari kecil menuju ke arah mereka, mereka pun juga ikut berlari mengakhiri gadis manis itu dengan teriakan nyaring memanggil namanya.

Naya dan para segerombolan anak-anak kecil yang manis dan lucu itu menghampiri Naya dan kini mereka berpelukan erat saling menyalurkan rindu yang mereka punya untuk satu sama lain.

“Kakak Naya kok lama baru datang lagi.”

“Kak Naya sekarang udah nambah tinggi beberapa inci?”

“Kak Naya makin cantik Kak.”

“Kak Naya aku kangen Kakak.”

Semua anak-anak itu berebut bertanya dan berbicara pada gadis manis itu. Naya sampai kebingungan harus merespon yang mana dulu, mereka semua berlomba-lomba mengerumuninya mengucapkan semua hal yang ingin mereka ucapkan.

“Anak-anak jangan mengerumuni Kak Naya seperti itu.” Ucapan itu berasal dari Ibu panti, Ibu Ratna namanya. Ia baru saja keluar dari rumah panti begitu mendengar teriakan anak-anak yang begitu berisik.

Begitu tiba di pekarangan panti, ia terkejut melihat Naya yang kewalahan menangani semua anak-anak yang mengerumuninya bertanya banyak hal sekaligus. Ia yang melihat hal itu langsung saja menghampiri anak-anak dan menyuruh anak-anak manis itu agar sedikit memberi ruang untuk Naya.

Ali hanya bisa terkekeh pelan melihat Naya yang akhirnya bisa bernapas begitu seluruh anak-anak kecil itu mulai sedikit menjauh darinya.

Kedua bersaudara itu pun menyalim tangan ibu panti dengan sopan dan mulai bercengkrama satu sama lain dengan tawa dan pertanyaan kabar masing-masing mereka.

“Kak, Naya pergi ya. Naya ingin bermain bersama anak-anak,” ucap Naya kepada kakaknya yang masih saja asik bercengkrama dengan Ibu Ratna di kursi bambu halaman panti.

“Pergilah,” ucap Ali yang memberikan izin kepada adiknya itu.

Dengan riang adiknya itu menuju ke tempat para anak-anak bermain-main. Ali senang bisa melihat senyum lepas adiknya ketika bermain bersama anak-anak itu, jika gadis itu lebih pendek sedikit saja dan tak ada yang mengetahui umurnya, mereka pasti akan mengira kalau Naya adalah anak-anak begitu melihat tingkah Naya saat ini.

Ali kemudian mengalihkan atensinya dari Naya ke Ibu Ratna yang sepertinya juga memerhatikan Naya dan anak-anak-anak yang sedang bermain riang itu.

“Kalian sekarang sudah tumbuh besar ya, padahal baru kemarin orang tua kalian membawa kalian ke sini untuk bermain bersama anak-anak kecil yang waktu itu seumuran kalian,” ucap Ibu Ratna dengan pandangan dialihkan ke pria tampan yang ada di depannya ini.

“Ya begitulah.” Hanya itu tanggapan yang diberikan Ali atas apa yang Diucapkan ibu Ratna. Ia tak tahu juga harus merespon seperti apa ucapan Ibu panti yang sudah mengenal mereka sejak kecil itu.

Ali kemudian mengeluarkan amplop dari saku celananya dan meletakkan amplop itu ke tangan Ibu Ratna dengan sopan.

“Ini sedikit rejeki dari kami untuk anak-anak Bu, tolong terimalah. Ini disiapkan oleh Naya khusus untuk semua anak Panti ini. Kami tidak bisa meneruskan jejak orang tua kami yang menjadi donatur yayasan panti ini, tapi kami tetap ingin membantu,” ucap Ali panjang lebar agar Ibu Ratna mau menerima uang yang mereka berikan.

Ibu Ratna tak bisa menolak lagi begitu nama Naya diucapkan. Ia kembali menetapkan atensinya pada Naya yang masih saja asyik bermain dengan semua anak-anak panti dan mulai berucap.

“Baiklah Ibu akan menerimanya, semoga kebaikan selalu mengiringi langkah kalian berdua.”

“Baiklah kalau begitu. Mungkin kami akan pamit sekarang, masih ada beberapa urusan yang akan kami kerjakan.”

Ibu Ratna kemudian berdiri diikuti Ali yang juga ikut berdiri berjalan ke arah Naya dan anak-anak yang masih saja asyik bermain. dihampirinya adiknya itu yang masih saja tertawa lepas bermain bersama dengan anak-anak kecil panti ini.

“Naya, kita pergi sekarang,” ucap Ali ketika sudah berada tepat di hadapan adiknya yang begitu manis.

Mendengar ucapan kakaknya Naya kemudian mulai berjongkok mensejajarkan tubuhnya dengan para anak-anak mungil itu yang masih tersenyum menatapnya. Naya juga tak kalah tersenyum lebar menatap satu-persatu anak-anak itu.

“Adik-adik, kalau begitu Kakak pamit sekarang ya. Kakak masih ada urusan lain, kita akan berjumpa lagi, bye-bye semuanya. Naya melambai dengan senyuman manisnya mengucapkan selamat tinggal kepada semua anak-anak lucu yang masih menatapnya.

“Dadah Kaka Naya sering-sering datang ya!” Semua anak-anak itu mengucapkan selamat tinggal secara serempak pada Naya.

“Kalau begitu kami pamit Bu,” ucap Alin pada Ibu Ratna dengan sopan, setelahnya kedua bersaudara itu mulai menjauh meninggalkan panti asuhan yang sangat asri tersebut berjalan menuju ke arah mobil mewah mereka terparkir saat ini.

“Kita ke L.A Restaurant sekarang?” tanya Ali pada adiknya ketika mereka sudah memasuki mobil mewah mereka.

“Iya Kakak.” Senyuman manis Naya kembali terpancar menjawab pertanyaan kakaknya itu.

Ali mengelus sayang kepala adiknya ini, ia bersyukur masih mempunyai Nayaka di sampingnya di saat kedua orang tuanya sudah tak mendampingi mereka lagi seperti saat ini.

Setelahnya, pria itu pun memberikan perintah untuk pergi ke L.A Restaurant tempat di mana dulu mereka bersama orang tua mereka sering makan bersama-sama.

Episodes
1 BAB 1
2 Bab 2 : Kim Nayaka Bimantara
3 Bab 3 : Kesepakatan The Camorra
4 Bab 4 : Keberhasilan Naya
5 Bab 5 : Kemarahan Louis
6 Malamnya party paginya berbagi
7 Kedatangan Louis ke Indonesia
8 Pertemuan Louis dan Naya
9 Terbongkarnya identitas Naya
10 Ali yang tersadar
11 Menjadi anggota Sisilia
12 Ketertarikan
13 Upacara Kode Omerta
14 Jangan Panggil Saya Tuan
15 Perubahan Ruangan
16 Tidak Seperti Biasanya
17 Hadiah Untukmu
18 You're Mine
19 Penjara bawah tanah
20 Siapa Valin?
21 Untuk Pertama Kalinya Membentak
22 Piano untuk Nayaka
23 Kesibukan seluruh anggota Cosa Nostra
24 Jatuh sakit
25 Merawat orang sakit
26 Bagaimana dengan Kakak?
27 Tiket ke Indonesia
28 Kerinduan yang mendalam
29 Terima kasih
30 Harus selalu bahagia
31 Kulineran
32 Tembakan
33 Menyadari perasaan
34 Penculikan Nayaka
35 Kembali frustasi
36 Memancing seseorang
37 Pembebasan Nayaka
38 Di Perusahaan Louis
39 Tinggal di Mansion William
40 Louis yang berubah
41 Ketakutan Alexa
42 Pernyataan Alexa
43 Membuat Spageti
44 Gadis kecil yang murung
45 Pembuktian
46 Hukuman Alexa
47 Pengobatan Alexa
48 Pernyataan Cinta Louis
49 Mengetahui Mimpi Buruk Nayaka
50 Kedatangan orang tak terduga
51 Masa lalu yang mengikat segalanya
52 Tak ingin ditinggal sendirian
53 Permintaan maaf Valin
54 Apalagi ini?
55 Penyiksaan Valin
56 Percobaan pelarian
57 Nayaka meminta maaf
58 Pertengkaran Ali dan Louis
59 Flash Back
60 Pengobatan Naya
Episodes

Updated 60 Episodes

1
BAB 1
2
Bab 2 : Kim Nayaka Bimantara
3
Bab 3 : Kesepakatan The Camorra
4
Bab 4 : Keberhasilan Naya
5
Bab 5 : Kemarahan Louis
6
Malamnya party paginya berbagi
7
Kedatangan Louis ke Indonesia
8
Pertemuan Louis dan Naya
9
Terbongkarnya identitas Naya
10
Ali yang tersadar
11
Menjadi anggota Sisilia
12
Ketertarikan
13
Upacara Kode Omerta
14
Jangan Panggil Saya Tuan
15
Perubahan Ruangan
16
Tidak Seperti Biasanya
17
Hadiah Untukmu
18
You're Mine
19
Penjara bawah tanah
20
Siapa Valin?
21
Untuk Pertama Kalinya Membentak
22
Piano untuk Nayaka
23
Kesibukan seluruh anggota Cosa Nostra
24
Jatuh sakit
25
Merawat orang sakit
26
Bagaimana dengan Kakak?
27
Tiket ke Indonesia
28
Kerinduan yang mendalam
29
Terima kasih
30
Harus selalu bahagia
31
Kulineran
32
Tembakan
33
Menyadari perasaan
34
Penculikan Nayaka
35
Kembali frustasi
36
Memancing seseorang
37
Pembebasan Nayaka
38
Di Perusahaan Louis
39
Tinggal di Mansion William
40
Louis yang berubah
41
Ketakutan Alexa
42
Pernyataan Alexa
43
Membuat Spageti
44
Gadis kecil yang murung
45
Pembuktian
46
Hukuman Alexa
47
Pengobatan Alexa
48
Pernyataan Cinta Louis
49
Mengetahui Mimpi Buruk Nayaka
50
Kedatangan orang tak terduga
51
Masa lalu yang mengikat segalanya
52
Tak ingin ditinggal sendirian
53
Permintaan maaf Valin
54
Apalagi ini?
55
Penyiksaan Valin
56
Percobaan pelarian
57
Nayaka meminta maaf
58
Pertengkaran Ali dan Louis
59
Flash Back
60
Pengobatan Naya

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!